Part 3.1 : Umi dan Abi (Revisi)

4.7K 177 0
                                    

Happy Reading...
Typo bertebaran!
***

“Kamu sudah buat aku nyaman sama kamu. Dan aku akan mencoba untuk buka hatiku, terutama buat kamu”
- A. Putih Andini

***
Ute POV

“Ute, please ikut aku ke Bandung”

“Nggak bisa bay, pokoknya aku nggak mau. Bandung itu jauh dan belum lagi macetnya. Terus belum lagi kalau temen-temen kamu ada yang tanya aku siapa kamu, aku mau jawab apa coba?”

Please, te. Sekali ini aja. Nanti kalau ada temen-temenku yang tanya itu biar aku aja yang jawab. Mau ya, te? Janji deh nanti aku ajak keliling Bandung, nanti kamu aku ajak ke tempat favorit aku di Bandung”, Bayu masih berusaha merayuku untuk ikut menemaninya menghadiri undangan pernikahan sahabatnya di Bandung dengan iming-iming mau mengajar ku jalan-jalan keliling Bandung.

“Bandung doang mah sudah sering aku lihat kali, bay”

“Ute please, aku janji bakal bantuin kamu untuk move-on dari Hafi deh kalau kamu mau ikut aku ke Bandung”, Bayu masih berusaha membujukku untuk ikut padanya. Sebenarnya aku mau ikut dengannya pergi ke Bandung sekali refreshing. Tapi, aku harus bilang apa ke Ibu dan Mbak Aty kalau aku mau pergi ke Bandung. Tapi, kalau aku menolak permintaan Bayu pun aku juga tidak enak dengannya.

“Oke aku ikut, tapi kalau nanti ada apa-apa aku nggak tanggung jawab loh ya”, jawabku menyerah padanya daripada dia berisik terus padaku, merengek seperti anak kecil yang minta balon pada Ibunya. Apa boleh dibuat kalau sudah seperti ini jadinya.

***

Pernikahan yang kami hadiri adalah pernikahan sahabat SMA Bayu yang lumayan mewah dan juga tamu yang datang lumayan ramai. Alhasil, aku dan Bayu hanya duduk di meja yang lumayan pojok. Tapi, tak hanya kami berdua saja yang duduk di sana. Ada juga Beni dan pacarnya serta Danu dan istrinya. Beni, Danu, Bayu, dan mempelai pria adalah teman seperjuangan sewaktu di SMA dulu. Mereka cukup mengasikkan sih sebenarnya dan belum lagi tingkah mereka yang kocak itu yang membuat aku nyaman duduk dengan mereka disini. Pacar Beni dan istri Danu pun sangat ramah denganku, kami sempat mengobrol sedikit sebelum bencana besar datang tiba-tiba manghampiri kami. Bukan masalah tentang keadaan pernikahan ini. Tapi, ini masalah yang ada kaitannya dengan aku dan Bayu. Dan ini cukup membuatku speechless. Sepasang suami istri paruh baya menghampiri meja kami dengan muka yang tampak sama denganku sepertinya, sama-sama speechless.

“Aa, kamu dateng kesini juga?”, tanya wanita paruh baya itu pada Bayu dan langsung melirikku juga.

“U-umi, kok Umi sama Abi disini juga sih. Inikan acara pernikahan temen Aa, mi”, jawab Bayu seraya menyalimi sepasang suami istri ini yang dipanggil Bayu dengan sebutan Umi-Abi. Melihat Bayu yang menyalimi mereka, aku dan temen-teman yang duduk dimeja pun ikut menyalimi mereka pula.

“Iya Umi tau kok, A. Orang tua mempelai wanita itu temen Abi di kantor lama dulu. Jadi, Umi dan Abi diundang juga kesini. Aa’ sama siapa kesini?”, tanya wanita itu pada Bayu seraya melirikku sekali lagi.

“Oh, Aa kesini sama temen Aa yang cantik ini, mi. Ini temen Aa, namanya Aksara Putih Andini, mi-bi”, ucap Bayu kepada Ibu paruh baya itu seraya menunjukku untuk memperkenalkanku pada mereka. Dan aku hanya bisa tersenyum malu dan canggung saat itu kepada mereka.

“Saya Aksara Putih Andini, Tante. Panggil saja Ute.” Aku memperkenalkan diriku dengan raut muka yang seperti kepiting rebus ini. Malu dan canggung menjadi satu saat itu. Dan ini adalah moment pertamaku memperkenalkan diri pada orang tua teman laki-lakiku secara langsung setelah kejadian 2 tahun yang lalu saat aku bertemu dengan orang tua Hafi di sebuah restaurant mewah di Jakarta.

Senja dan Ujung Rasa (COMPLETE and REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang