Part 15

23.5K 1.9K 72
                                    

"Woi kebo bangun! Mau tidur sampe jam berapa lagi? Udah siang ini," ucap Faiz membangunkan gadis yang masih terlelap itu.

Bukannya terbangun, Adira malah menarik selimutnya sampai menutupi seluruh tubuhnya. Mau tak mau Faiz menarik paksa selimut itu karena sudah tiga kali gadis itu dibangunkan tapi tak kunjung beranjak dari tempat tidurnya.

Dua kali dengan Mamanya dan terakhir dengan dirinya.

"Lima menit lagi Bang," ucap Adira yang masih menutup matanya.

"Ini udah jam setengah 7, mau berangkat jam berapa kamu?" mendengar itu Adira langsung mendudukkan dirinya dan beranjak menuju kamar mandi. Melihat itu Faiz hanya geleng geleng kepala.

"Kok Abang gak bangunin dari tadi sih!" teriaknya dari dalam kamar mandi.

"Udah dari tadi kamu itu dibangunin, jawabannya lima menit lagi. Udah kayak lirik lagu aja," ucap Faiz lalu cowok itu melangkah keluar dari kamar Adira.

Setelah siap, Adira turun kebawah. Disana ada Mamanya yang sedang merapihkan piring bekas makan. Adira meraih segelas susu yang telah disiapkan lalu meneguknya.

"Minumnya sambil duduk," ucap Mamanya melihat Adira yang masih berdiri.

Cewek itu meletakkan kembali gelas bening yang isinya sudah tandas "Udah selesai Ma," katanya lalu menyengir.

"Kalo gitu, Adira berangkat dulu ya Ma," ucap Adira lalu mencium punggung tangan Mamanya.

"Yaudah, sana temuin Abangmu kayaknya dia lagi manasin motor. Katanya dia yang nganter kamu ke sekolah."

"Iya Ma. Adira berangkat ya." cewek itu mencium pipi sang Mama lalu berlari keluar rumah tapi tiba tiba langkahnya terhenti di depan pintu rumah. "Buku gue!"

Cewek itu berbalik dan berlari menuju kamarnya untuk mengambil barang yang ketinggalan itu. Mamanya yang melihat kelakuan gadis itu hanya geleng geleng kepala.

"Buruan Dir jalannya jangan kayak sinden, lo mau kesiangan?" teriak Faiz dari depan.

"Sabar kenapa Bang, ini juga udah paling cepet," ucap Adira yang tengah berjalan dari arah pintu utama setelah mengambil bukunya yang tertinggal tadi.

Oh iya, kejadian hujan kemarin, dia benar benar diantar sampai depan rumah oleh taksi yang sudah dipesan seseorang misterius itu. Sepanjang jalan Adira terus merapalkan doa takut kejadian seperti di film film dimana penumpangnya dibawa kabur terus disekap di sebuah gudang, tapi nyatanya tidak seperti itu.

***

Adira turun dari motor Abangnya, menyerahkan helm dan pamit kepada Faiz. Gerbang SMA Starla sudah tertutup rapat, cewek itu mendesah pasrah.

Adira berjalan menuju gerbang itu, mencoba menegosiasi satpam yang ada disana. Tapi, bukannya bertemu satpam dirinya malah bertemu Bu Dini salah satu guru BK yang sedang bersedekap menatap kearahnya. Cewek itu meringis.

Bukan tanpa alasan Adira bisa kesiangan dan datang terlambat hari ini. Semalam dirinya mengerjakan PR dari Pak Rausyan yang baginya lumayan sulit dan harus menguras waktu dan pikiran. Adira menyelesaikan PR sampai tengah malam. Karena dirinya baru ingat jika besok ada pelajaran Pak Rausyan di jam pertama dan PRnya belum selesai.

Tak lama gerbang dibuka, Adira digiring menuju lapangan. Ternyata disana ada beberapa murid yang terlambat juga.

"Haduh kalian ini hobi sekali terlambat. Makanya tidur itu jangan kemalaman biar bangunnya gak kesiangan. Mau jadi apa bangsa indonesia kalo penerusnya pada malas begini," ucap Bu Dini yang berjalan dibelakang Adira. Ya guru itu selalu melebih lebihkan suatu masalah, padahalkan Adira baru sekali ini telat.

"Kamu langsung baris aja disana," titah Bu Dini kepada Adira.

Cewek itu mengangguk "Iya Bu." lalu berjalan menuju barisan belakang.

Setelah mendengarkan ceramahan yang cukup panjang dan lebar, akhirnya hukuman menanti mereka yaitu hormat ke tiang bendera sampai jam pelajaran kedua habis.

Aduh! kalo gini jadinya, bagaimana nasib PR Pak Rausyan milik Adira, percuma dong dia sudah mengerjakan tapi tak dikumpul.

Dengan langkah gontai Adira berjalan menuju tiang bendera lalu mengangkat tangan membentuk hormat. Tak lama matanya menangkap seseorang yang baru saja keluar dari perpustakaan membawa beberapa tumpuk buku cetak bersama Adrian, karena jam pelajaran pertama akan dimulai.

"Arifian!" ucap Adira sedikit berteriak, cowok itu berhenti dan menoleh disaat itu juga Adira mengambil buku PR nya lalu berjalan menghampiri cowok itu.

"Lo telat?" tanya Arif, ketika Adira telah sampai dihadapannya.

"Iya nih, gara gara ngerjain PR Pak Rausyan sampe tengah malam."

"Makanya ngerjainnya dari kemarin kemarin."

"Ish, Gue kan lupa!" Adira cemberut "Oh iya btw gue titip ya" cewek itu menyerahkan buku bersampul biru.

"Yoi"

"Yaudah kalo gitu gue balik ke lapangan ntar dicariin Bu Dini" Arifian mengangguk lalu tersenyum.

"Semangat," katanya. Adira mengangguk dan membalas senyuman Arif dengan sebuah cengiran khasnya, tiba tiba matanya menangkap Febby yang masuk ke dalam perpustakaan bersama Brian.

Cewek itu berbalik dan berjalan kembali menuju tiang bendera, bergabung bersama beberapa murid lainnya. Matahari sudah mulai meninggi, keringat sudah mulai bercucuran di kening Adira dan baju seragamnya juga sudah mulai basah oleh keringat.

Tiba tiba terdengar suara kegaduhan berasal dari kooridor kelas Xll, sosok Febby dan Derwin muncul disana lengkap dengan seorang guru perempuan berperawakan gemuk yang tengah menarik telinga kedua cowok itu sampai ke lapangan.

"Lebih baik kalian berdiri disini sampe jam pelajaran saya habis, ini hukuman untuk siswa yang gak ngerjain tugas dan malah memilih mengobrol di jam pelajaran saya," jelas guru itu. Murid yang ada disana hanya menatap tak percaya ketua Osis itu, ternyata dibalik wajah tegasnya cowok itu masih ada jiwa nakalnya sama seperti kebanyakan cowok.

Semuanya kembali menatap tiang bendera begitu juga Adira, setelah guru itu pergi dari hadapan mereka.

"Ternyata kak Febby bisa salah juga," gumam Adira dengan menahan senyum. Tangan cewek itu mengusap keringat di keningnya.

Adira mengeryit mengapa sinar matahari tampak redup? Perasaan tadi masih terasa terik. Adira juga merasa ada tubuh jangkung seseorang berada di belakangnya. Cewek itu membalikkan tubuhnya, hampir saja dirinya menabrak dada bidang seseorang, cewek itu mendongak dan dia mendapati wajah Febby yang datar sedang hormat ke tiang bendera dan tubuh jangkungnya berhasil menutupi sinar matahari. Sedangkan Derwin berdiri tak jauh darinya.

Berdekatan seperti ini membuat Adira dapat mencium bau mint dari tubuh cowok itu. Dengan cepat Adira berbalik menghadap tiang bendera kembali, cewek itu menggigit bibir bawahnya menahan agar tidak tersenyum sedangkan jantungnya sudah bertedak tak karuan.

Bisa pingsan mendadak gue lama lama berdiri disini batin cewek itu

Entahlah ini sebuah keberuntungan atau bukan bagi Adira. Datang terlambat hari ini ada hikmahnya. Rasanya Adira ingin menghentikan waktu sejenak agar dia bisa berlama lama dilapangan bersama Febby.

TBC

Btw, kalian ada di tim mana nih?

Adira–Febby
Adira–Arif

Silahkan dipilih wkwk

Janganlah lupa vote dan comment biar gak siders

My Ice Senior [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang