Part 8.3 : Kabar Buruk

2.5K 104 0
                                    


Beberapa hari kemudian, Bayu mengunjungi apartemenku seorang diri. Aku sangat terkejut saat melihat Bayu berdiri di depan pintu apartemenku. Bagaimana mungkin seorang Alantra Bayu Yudhantara yang sudah menghindariku selama beberapa bulan yang lalu tiba-tiba berdiri di depan pintu apartemenku.

"Masuk, bay."

"Terima kasih, Ute."

"Kamu mau minum apa nih, bay?."

"Apa aja yang kamu keluarin aku minum kok."

"Yaudah, tunggu bentar ya." Aku pun meninggalkan Bayu yang sedang duduk di ruang tamu seorang diri. Saat aku berada di dapur, aku tidak bisa berpikir apa-apa lagi saat melihatnya berdiri dihadapanku. Di satu sisi aku merindukannya dengan sangat. Namun, disisi lain. Aku takut jika bertemu dengannya lagi.

"Maaf, bay. Cuman ada ini di dapur. Ayo, diminum, bay." Bayu hanya tersenyum saat aku menyuruhnya untuk meminum teh yang aku siapkan tadi.

"Oh ya, kamu ke sini ada perlu apa, bay?." Tanyaku kembali pada Bayu.

"Hmm, aku cuman mau ngasih oleh-oleh ini aja, te. Maaf baru bisa nganter oleh-olehnya hari ini. Soalnya kemarin masih repot banget buat bantu-bantu persiapan penyambutan kemarin. Jadinya, baru sekarang deh liburnya."

"Wah, makasih banyak, bayu. Kamu tau aja kalau aku lagi nyari kain khas Rusia. Makasih banyak ya."

"Iya, sama-sama."

Sejak kejadian Bayu datang ke apartemenku, hubunganku dengan Bayu kembali ke seperti semula. Kembali ke beberapa bulan yang lalu, tanpa ada masalah sedikitpun. Bayu tidak banyak berubah, dia masih mempunyai senyum itu. Senyum yang membuat aku merasa nyaman jika bersamanya. Senyum yang membuat aku jatuh cinta dan sulit melupakannya. Senyum yang hampir 3 bulan ini tidak pernah aku jumpai lagi darinya.

Beberapa minggu kemudian, saat aku sedang siaran di Radio. Eyis menelponku, dia memberitahuku jika abi dan juga Angga terlibat kecelakaan parah didekat panti asuhan. Abi meninggal dunia saat sedang dilarikan ke rumah sakit. Sedangkan Angga, masih dalam kondisi kritis di rumah sakit. Tanpa berpikir panjang, aku mengajak Abay untuk berangkat ke Bandung saat itu juga. Dan tak lupa aku memberitahu mas Pandu tentang kabar ini dan meminta izin padanya untuk beraangkat ke Bandung. Ternyata Mas Pandu sudah mendengar berita tersebut dan mengizinkanku untuk pergi ke Bandung saat itu juga. Mas Pandu juga mengatakan bahwa dia akan berangkat ke Bandung juga bersama teman-teman Bayu yang lain.

Setibanya aku di rumah sakit dimana Angga berada, aku menemukan keluarga Bayu dan Bayu sendiri sedang duduk di kursi tunggu di depan ruang operasi. Dari kabar yang aku dengar dari Arsy, Angga sedang dioperasi karena beberapa tulang rusuknya patah, serta terdapat pendarahan parah di dalam tubuhnya akibat benturan yang sangat keras. Dan Angga pun harus dioperasi secepatnya agar pendarahan yang ada tidak bertambah parah dan merusak bagian lain dalam tubuhnya.

Setelah sampai di depan ruang operasi, aku melihat umi sedang duduk menangis di kursi seraya memeluk Bayu dengan erat. Melihat umi seperti itu, aku pun langsung menghampirinya dan memeluknya dengan erat. Umi pun membalas pelukanku dengan erat pula. Setelah memeluk umi dan memberikannya semangat agar tetap tegar dalam menghadapi cobaan seperti ini. Aku pun menghampiri Bayu sedang duduk dengan Abay. Bayu memang tidak menangis sehisteris umi. Namun aku tau jika saat ini dia pun merasa sangat terpukul karena kehilangan orang yang dia sayangi. Bayu memang tersenyum, namun hatinya menangis. Bayu memang terlihat tegar, namun hatinya rapuh. Saat aku memeluknya, aku mendengar dia menghempaskan nafas beratnya. Nafas yang sangat berat seberat cobaannya saat ini.

Tak lama setelah aku melepaskan pelukanku dari Bayu. Mas Pandu dan teman-temannya datang ke rumah sakit, termasuk Beni.

"Bayu, gimana keadaan adik kamu?." tanya mas Pandu pada Bayu.

"Sedang ditangani dokter di ruang operasi, kapten. Dia mengalami patah tulang rusuk dan pendarahan yang sangat serius di bagian rongga dada hingga memenuhi paru-parunya. Karena dari itu dia dioperasi sejak 3 jam yang lalu." Ucap Bayu dengan mantap tanpa memperlihatkan kesedihannya kepada semua orang yang ada disini. Mas Pandu dan teman-temannya memberikan ucapan bela sungkawa dan turut berduka cita kepada seluruh keluarga Bayu.

Tak lama setelah itu, datanglah sepasang suami istri paruh baya dan sepasang suami istri yang kira-kira umurnya hampir sama dengan mas Pandu dan mbak Aty. Saat tiba di depan ruang operasi, ibu paruh baya itu langsung menghambur ke dalam pelukan Bayu seraya menangis histeris. Saat ini, aku tau jika ibu-ibu paruh baya yang sedang Bayu peluk saat ini adalah mama kandung Bayu dan Angga, sedangkan bapak-bapak paruh baya itu adalah papa Bayu. Dan sepasang suami-istri yang datang bersama mama dan papa Bayu adalah kakak Bayu dan istrinya.

Setelah kami hampir menunggu selama 30 menit setelah kedatangan orang tua Bayu. seorang suster keluar dari ruang operasi itu dengan raut muka paniknya. Melihat suster itu keluar dari ruang operasi, Bayu langsung mendekati suster itu dan bertanya bagaimana keadaan adiknya saat ini.

"Maaf pak, bu. Saat ini operasi masih berjalan karena ini adalah operasi yang lumayan besar jadi kami masih membutuhkan banyak waktu. Jadi, kami mohon bapak dan ibu semua mohon bersabar menunggu dan jangan lupa untuk mendoakan keadaan pasien agar ia bisa melewati masa kritisnya." Mendengar apa yang disampaikan oleh suster tadi, mama Bayu berteriak histeris.

"Tapi, pak saat ini kita sedang dalam masalah yang cukup serius. Pasien sudah kehabisan banyak darahnya sedangkan di rumah sakit dan juga PMI sudah tidak memiliki stok darah yang cocok dengan pasien. Karena itu, kami meminta pada bapak dan ibu semua apabila ada darah yang cocok dengan pasien silakan ikut saya untuk diambil darahnya dengan segera. Apakah ada dari bapak dan ibu yang memiliki golongan darah B+ yang cocok dengan pasien?." Sambung suster tadi.

"Saya B+, suster." Ucapku dan mas Pandu secara bersamaan. Seketika saja kami menjadi perhatian seluruh orang yang ada disana.

"Saya dan adik saya memiliki golongan darah B+ yang suster maksud. Jadi, silakan ambil darah kita saja suster." Ucap mas Pandu saat itu.

"Tapi, kami membutuhkan darah lebih banyak pak, apakah masih ada yang memiliki golongan darah B+?. Jika ada tolong hubungi kami segera ya, pak. Kalau begitu bapak dan ibu silakan ikut saya ke dalam untuk dicek apakah cocok atau tidak, mari pak-bu."

"Terima kasih, kapten. Terima kasih, Ute." Ucap Bayu padaku dan mas Pandu. Aku dan mas Pandu hanya menjawabnya dengan anggukan kepala seraya tersenyum.

.

.

.

.

.

Updateeeeeeeeeeee!!!!

Vote dan komennya ya...

Thanks˄˄

Senja dan Ujung Rasa (COMPLETE and REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang