Part 10.2 : Lamaran kedua Hafi dan May 2

2.5K 84 1
                                    


"Aku tau, mungkin aku sudah tidak pantas lagi untuk kamu, may. Aku tau, kalau kemarin-kemarin aku udah bertindak bodoh sama kamu. Aku tau kalau kemarin aku udah menyia-nyiakan perasaan kamu. Aku memang pantas untuk dapat semua ini. Kamu pergi ninggalin aku, kamu udah mutusin buat menunda pertunangan kita. Tapi, May. Sekarang aku sadar dan tahu semuanya. Sekarang aku tau keinginan aku yang sebenarnya. Aku tau kalau aku benar-benar butuh kamu, may. Aku butuh kamu sebagai sahabat terbaik aku, dan bahkan aku butuh kamu sebagai teman hidup aku, may. May, kamu tau aku bukanlah laki-laki romantis yang kamu mau. Aku punya banyak kekurangan, may. Dan aku mau kamu yang menutupi semua kekurangan aku, may. Aku cuman mau kamu, kamu dan kamu. May, aku minta sama kamu dari ketulusan hati kamu, tolong jangan tunda rencana pernikahan kita, may. Aku mau, kita melanjutinya sama-sama. Aku mau kita belajar membangun hubungan yang sudah aku sia-siakan kemarin sama-sama. Aku mau, kamu mengajari aku untuk selalu bertahan dengan hubungan ini walaupun ada badai sekalipun. Dan aku mau kita melewati itu semua bersama-sama. Aku mau kamu jadi istri dan ibu dari anak-anakku, may. May, will you marry me?." Hafi mengatakan semua isi hatinya kepada May tanpa halangan sedikitpun. May menatap mata hitam Hafi. Ia mencari keraguan atau pun kebohongan dimata Hafi saat ini. Namun, ia hanya menemukan ketulusan dan kejujuran di mata hitam itu. May menatap Hafi, menghapus sedikit air mata Hafi yang mengalir di raut muka tegasnya. May menggenggam tangan Hafi, menguatkannya, dan mengatakan bahwa ia akan selalu mencintai Hafi dari genggaman tangannya. May hanya menyalurkan semua naluri hatinya. Dan mulai mengutarakan isi hatinya.

"Hafi, aku tau kamu dari kita masih kecil. Aku tau, kamu saat kita masih sama-sama ingusan. Dan kamu tau aku, kalau aku ngga pernah mungkin bisa melupakan semuanya tentang kamu. Kamu orang satu-satunya yang mengisi hatiku, fi. Kamu cinta pertama dan terakhir bagiku. Aku juga pernah membayangkan bagaimana lucunya kamu saat menggendong anak-anak kita nantinya. Dan aku juga membayangkan kalau kamu yang akan menemani hidupku sampai kita sama-sama menua, fi. Hafi, jujur dari dalam hatiku saat ini kalau aku merasa menjadi perempuan paling bahagia karena bisa mendapatkan hati kamu. Tapi,..." May menggantungkan jawabannya. Kemudian menatap dalam mata hitam Hafi.

"Tapi, apa may?."

"Tapi, aku mau jadi istri dan ibu dari anak-anak kamu." May tersenyum malu-malu saat mengucapkan kalimat itu barusan. Mendengar ucapan May, Hafi langsung memeluk May erat. Rasanya Hafi enggan untuk melepaskan pelukannya saat ini. Hafi tidak mau kehilangan bidadari cantiknya ini untuk kesekian kalinya.

Setelah Hafi melamar May untuk yang kedua kalinya beberapa hari yang lalu. Akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan rencana pernikahan mereka yang sempat tertunda beberapa minggu yang lalu. Dan rencananya hari ini mereka akan melakukan sesi foto prewedding di bogor. Dan dua minggu lagi mereka akan melaksanakan akad nikah serta resepsi pernikahan mereka di salah satu hotel bintang 4 di Jakarta. Dan aku akan menjadi MC di acara pernikahan kedua sahabatku ini.

Dua minggu kemudian...

Hari ini adalah hari dimana Hafi dan May mengikrarkan janji sehidup semati mereka didepan keluarga kedua mempelai serta tamu undangan yang hadir di acara pernikahan mereka berdua. Acara pernikahan Hafi dan May berjalan dengan lancar. Bahkan Hafi dengan lancarnya mengucapkan ijab kabul dengan satu tarikan nafas tanpa meleset sedikitpun. Dan mereka berdua sangat merasa bahagia dengan acara pernikahan mereka.

Bukan hanya keluarga kedua mempelai saja yang datng ke acara pernikahan Hafi dan May. Namun, semua sahabat-sahabat mereka pun datang yang artinya semua sahabat-sahabat SMAku pun datang semua. Ada Arsy dan Lisa dari Bandung, Selly dan suaminya dari Surabaya, Uwik dan Asti dari palembang beserta suami-suami mereka dan juga kurcil-kurcil mereka yang imut dan lucu, dan tak lupa pula Nio beserta calon imamnya juga datang. Arsy datang kesini bersama dengan Lisa dan suaminya serta Beni. Ya Beni, teman seperjuangan Bayu di ranah kemiliteran itu. aku juga baru tau jika Arsy dan Beni saling berkenalan dan menjalin hubungan seperti ini. Selama ini Arsy dan Beni tidak pernah membicarakan ketertarikan mereka satu sama lain. Namun, tiba-tiba mereka berdua memperkenalkan diri mereka sebagai sepasang kekasih didepan kami semua, sahabat-sahabatnya. Sontak saja, aku dan Bayu terpana melihat kemesraan mereka berdua. Dan semua sahabat-sahabatku langsung membicarakan hubunganku dengan Bau dan juga Arsy dan Beni. Mereka sibuk mengolok-olok kami karena tinggal kami berdua yang belum menikah. Eits, Nio juga belum menikah. Namun, akhir bulan November nanti mereka akan melangsungkan pernikahan juga. Sedangkan aku dan Arsy belum berencana untuk menuju ke jenjang yang lebih serius atau kata lain sebuah pernikahan.

"Hei, adik kecil. Kapan kamu mau menyusul abangmu yang ganteng ini untuk menikah, hah?. Nanti kekasihmu yang gagah ini keburu diambil orang loh, baru kamu ribut sendiri nanti." Hafi mengejekku dan sontak saja semua sahabat-sahabatku yang ada disini menertawakan diriku.

"Hei, Hafi si abang jahanam. Mentang-mentang baru ijab kabul udah bisa ngejek aku kamu ya. Awas aja nanti kalau May ngambek ngga aku bantuin lagi kamu biar tau rasa didiemin sama May." Ucapku pada Hafi.

"Ute, ute. Kamu kapan mau nyusul kita-kita yang udah jadi ibu-ibu ini?."

"Kapan dia siap buat aku ajak ke Palembang untuk ngadep bos besar untuk meminangku, maka aku akan siap saat itu juga." Aku merutuki diriku sendiri dengan jawaban ngasalku itu.

"Cie.. cie... kode keras tu mas tentara kapan siap diajak ke Palembang buat nemuin calon mertua." Ucap May

"Kalau saya mah siap kapan aja, may. Tapi, dianya yang belum siap jadi ibu persit." Bayu menjawab ucapan May dengan mudahnya. Sedangkan aku hanya bisa diam merenungi nasibku yang menyedihkan ini.

"Ute, kamu itu cari pasangan yang gimana lagi sih?. Kemarin udah ditinggal nikah sama pak pilot itu. Terus ini ditinggal nikah sama pak dokter ganteng. Mau ditinggal nikah sama pak tentara juga baru kamu mau nikah, iya?." Ucap Selly yang membuat aku terdiam.

"Yah kamu sel, do'anya jangan gitu dong ke aku, jahat banget. Orang lagi merana abis ditinggal nikah mantan malah dido'ain ditinggal nikah gebetan. Kan merana hati awak mendengarnya." Ucapku.

"Makanya kalau ngga mau ditinggal nikah lagi. Ya, kamu nikahain aja gebetannya. kan simpel." Ucap May yang langsung dibalas anggukan setuju dari semua sahabat-sahabatku yang lain.

"Pernikahan itu ngga se 'simple' seperti kita mau beli baju di toko. Kalau mau beli tinggal ambil aja terus bayar. Ini pernikahan loh ya, aku cuman mau nikah sekali seumur hidup. Jadi, aku mau cari pasangan yang benar-benar mau menerima aku 'apa adanya' bukan 'ada apanya', right?."

"Ya, apa yang kamu omongin tadi ada benernya juga sih. Tapi te, kita balik lagi ke umur kamu ya. Inget umur itu semakin lama semakin berkurang loh dan kita-kita masih mau dan berencana untuk hadir dipernikahan kamu. Pokoknya tahun depan kami mau hadir di pernikahan kamu atau Arsy deh. Karena tinggal kalian berdua yang masih betah nge'jomblo' padahal sudah ada pasangan masing-masing." Ucap Selly.

"Kalau tahun depan, mending Arsy duluan deh sama Beni tuh, aku nyusul beberapa tahun kedepan deh." Ucapku sambil senyum-senyum menggoda Arsy dan Beni yang hanya diam mendengarkan obrolan absurd kami tentang pernikahan.

Jika banyak orang membayangkan bahwa kehidupan setelah menikah itu akan sangat menyenangkan. Namun, menurutku itu tidak. Banyak faktor yang mempengaruhi diriku tentang paham akan sebuah pernikahan. Banyak contoh pernikahan gagal yang ada disekitarku. Namun, ada juga beberapa contoh pernikahan yang langgeng samapi maut memisahkan. Contoh-contoh itulah yang sampai saat ini masih menganggu pemikiranku akan sebuah pernikahan. Terutama aku yang notabennya berasal dari keluarga broken home, mungkin sebuah ikatan pernikahan menjadi trauma tersendiri untuk kami. Tidak hanya pernikahan kedua orang tuaku yang hancur. Namun, pernikahan kakak pertamaku juga hancur. Karena dari itu, aku masih enggan untuk berpikir tentang kehidupan setelah menikah. Karena aku takut untuk merasakan ke gagalan seperti kedua orang tuaku atau kakak pertamaku.

.

.

.

.

.

Update-update!!!

Vote dan Komen, please...

Thanks^^

Senja dan Ujung Rasa (COMPLETE and REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang