Tiga hari izin sekolah karena demam, kini Adira sudah bisa kembali kesekolah lagi. Demam nya sudah sembuh total.
Selama sakit, dia tak banyak beraktivitas, dikarenakan kepalanya yang kadang pusing dan badan yang masih terasa lemas. Febby juga sering mampir ke rumahnya, untuk sekedar menjenguk atau main dengan Faiz. Tapi, pagi ini gadis itu terlihat kembali fresh, disertai senyum manis yang selalu merekah jika bersapa.
Saat ini Adira dan ketiga temannya sedang berjalan di koridor menuju kantin sambil mendengarkan sekaligus menceramahi Putri tentang kejadian dia menyatakan perasaannya kepada Arifian.
Adira bersyukur, ternyata Putri tidak menyembunyikan apa apa lagi kepada dirinya maupun Amira dan Syabila. Soalnya, setelah kejadian siang itu, malamnya Putri langsung nyepam gak jelas di grup yang beranggotakan mereka berempat dengan isi chat berupa curhatannya.
Adira tentu tak kaget, karena dia sudah tau terlebih dahulu sebelum Putri cerita.
"Jadi lo sampe sekarang masih gak teguran sama Arif, Put?" tanya Adira kepada Putri yang hanya dibalas angkatan kedua bahunya.
"Ya gitu deh. Tadi pagi tumben tumbenan dia jemput gue, biasanya aja gak pernah. Tapi selama dijalan sampe sekolah cuma diem dieman," ucap Putri menceritakan kejadian tadi pagi.
"Mungkin dia ngerasa gak enak atau bersalah sama lo," ujar Syabila, sedangkan Putri hanya memanyunkan bibirnya.
"Padahal, gue nungguin dia ngomong diluan, ngomong apa kek yang penting ngomong. Kan kalo gue diluan yang ngomong, gue nya malu keinget kejadian hari itu. Kalo kalian liat gue hari itu berasa kayak orang berharap banget, ya ampun," lanjut Putri sambil menutup wajahnya malu.
"Terus lo mau sampe kapan diem dieman gini sama Arif? Inget ya Put, kalian itu udah sahabatan lama loh masa mau marahan terus cuma gara gara persaan," ucap Amira yang sedari tadi menyimak percakapan teman temannya.
"Lo sangka gue mau? Ya enggak lah. Gue sih gak masalah dia mau balas perasaan gue atau enggak, yang penting gue udah ngomong ke dia udah itu aja. Dengan begitu kan rasanya gue lega," Putri menghembuskan napasnya menandakan dia benar benar lega. "Yang gue mau sekarang, persahabatan gue sama dia baik baik aja. Nanti gue bakal move on kok, gue bakal cari cowok lain."
"Gak usah jauh jauh lah cari cowok lainnya, kakak kelas yang kemarin itu aja," goda Syabila
"Njir... Diem deh lo," ucap Putri tak terima sambil meneloyor kepala Syabila.
Adira yang mendengar hal itu mengerutkan dahinya. "Siapa?" tanya gadis itu.
"Kak Derwin, teman cowok lo, Dir," sahut Amira tanpa dosa, yang langsung dapet tatapan horor dari Putri.
"Gawat lo Put, gitu ya gak cerita lagi sama gue," ucap Adira pura pura marah.
"Alah Dir, kita aja gak dikasih tau dia. Jadi kita punya inisiatif untuk cari tau dengan cara mata matain Putri," ucap Syabila.
"Heh, lagian ya gue itu gak ada apa apa sama dia. Udah deh jangan bahas yang lain dulu, gue pusing nih masalah gue sama Arif belum kelar."
"Yaudah kalo lo mau persahabatan lo sama dia baik baik aja, lo ajak dia ketemuan terus kalian bicarain baik baik. Kalo kalian sama sama mentingin ego dan gengsi kayak gini, masalah gak akan kelar," ucap Adira dengan serius.
Putri yang melihat Adira jadi serius begini, membuatnya bergidik ngeri, berasa lagi diceramahin Mami nya karena gak sengaja mecahin tuprawere milik sang Mami.
"Hehe iya Adira ku... Nanti gue usahain deh," ucap Putri disertai dengan cengirannya.
Langkah mereka berempat pun sampai dikantin yang mulai dipadati murid SMA Starla. Setelah membeli makanan masing masing, ke empatnya memilih meja kosong yang berada di tengah tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Senior [Complete]
Teen Fiction[Masih Lengkap] Ini tentang bagaimana Adira menyukai Febby-kakak kelasnya yang mempunyai sifat dingin seperti es batu dan datar seperti triplek. Dia bukan tipe cewek yang caper jika ketemu kakak kelas, dia lebih memilih diam dan memendam rasa. Disaa...