Part 14.6 : Ceritaku dan May

2K 78 3
                                    

Aku dan May memutuskan untuk duduk di meja paling ujung yang ada di rooftop.

“Kenapa?”, ucapku.

“Seharusnya aku yang tanya kenapa”, balas May.

“Kan aku udah bilang sama kamu kalau aku ngga kenapa-kenapa”, ucapku seraya menatap kedua mata May.

“Kamu ngga bisa bohong sama aku, te”

“May, please!”

Why?”.

“May, aku ngga ada masalah sama sekali saat ini. Aku baik-baik aja, May”

“Ute, aku tau saat ini kamu lagi ngga ‘baik-baik aja’. Perlu aku jelasin semua bukti yang mengatakan kalau kamu lagi ngga ‘baik-baik aja’?. Kenapa?. Ayo cerita sama aku ada apa”, ucap May. Dan aku hanya bisa menghela nafas seraya menundukkan kepalaku.

“Ute, kamu inget apa yang udah kamu katakan sama aku saat aku dan Hafi lagi ada masalah?”, tanya May.

“Kamu bilang, kalau saat itu aku persis seperti anak SMP yang lagi galau mikirin cinta pertamanya. Dan kamu tau?. Saat ini, kamu persis seperti anak SMP itu. Kamu galau. Kamu ngga fokus. Dan kamu, seperti bukan kamu yang biasanya. Mungkin Nio, Arsy, dan Selly berpikir sama denganku saat ini. Kami tau kamu seperti apa. Kami mengenal kamu sejak kita sama-sama galauin kakak kelas kita waktu di SMA. Kita sahabat, te. Kita udah lama sama-sama. Kamu tempat curhatku. Dan aku, tempat curhat kamu. sekarang kamu cerita sama aku. Kamu ada masalah apa?”, ucap May.

“May, salah ya kalau aku butuh dia ada disini?. Dan salah ya kalau aku mau dia ngga pergi kemana-mana?”, tanyaku pada May. Seraya menatap kedua bola matanya.

May menggeleng, “Ngga, te. Kamu ngga salah sama sekali. Kamu mau Bayu ada disini?”, tanya May.

Aku tersenyum pada May, “Aku memang pengen dan mau dia ada disini. Kumpul sama-sama kita. Ngerayain ulang tahunku disini. Tapi, nyatanya?. Dia ngga ada disini kan, May?”, aku tersenyum miris pada May.

May menatapku dalam diam, “Saat aku bilang, aku butuh dia. Dia malah ngga ada disinikan?. Aku udah coba memaklumi semua konsekuensi dari pekerjaannya itu. Ya, I know it!. But, apa salahnya untuk mencoba menghubungiku untuk bilang sama aku kalau dia ngga bisa datang. Atau setidaknya kasih tau aku kalau dia ngga kenapa-kenapa. Sedangkan ini?. Ngga ada sama sekali kabar dari dia, May. Terakhir kali kami berhubungan itu satu minggu yang lalu. Atau tepatnya, di hari aku ulang tahun. Dia ngucapin salamat ulang tahun untukku, itu aja. Dan kamu tau, May. Dua hari yang lalu, aku sempat datang ke rumah Mas Pandu. Kamu tau apa yang aku temuin disana?. Aku ngga sengaja baca surat penugasan Bayu dan teman-temannya selama 6 Bulan ke depan untuk berangkat pelatihan militer bersama di luar negeri. Dan mereka akan berangkat ke luar negeri lusa dini hari. Lusa, May. Lusa”, ucapku dengan nada lemahku. Rasa sesak didadaku masih ada disana. Masih ada dan masih begitu jelas.

“Dan besok sore, mereka sudah harus berkumpul di asrama. Aku ngga tau lagi dia mau bicara sama aku kapan. Waktu yang kita punya itu cuman malam ini dan besok siang. Setelah itu, aku baru akan bertemu dia kembali 6 bulan kedepan. Dan seharusnya, pertengahan bulan ini kami akan melakukan pertemuan keluarga untuk membahas rencana pernikah kami. Tapi, aku sangsi kalau pernikahan itu masih bisa terjadi kalau calon pengantinnya aja masih ada di tanah antah berantah seperti itu. Nasibku miris sekali ya, May?. Disaat aku udah siap dan yakin untuk menikah. Tapi, malah ada aja hambatannya”, ucapku.

May menghela nafasnya, “Jujur, aku ngga tau kalau kejadiannya bakal seperti ini, te. Aku ngga pernah ada di posisi kamu sebelumnya. Tapi, aku masih bisa merasakan bagaimana rasanya jadi kamu. Khawatir itu jelas. Sakit itu pasti. Apalagi kamu tau kalau Bayu akan pergi ke luar negeri selama 6 bulan ke depan tanpa kabar berita. Dan tiba-tiba aja kamu tau kalau lusa dia udah mau berangkat kerja ke luar negeri. Dan itu miris, miris banget. Dan untuk saat ini, aku cuman bisa bilang ke kamu. Kalau kamu harus kuat, te. Kamu pasti bisa melewati ini semua. Mungkin, kamu belum bisa menikah di tahun ini. Tapi, tahun depan?. Who knows?. Aku cuman bisa berdo’a. Semoga, di tahun depan tidak ada lagi hambatan untuk pernikahan kamu dan Bayu”, ucap May. Kemudian May berjalan mendekatiku. Memelukku. Dan ikut menangis di dalam pelukanku. Kami berdua menangis bersama. Meratapi nasibku yang akan ditinggal pergi ke luar negeri selama 6 bulan ke depan. Dan terpaksa mengundurkan rencana pernikahan yang sudah aku rencanakan beberapa bulan yang lalu.

Cukup lama aku dan May sama-sama menangis seraya berpelukan seperti drama-drama di TV. Tapi, ceritaku yang batal nikah ini melebihi sinetron yang ada di TV-TV itu. Sampai akhirnya, ada yang mengintrupsi kami berdua untuk melepaskan pelukan kami.

“EHEEEMM!!!”, dehaman seseorang cukup jelas di telinga kami berdua. Namun, kami masih sama-sama betah berpelukan seperti ini.

“EHEEMMM, EHEEEMM!!!”

“ASTAGA, WOY!!!”

“Masya Allah, manusia-manusia ini”, suara Arsy cukup jelas di telinga kami. Dan akhirnya aku dan May melepaskan pelukan kami itu.

Namun, saat kami melepaskan pelukan kami. Dan sama-sama melihat siapa berdiri di depan kami. Kami kembali berpelukan dan menangis sejadi-jadinya. Bayu berdiri di depanku dan May seraya memegang kue tart strawberry ditangannya. Dan itulah mengapa aku dan May kembali menangis.

Seorang Alantra Bayu Yudhantara berdiri di hadapanku saat ini. Dan dia sedang tersenyum melihatku menangis di pelukan May.

“May, jangan bilang kalau kamu yang nyuruh Bayu untuk cuekin aku seminggu ini?”, ucapku. Dan May mengangguk pasrah di pelukanku.

Sorry, Te. Sorry, banget. aku ngga tau kalau kejadiannya bakal seperti ini”, ucap May.

“May”

“Ute”

Plakkk... Plakkk...

Arsy menepuk punggungku dan May secara bergantian. Dan dengan otomatis aku dan May melepaskan pelukan kami berdua.

“Kenapa sih, sy. Ganggu orang lagi sedih-sedihan aja kamu”, ucap May.

“Kalian berdua ini kenapa sih sebenarnya. Terharu?”, tanya Arsy. Aku dan May hanya bisa terdiam menatap Arsy.

“Astaga, kalian berdua kesambet setan rooftop ya?. Heh, Ute sadar kamu!. Sadar, Ute SADAR!!. Itu lilinnya ditiup dulu kali. Keburu habis nanti lilinnya. Ayo buruan di tiup itu lilinnya, te!”, perintah Arsy. Dan kemudian aku meniup lilin ulang tahun yang ada di atas kue tart yang sedang di pegang Bayu dan juga Nio.

“Nah, begitu dong dari tadi. Nih tisu, ingus kalian dihapus dulu sana. Jijik banget sumpah liatnya”, ucap Arsy seraya menyerahkan kotak tisu kepadaku dan juga May. Aku dan May pun kompak mengelap sisa-sisa adegan mengharu biru kami barusan.

“Gimana, te surprisenya?. Sukseskan?”, ucap Hafi.

“Hmm, Kalian sukses sekali dalam menyiksaku selama satu minggu ini”, ucapku dengan suara serak dan sengau sehabis menangis.

“Hahaha, kita gitu loh”, ucap Arsy, Nio, Selly, dan Hafi secara bersama-sama. Mereka tidak tau saja apa yang akan terjadi setelah ini. Dan May menepuk-nepuk pundakku seraya tersenyum menguatkanku. Serta menggumamkan kata ‘maaf’ secara lirih.

“Haha, thanks buat surprisenya ini ya, gaess. Makasih banyak ya”, ucapku dengan senyum yang ku paksa. Kemudian memeluk sahabat-sahabatku bergantian.

“Sama-sama, te”

Saat aku ingin memeluk May. May kembali menangis dipelukanku. Dan berkali-kali dia mengucapkan kata ‘maaf’.

Sorry, te. Sorry banget”

“Iya, ngga kenapa-kenapa kok, May. Lagiankan kalian ngga tau kalau ceritanya bakal seperti itu. But, thanks untuk surprisenya. Kamu jangan nangis-nangis gitu ah, nanti debaynya ikut sedih lagi”, ucapku.

“Kok kamu tau aku lagi hamil sih, te?. Kan aku belum kasih tau kalian kalau aku udah hamil?”, tanya May.

“Jadi, kamu benar hamil, May?”, tanyaku kembali.

“Hem, aku rencananya mau kasih tau kalian nantinya. Tapi, ternyata kamu udah tau duluan. Oh ya Ute, janji sama aku kalau kamu harus kuat, te. Ada aku disini”, lirih May dalam pelukanku. Aku pun mengurai pelukanku dengan May.

Thanks, May. And congratulation!”

Setelah aku berpelukan dengan sahabat-sahabatku. Kami pun memutuskan untuk kembali ke meja tempat kami makan malam di lantai 2.

“Gimana surprisenya?”, ucap Bayu saat aku dan dia sudah duduk bersebelahan.

“Sukses banget. Kalian sukses buat aku kalang kabut. Sukses buat aku galau satu minggu. Sukses banget deh pokoknya”, ucapku seraya tersenyum.

Love you” ucap Bayu seraya mengenggam sebelah tanganku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman yang sedikit aku paksakan. Jujur, dari dalam hatiku. Berat rasanya jika harus mengetahui bahwa malam ini adalah malam terakhir kami bertemu. Rasa sesak itu kian bertambah saat ini. Ketika melihatnya tersenyum seakan-akan kami masih akan bersama lusa. Padahal nyatanya, malam ini adalah malam terakhir kami bertemu sebelum 6 bulan terpisahkan jarak dan waktu.

May melirik ke arahku dan juga Bayu. Namun, saat aku membalas tatapannya. May menundukkan kepalanya kembali. Mungkin, May masih merasa bersalah denganku. Tapi, mau bagaimana lagi. Semua sudah terjadi dan tidak bisa di putar kembali.

Setelah kami semua puas merayakan hari ulang tahunku. Kami memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Aku bersama Bayu pulang ke apartemen dengan menggunakan mobilnya. Sedangkan mobilku dibawa Abay untuk menghantarkan Nio pulang.

Selama di perjalanan menuju apartemen. Tak ada perbincangan yang terjadi di antaraku dan juga Bayu. Aku mencoba memejamkan mataku. Namun, sulit. Sejak aku mengetahui surat penugasan Bayu ke luar negeri. Aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Aku selalu saja ketakutan dan merasa khawatir dengan kepergiannya.
.
.
.
.
.
Date-upate, diserbu yo!. Jangan sampai ketinggalan ceritanya. Yo yo ayo...
Yo ayo yo yo ayo...
Yo- eits dah, kok aku malah nyanyi ya. Hadeh.

Duh, gaes. Maaf ya aku jadi nyanyi begitu. Hehe. Dimaklumi aja ya. Author lagi galau nih -cucol dikit boleh kan?. Hehe. Ampun, gaes. Ampun.

Oh ya, itu ceritanya tolong di vote dan komen ya. Ini authornya sedikit maksa ya. Maafkan ya

Happy reading, gaes!
Thanks^^

Senja dan Ujung Rasa (COMPLETE and REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang