Part 24

20.8K 1.6K 35
                                    

Hari terus berlalu, begitu juga dengan acara persami yang sebentar lagi datang. Semua murid kelas Xl. Ipa tengah sibuk sibuknya mempersiapkan perlengkapan mereka walaupun hari H masih dalam hitungan hari lagi.

"Dir, ntar pas pulang sekolah anterin gue yuk beli perlengkapan untuk kemah nanti," ajak Amira yang sedang memasukkan baju seragam ke dalam loker di ruang ganti. Ruang ganti di SMA Starla ada dua;  satu untuk cewek dan satunya lagi untuk cowok.

Adira yang sibuk melipat seragamnya, menoleh "Yuk, gue juga mau nyari sweter tebal, pasti dipuncak itu dingin."

"Lo berdua mau ikut gak?" tanya Amira kepada Syabila juga Putri yang baru saja keluar dari bilik ganti.

"Mau kemana nih?" Putri mewakilkan untuk membuka pertanyaan.

"Beli perlengkapan kemah."

"Oh, gue mah udah siap. Jadi gue gak ikut deh."

"Dih gak solid," cibir Amira, lalu cewek itu mengarah kepada Syabila. "Kalo lo Bil?"

"Yah sayang banget gue gak bisa, hari ini gue mau ketempat paman ada acara keluarga."

"Yaudah kalo mereka gak bisa kita berdua aja," ujar Adira yang dibalas anggukan dari Amira.

Percakapan mereka terhenti saat suara peluit milik Pak Basir selaku guru olahraga terdengar nyaring, itu artinya waktu untuk ganti sudah selesai. Murid kelas Xl. Ipa3 mulai berlarian menuju lapangan.

Semuanya berbaris, untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu yang dipimpin oleh ketua kelas dan wakilnya.

"Hari ini kita main bebas," ucap Pak Basir setelah melakukan pemanasan, yang disambut sorakan senang dari murid kelas itu.

Masing masing siswa dan siswi kelasnya berjalan menuju ruang olahraga untuk mengambil alat yang mereka butuhkan. Begitu juga Adira.

Cewek itu mengambil raket bersama Putri untuk bermain bulu tangkis. Mereka berdua kembali kelapangan, mencari tempat strategis untuk bermain.

Sekumpulan anak cowok bermain basket dilapangan basket, ada juga yang menatap di lapangan olahraga bersama anak cewek untuk bermain alat olahraga yang lainnya.

"Gue istirahat dulu ya, capek," ucap Adira kepada Putri.

"Yaudah sana." setelah mendapatkan jawaban dari Putri lebih tepatnya usiran, cewek itu duduk dipinggir lapangan bersama beberapa siswi kelasnya yang lebih memilih tidak melakukan apapun.

Adira meminta tolong kepada Riska salah satu temannya untuk mengambil botol yang berisikan air putih didekat mereka duduk. Setelah mendapatkan botol tersebut, cewek itu langsung meneguknya.

Setelah menutup kembali botol tersebut, tangannya beralih mengibaskan di wajah, sambil memperhatikan teman temannya yang masih asik bermain di tengah lapangan. Sampai sebuah cock bulu tangkis milik Putri tersangkut di ranting pohon.

Melihat itu Adira tertawa karena teman temannya yang berada di lapangan sedang berlomba lomba menurunkan cock itu kebawah, dengan cara yang rusuh.

"Gak olahraga lo?" mendengar suara itu, Adira menoleh. Dia mendapati Arif yang baru duduk disampingnya.

"Barusan istirahat," ucap Adira lalu kembali tertawa ketika melihat Amira dari ujung lapangan membawa sapu ijuk yang ntah dapat darimana. "Rif liat geh, mereka lucu banget. Kalo caranya kayak gitu ya gak mungkin bisa."

"Ketawa lo bagus," puji Arif, membuat Adira menghentikan tawanya.

"Ah bisa aja lo. Makasih." cewek itu menepuk pundak Arif. "Eh kok lo malah disini bukannya bantuin mereka, kan lo dari sana tadi. Bantuin sana!"

"Males, mereka kan udah rame," kata Arif santai. "Gimana lo udah hapal lagunya?"

"Udah dong."

"Baguslah," ucap Arif lalu menatap kearah lapangan. Cowok itu berdeham "Gue mau nanya boleh?"

"Nanya apaan? Pake acara izin segala." Adira mencibir.

"Kalo cewek itu suka cowok yang gimana sih?"

"Tergantung ceweknya masing masing, ada cewek yang suka cowok humoris, ada cewek suka cowok dingin, ada cewek suka cowok gamer, ada juga cewek suka cowok romantis" jelas Adira, yang dibalas anggukan oleh Arif. "Ngapa lo jadi ngomong gini sih? Udah ada gebetan ya."

Bukannya menjawab pertanyaan Adira, cowok itu malah bertanya lagi. "Kalo tipe cowok lo kayak mana?" pertanyaan cowok itu, sukses membuat Adira merasakan ada sesuatu yang janggal.

Tapi pikiran itu ia tepis jauh jauh, dan mencoba untuk biasa saja. Lagian pula dia dan Arif kan deket jadi wajar saja cowok itu bertanya.

"Gue, gak tau yang penting hati gue nyaman sama seseorang itu, ya itu pilihan gue. Lagian juga perasaan itu kan datang sendiri dan gak bisa dipaksakan," jelas Adira yang keluar begitu saja dari mulutnya.

"Kalo gue ngomong suka sama lo, jawaban lo apa?"

DEG...

Adira menoleh sepenuhnya kepada Arif yang masih duduk disampingnya. Perasaannya mulai bercampur aduk.

"Lo ngapa sih tiba tiba gini. Kesambet ya?" tanya Adira mencoba untuk menghindari suasana canggung diantara mereka. "Lo kalo suka sama cewek langsung ngomong ke dianya, ini malah pake acara praktek ke gue segala."

"Gue serius Dir." cowok itu ikut menoleh kearahnya, mata mereka bertemu.

Adira mencoba mencari kebohongan dari cowok itu, oh atau lebih tepatnya prank, tapi yang dia lihat saat ini tatapan itu adalah tatapan keseriusan seorang Arifian.

Cewek itu masih diam mencerna kata kata yang barusan keluar dari mulut Arif. Kenapa tiba tiba begini? Kemarin saja masih seperti biasanya, dan kenapa harus ada perasaan diantara mereka?

Arif memalingkan wajahnya menatap kembali lapangan didepannya "Gue, suka sama lo udah lama dari kita kelas X. Tapi saat itu gue belum berani ungkapin perasaan gue ke lo dan gue pernah mencoba menghilangkan perasaan itu, ntah kenapa semakin gue ngelupain perasaan itu, semakin besar juga rasa gue ke lo apalagi saat ini kita nambah akrab" cowok itu menghela napasnya sejenak

"Maaf gue terlalu tiba tiba ngungkapin perasaan gue. Tapi gue gak salah kan suka sama lo?"

Adira menggigit bibir bawahnya, bingung harus menjawab apa. "Ya... Gak ada salahnya sih."

Ternyata persahabatan antara cewek dengan cowok tanpa melibatkan perasaan itu, MUSTAHIL.
"Gue butuh jawaban lo, Dir. Jangan digantung ya?"

Saat ini Adira sangat bingung. Pertama, Arif adalah temannya mungkin bisa jadi sahabatnya. Kedua, dia tidak punya perasaan apapun dengan Arif, kecuali rasa persahabatan.

"Rif..." seketika ucapan Adira dipotong cowok itu.

"Gue tau lo butuh waktu, jangan dijawab sekarang, tolong dipikirin dulu. Gue akan tunggu jawabannya lo saat perform persami nanti," ucap Arif memutuskan, cowok itu mengacak rambut Adira lalu beranjak pergi.

Adira hanya diam mematung, melihat punggung cowok itu berjalan menjauh. Tak lama cewek itu beranjak lalu berlari menuju toilet. Sesampainya disana, dia menutup pintu salah satu toilet. Memejamkan matanya sejenak.

"Gue harus jawab apa?"

Adira tidak mau mengambil langkah yang salah. Kejadian ini sama seperti saat dia SMP, yang menyebabkan pertemanannya menjadi hancur dan berakhir tak saling kenal. Dia tak mau mengulang lagi.

TBC

Jadi gimana? Arif udah nyatain perasaannya, kira kira jawaban Adira apa ya?

Hehehe, tunggu part selanjutnya

Jangan lupa Vote dan comment, biar gak sider.

Ig : DilaWahidatu

My Ice Senior [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang