Part 9.1 : Aku, Hafi, dan May

2.5K 107 0
                                    


"Mungkin mengikhlaskan seseorang yang kamu cintai dengan tulus

sangat sulit. Namun, percayalah

jika semua itu akan ada gantinya yang lebih baik lagi."

- A. Putih Andini

Kring... kring... kring...

May calling....

"Ya halo, Assalamualaikum. Kenapa, may?."

"Waalaikumsalam, Ute. Kamu lagi sibuk ngga ini?."

"Hmm, ngga sih. Tapi, ini aku lagi mau siaran di Radio. Kenapa, may?."

"Aku mau ngajak kamu meet up nih nanti sore. Kamu bisa ngga, te?."

"Sore ya?. Hmm, insya allah ya, soalnya nanti sore aku ada kerjaan tapi kalau misalnya kerjaanku udah selesai aku hubungi kamu deh ya. Emang mau ketemuan dimana?."

"Nanti kita ketemuan dideket tempat kamu kerja aja biar kamu ngga repot. Nanti aku hubungi lagi aja gimana?."

"Oke-oke, rencananya kita mau meet up sama siapa aja nih?."

"Sebenarnya aku sama Hafi doang sih, soalnya ada yang mau aku bicarain sama kamu."

"Yaudah, nanti aku hubungi ya."

"Oke deh, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, may."

Setelah pulang dari kantor EO, aku meutuskan untuk bertemu dengan May dan Hafi. May mengatakan bahwa ada hal penting yang akan mereka katakan padaku. Kami memutuskan untuk bertemu di CafeIn dekat apartemenku. Saat aku sampai di CafeIn, ternyata May dan Hafi sudah sampai terlebih dahulu dariku.

"Hai, lama ya nunggunya?. Sorry, biasalah Jakarta macet say." Ucapku seraya menarik kursi didepan May duduk.

"Ngga apa-apa kok, te. Kami yang seharusnya minta maaf karena ngajak kamu ketemu di jam kamu yang super sibuk ini." Ucap May yang mengejekku.

"Kamu ngejek, may?."

"Lah kan emang kamu super sibukkan?. Sampai-sampai kita udah jarang banget buat hangout bareng." Ucap May.

"Iyaa, sorry. Emang akhir-akhir ini sibuk banget, soalnya beberapa bulan yang lalu itu abinya dan adiknya Bayu meninggal dunia. Jadinya ya, aku sibuk Bandung-Jakarta gitu."

"Kok kamu ngga ngasih kabar ke kita sih kalau orang tuanya Bayu meninggal, kitakan mau ikut ke Bandung. Emang kenapa bisa meninggal, te?. Sakit?."

"Lupa, may. Mereka ngga sakit apa-apa. Sebenarnya sih, mereka kena kecelakaan parah gitu. Abinya meninggal saat hendak dibawa ke Rumah Sakit. Sedangkan. Rangga adiknya Bayu itu meninggal saat sedang dioperasi beberapa jam setelah abinya dimakamkan."

"Iih, sedih banget. Yaudah aku titip salam aja buat Bayu, semoga dia diberi ketabahan sama yang maha kuasa."

"Iya makasih banyak may, fi. Nanti aku bilangi ke dia ya. Oh ya, kalian mau ngomongin apa sama aku?." Tanyaku ke May dan Hafi.

"Ini, te. Hmm, sebenarnya kita mau tanya-tanya sama kamu soal WO kamu." Ucap may

"WO?. Emang siapa yang mau nikah, may?."

"Sebenarnya yang mau nikah itu aku sama Hafi. Dan rencananya kita mau kamu yang jadi WOnya pernikahan kita."

"Bentar-bentar, ini serius kalian mau nikah?."

"Iya, te. Kita mau nikah bulan oktober nanti."

"Ini serius may, fi?. Kalian lagi ngga bercandakan?." Tanyaku kembali untuk memastikan kabar yang aku dengar barusan.

"Iya serius, te. Kita ngga bohong sama kamu."

"Alhamdulillah, akhirnya kalian mau nikah juga. Wah, selamat ya. Emang kalian kapan sih lamarannya, kok ngga bilang-bilang?."

"Kita lamaran itu minggu kemarin di Palembang, dan sebenarnya kita mau ngundang kamu sama Bayu. Tapi, setelah dipikir-pikir kamukan lagi sibuk jadi kami pikir kamu ngga akan sempet buat dateng ke acara lamaran kita. Sorry ya kalau kita ngga sempet ngundang kamu ke acara lamaran kita kemarin."

"Santai aja, aku malah bahagia banget sekarang denger kalian mau nikah. Yaudah, rencananya kalian mau konsep pernikahan yang seperti apa untuk pernikahan kalian?."

"Kita rencananya mau konsep yang sederhana namun elegan gitu. Dan kita mau kamu turun tangan langsung buat acara itu, bisa?."

"Kalau soal itu bisa aku atur nantinya, kalian tenang aja aku bakal usahain buat kasih yang terbaik untuk pesta pernikahan kalian."

"Oke, makasih banyak ya udah mau bantuin kita."

"Iya sama-sama kok, may."

"Yaudah te, may. Hmm, ini ngga ada yang mau dibicarain lagi kan tentang pkonsep pernikahan?. Sorry, soalnya aku harus buru-buru ke rumah sakit ada jadwal operasi mendadak nih. Kalau aku tinggal dulu ngga apa-apa nih?." Ucap Hafi

"Yaudah ngga apa-apa, kamu ke rumah sakit aja, nanti aku pulang naik taksi online aja." Ucap May

"Maaf ngga bukannya aku ngga mau nganter kamu pulang. Tapi, mau bagaimana lagi udah tugas akukan?."

"Iya ngga apa-apa kok, fi. Kamu jalan aja gih, nanti telat lagi."

"Iya, fi kamu berangkat aja sekarang. Nanti biar aku yang anter may pulang biar kamu ngga khawatir." Ucapku

"Yaudah kalau gitu aku berangkt dulu ya, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam"

Beberapa minggu kemudian, saat aku sedang mengurusi konsep pernikahan May dan Hafi, tiba-tiba handphoneku berbunyi.

Hafi calling...

"Ya, fi. Assalamualaikum. Kenapa tumben telpon?."

"..."

"Ketemu?. Dimana?."

"..."

"Oke, nanti aku kesana. Insya allah."

"..."

"Waalaikumsalam"

Hafi mengajakku bertemu siang ini di CafeIn karena ada yang mau dia bicarakan denganku. Karena sebentar lagi adalah jam makan siang, aku memutuskan untuk segera berangkat ke CafeIn. Sesampainya aku di CafeIn, ternyata Hafi sudah duduk di slah satu meja di sana. Hafi menggunakan setelah kemeja dengan lengan baju yan sudah ia gulung hingga siku. Penampilan Hafi memang tidak pernah berubah dari zaman kita masih kuliah hingga saat ini. Ia tetap memukau dengan sifat coolnya itu. Namun sayang, sebentar lagi dia akan menikah dengan sahabatku dan sahabatnya juga, May.

"Hai, sorry nunggu lama."

"it's okay."

"Oh ya, kamu mau ngomong apa nih?. Soal pernikahan kamu sama May?."

"Aku ngga mau bahas soal pernikahanku dengan May. Tapi, aku mau bahas soal hubungan kita, te."

"Hubungan kita?. Maksudnya apa sih, fi aku ngga ngerti deh sama kamu sekarang?."

"Ute, aku cuman mau tanya sama kamu apa kamuikhlas kalau kamu ngeliat aku menikah dengan May?."     

.

.

.

.

.

Hai, jumpa lagi sama cerita ini...

Hari ini aku update ya...

jangan lupa vote dan komennya, ditunggu loh ya...

Thanks˄˄

Senja dan Ujung Rasa (COMPLETE and REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang