Extra Part : Our Children

6.6K 157 2
                                    

“Aku tidak butuh apapun didunia ini. Cukup kamu dan juga anak-anak”
- A. Bayu

Ceklek

Aku menutup pintu kamar mandi dengan perlahan-lahan. Berjalan kembali ke atas tempat tidur yang ada di kamar ini. Menyibakkan selimut yang menutupi tubuh laki-laki yang sudah hampir 6 bulan ini menemaniku disini. Laki-laki egois, posesif, dan control freak. Laki-laki yang setiap harinya membuat aku merasa beruntung bisa bersamanya saat ini. Laki-laki yang 6 bulan lalu mengucapkan kalimat akad dihadapan Bapak dan berjanji pada sang pencipta. Laki-laki yang telah meminangku. Mengklaim diriku adalah miliknya. Laki-laki itu, Alantra Bayu Yudhantara. Laki-laki yang aku temui di pesawat saat aku sedang dalam perjalanan menuju Jogja. Laki-laki yang berjanji untuk selalu bersama-samaku di Pantai Parangtritis. Laki-laki yang selalu menyambutku di pagi hari dengan muka bantalnya. Laki-laki itu. Suamiku. Ayah dari anak-anakku.

Bayu masih setia bergelung di bawah selimut tebal. Meringkuk kedinginan bak janin di dalam kandungan. Sedangkan aku, masih setia memandangi raut wajah laki-laki yang aku cintai ini. Bayu masih nyenyak tertidur. Padahal hari sudah mulai terang. Namun, dia masih saja betah didalam selimut.

“Mas bangun!”, bisikku di telinga Bayu. Aku mencolek-colek pipi Bayu. Namun, dia masih tidak bergerak.

“Mas bangun, yuk! Udah siang, kita lagi dirumah Mama loh, Mas. Kamu tidak malu sama yang lain kalau kamu bangun siang?”, aku masih setia membangunkan Bayu. 6 bulan hidup bersama dengan Bayu. Aku sudah sedikit banyak mengetahui kebiasaan Bayu. Baik buruk maupun baik. Seperti ini contohnya. Paling sulit kalau dibangunkan di pagi hari. Bayu paling marah kalau tidurnya diganggu. Bayu juga paling suka tidur tanpa menggunakan baju alias shirtless. Walaupun dalam keadaan dingin sekalipun Bayu tetap tidur tanpa mengenakan baju. Dan alhasil, Bayu akan tidur meringkuk di bawah selimut karena kedinginan.

“Mas!”, Bayu masih tidak mau bangun. Malahan dia tambah mengeratkan pelukannya padaku. Mencari kehangatan dari pelukanku. Aku sudah kehabisan kesabaran untuk meladeni tingkah bayi besarku pagi ini. Dan dengan jahilnya, aku menutup hidung Bayu agar dia tidak bisa bernafas. Biasanya dengan cara seperti ini akan manjur untuk membangunkan Bayu tidur. Satu dua ti...

Dan benar saja, “Argh”,  Bayu mengulet seperti bayi. Namun, itu masih butuh beberapa menit untuk Bayu bangun tidur. Aku kemudian menepuk-nepuk pipi Bayu kembali mencoba untuk membangunkannya.

“Mas, bangun! Aku mau bicara sesuatu sama kamu”, ucapku. Bayu masih terdiam. Meringkuk dibawah selimut, seraya memelukku erat.

“Maaas! Aku hitung satu sampai tiga, kalau kamu tidak bangun sekarang juga. Aku bakal siram kamu pakai air satu cangkir ini”, setelah butuh perjuangan yang lumayan panjang. Akhirnya Bayu sedikit membuka matanya, sedikit. Ya, sedikit terbuka.

Bayu menguap lebar, “Aku masih benar-benar ngantuk, sayang. Semalam aku begadang nemenin Papa sama Bang Jo nonton bola. 5 menit lagi ya”, Bayu mencoba menutup matanya lagi. Namun, aku segera menahannya. Aku mencubit pipi Bayu keras sampai dia mengaduh kesakitan.

“Kamu masih pagi udah KDRT aja, yang. Seharusnya tuh, suami bangun pagi itu dikasih morning kissed bukan di cubit pipinya”, Bayu bergumam pelan di ceruk leherku.

“Mas, aku serius mau bicara sama kamu sekarang”, ucapku perlahan.

“Ada masalah apa pagi ini? Kamu disuruh-suruh Mama untuk buat sarapan pagi?”, tanya Bayu seraya bangun dari tidurnya dan bersandar di kepala ranjang.

Aku pun ikut bangkit dari tidurku. Meletakkan kepalaku di pundak Bayu, “No, aku sudah buat sarapan pagi sama Kak Rada tadi. Ini masalah yang lain, dan ini ada sangkut pautnya sama kamu”, ucapku.

Senja dan Ujung Rasa (COMPLETE and REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang