Part 6.1 : Citra dan Arsy

3.1K 132 0
                                    

“Saya janji sama kamu,
Saya akan menjaga kamu
Seperti saya menjaga tanah air ini”
- A. Bayu

Acara syukuran panti asuhan kali ini mengusung tema yang sederhana namun penuh khidmat. Banyak tamu yang hadir di acara ini. Baik itu dari keluarga besar Bayu, kolega abi dan umi, maupun sahabat-sahabat anak-anak umi dan abi serta donatur tetap panti asuhan. Letak panti asuhan ini sangat strategis. Tempat yang tidak jauh dari kota namun dekat dengan berbagai fasilitas umum seperti rumah sakit, halte bus, stasiun kereta, dan juga taman hiburan. Aku yakin dengan seperti ini panti asuhan akan dapat banyak donatur untuk bergabung berdonasi pada panti asuhan ini.

   Di acara ini, aku banyak mengenal atau lebih tepatnya diperkenalkan pada anggota keluarga Bayu yang lain. Bayu memiliki keluarga yang cukup besar. Walaupun tidak semuanya datang kesini. Namun, ini saja sudah cukup membuktikan bahwa keluarga Bayu sangat banyak. Yang membuatku terkejut saat itu adalah saat aku bertemu dengan teman lamaku yang telah lama tidak bertemu, Arsy namanya. Arsy adalah salah satu teman dekatku waktu SMA. Dahulu waktu aku masih bersekolah di SMA yang berada di Palembang, Arsy menjadi salah satu teman yang sangat dekat denganku. Namun, setelah kami lulus SMA dan Arsy lebih memilih untuk kuliah di Bandung, sedangkan aku di Jakarta kami sudah sangat jarang berkomunikasi sampai saat ini. Dan aku sangat senang dapat bertemu dengannya kembali disini.

“Arsy, apa kabar kamu?.” Tanyaku pada teman lamaku.

“Baik, ute. Kamu apa kabar?. Kita udah lama ngga ketemu ya.”

“Alhamdulillah aku baik juga. Iya yah kita udah lama ngga ketemu, kira-kira udah 5 tahunan ngga sih?.” Tanyaku pada Arsy

“Iya deh kayaknya, semenjak aku pindah ke Bandung kita ngga pernah ketemu lagi. Sekarang kamu dimana, te?.”

“Aku di Jakarta. Kamu masih disinikan tinggalnya?.”

“Iya, aku masih di Bandung. Kamu kesini sama siapa, te?”
   Setelah Arsy mengucapkan kalimat itu, Bayu datang menghampiri aku dan Arsy yang sedang asyik mengobrol. Dan betapa kagetnya aku, saat aku tau bahwa teman lamaku ini adalah salah satu sepupu Bayu yang ada di Bandung.

“Kamu kenal sama Arsy, te?.” Ucap Bayu padaku.

“Iya bay, Arsy ini salah satu temen dekat aku waktu kita masih SMA. Kita temenan dari masuk SMA sampai kita pada lulus SMA. Tapi, setelah Arsy pindah ke Bandung dan aku di Jakarta. Kami udah jarang banget ketemu. Padahal jarak Bandung-Jakarta itu ngga terlalu jauhkan, tapi kami bisa lost-contact gitu. Tapi sekarang, aku senang banget bisa ketemu dia lagi.” Ucapku dengan semangat sambil berpelukan dengan Arsy. Aku merasakan jika saat ini aku merasa bahagia bisa bertemu dengan teman lamaku. Bagaimana tidak, kita bisa bertemu dengan teman lama kita setelah berpisah bertahun-tahun lamanya dan kembali bertemu secara kebetulan dan tanpa kita duga sebelumya.

“Berarti Arsy juga kenal sama May dan Hafi dong?.” Tanya Bayu padaku.

“Gimana ngga kenal coba, orang kita sahabat gitu. Kemana-mana selalu bareng, ya ngga te?.” Ucap Arsy saat itu.

“Iya betul banget tuh, pasti mereka seneng banget ketemu kamu deh, sy. Kapan-kapan meet up bareng yuk?.” Ajakku pada Arsy dan dijawab dengan anggukan semangat dari Arsy.

“Yaudah deh, kalian ngobrol-ngobrol aja lagi ya. Aku mau kedepan dulu.” ujar Bayu pada kami lalu meninggalkan kami berdua.

Bertemu dengan Arsy berarti mengingatkan ku kembali pada masa-masa SMAku yang terkadang masih aku rindukan sampai saat ini. Rindu berkumpul dengan teman-teman dekatku. Rindu sahabat-sahabatku dulu. Rindu May, Arsy, Selly, Uwik, Lisa, Nio, dan Asti. Dan juga mantan pacarku sekaligus sahabatku, Hafi. Mereka yang selalu bersamaku disaat-saat suka maupun duka. Namun, sangat disayangkan, persahabatan kami akhir-akhir ini sedikit merenggang karena kesibukan kami masing-masing dan juga jarak yang menjadi alasan utama kami tidak bisa berkumpul bersama seperti dahulu.

Setelah acara selesai, kami pun pulang ke rumah Bayu. Sebelum berpisah dengan Arsy tadi, aku sempat bertukar nomor telpon dengannya. Aku tidak mau membuang kesempatan ini untuk kembali dekat dengannya lagi. Ternyata Arsy tidak sendirian disini. Arsy tinggal bersama Lisa disini. Tapi, sayangnya Lisa tidak bisa ikut kesini karena ada beberapa urusan yang harus dia kerjakan. Lisa adalah salah satu teman dekatku juga, aku kenal dengan Lisa karena memang Lisa adalah sahabat kecil Arsy sehingga otomatis Lisa juga adalah sahabatku juga.

Namun, sebelum aku dan Arsy berpisah. Arsy sempat memperkenalkan aku pada seorang wanita yang umurnya sedikit lebih tua dari kami, walaupun tidak terlalu jauh bedanya. Aku sepertinya pernah melihat teman Arsy ini namun dimana aku pernah bertemu dengannya.

“Citra sini dong, aku kenalin sama temen lamaku nih.” Ucap Arsy memanggil wanita itu unuk mendekat dengan kami.

“Oh ya, bentar.” Jawab wanita itu lalu berjalan mendekat pada kami.

“Ute, kenalin ini salah satu temanku di Bandung. Namanya Tania Citra Wijaya. Dia ini dokter di salah satu rumah sakit ternama disini.” Ucap Arsy.

“Oh, hai Tania. Aku Aksara Putih Andini, tapi kamu panggil aku Ute aja soalnya temen-temenku yang lain suka manggil namaku dengan sebutan itu.” Ucapku memperkenalkan diri.

“Hai juga Ute, aku Citra temennya Arsy. Senang bertemu denganmu.” Ucap Citra padaku.
“Oh ya Ute, Citra ini adalah senior aku waktu dikampus dulu. Tapi, dia ngga pernah mau aku panggil kakak karena dia ngga mau dibilang tua katanya.” Canda Arsy yang membuat citra melirik tajam padanya.

“Iih kamu ya, sy. Jangan dipercaya Ute, Arsy mah suka bohong.” Ucap Citra padaku dan aku hanya tertawa mendengar Arsy menggoda Citra. Sepertinya aku pernah bertemu dengan Citra ini. Namun, dimana ya aku pernah bertemu dengannya.

“Oh ya Citra, sepertinya aku pernah liat kamu deh. Tapi, aku lupa pernah liat kamu dimana. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?.” Tanyaku pada Citra.

“Sepertinya aku juga lupa kita pernah bertemu dimana. Mungkin pernah bertemu di Rumah Sakit?.” Jawabnya

“Mungkin ya, aku juga lupa.” Ucapku

“Oh ya Ute, Citra. Aku tinggal dulu ke depan ngga apa-apa ya?. Aku mau nemuin keluargaku yang lain dulu didepan.” Tanya Citra padaku.

“Iya ngga apa-apa, sy.” Jawabku
“Aku sama Ute tunggu disini aja ya, sy?. Nanti kamu kesini lagi kalo udah selesai dari depan.” Ujar Citra pada Arsy dan dijawab Arsy dengan anggukan kepala saja lalu meninggalkan kami berdua disini.

“Oh ya Ute, aku mau tanya sama kamu boleh?.” Tanya Citra.

“Iya boleh kok, cit. Mau tanya apa?.” Jawabku

“Maaf sebelumnya kalo pertanyaan aku terlalu pribadi ke kamu. Tadi aku liat kamu ngobrol sama Bayu. Kamu ada hubungan sama Bayu?.”Ucap Citra padaku. Mendengar pertanyaan yang diucapkan Citra saat itu cukup membuatku terkejut.

“Ute, kok kamu diem?. Kalo kamu ngga mau jawab juga ngga papa kok ute aku ngerti, aku minta maaf ya sama kamu.” ucap Citra.

“Oh, ngga kok, cit. Ngga papa, sebenarnya aku sama Bayu baru deket akhir-akhir ini. Kita hanya sebatas teman.”

“Oh gitu, berarti kamu juga udah kenal sama keluarganya dong?.”

“Baru kenal beberapa minggu yang lalu. Kenapa emangnya, cit?.”

“Ngga kok cuman mau tanya aja. Kebetulan aku dan Bayu itu dulu teman waktu di SMA, sama kayak kamu dengan si Arsy.”

“Oh, kamu temen SMAnya Bayu?. Berarti kamu anak Taruna dong?. Tapi, kenapa kamu sekarang jadi dokter?. ”

“Iya te, kita satu SMA waktu di Taruna. Tapi, waktu aku kelas 3 SMA, aku keluar dari sekolah itu dan masuk ke sekolah biasa. Alasannya karena emang passionku bukan disana, dari awal emang aku ngga niat juga buat sekolah disana tapi orang tuaku bilang aku harus belajar disiplin disana. So, aku nurut aja sama omongan orang tuaku. Terus setelah 2 tahun aku sekolah disana, aku udah ngga tahan lagi sama semuanya. Makanya aku mutusin buat keluar dari sana dan lanjut disekolah umum seperti kalian.”

“Sayang banget ya kamu harus keluar dari sana.”

“Mau gimana lagi, te. Akunya udah ngga tahan disana, mau dipaksaain juga percuma karena niatnya udah ngga ada.”

“Iya juga sih, tapikan kamu sekarang udah buktiin sama orang tua kamu kalo kamu udah ngejer cita-cita kamu. And see, kamu berhasilkan.”

“Iya betul kata kamu. Tapi, masih ada yang aku sesali sampe saat ini, te.”

“Apa itu kalo aku boleh tau, cit?.”

“Hmmm, aku udah nyia-nyiain orang yang bener-bener tulus mencintai aku, te. Dan aku sangat menyesal sampai sekarang. Andai aku bisa muter ulang waktu, dan aku ngga bakal sia-siain orang itu. Ngeliat dia bahagia sekarang sama orang lain itu ngebut aku tambah ngerasa bersalah sama dia. Aku mau balik lagi sama dia, te. Aku udah berusaha minta maaf sama dia. Tapi itu semua sia-sia, dia ngga mungkin balik lagi sama aku. Dia udah benci banget sama aku, banget.” Citra mengusap air matanya yang jatuh dipipinya. Kemudian aku memeluknya, menenangkannya dipelukkanku. Kami memang baru kenal, tapi entah kenapa aku merasa kisahnya hampir sama denganku. Meninggalkan kekasih yang masih kami cintai dan pada akhirnya kami menyesal.

“Sudahlah, cit. Kamu ngga usah sedih lagi, mungkin kamu sama dia emang bukan jodoh kali. Mungkin jodoh kamu lebih baik dari dia, kamu ikhlasin aja dia, cit. Perlahan-lahan, kamu pasti bisa move-on.” Ucapku menenangkannya.

“Iya, te. Makasih banyak ya.”

“Andai kamu tau laki-laki itu siapa, te. Apa kamu masih bisa peluk aku kayak gini?.” Lirih Citra dalam hatinya.
.
.
.
.
.
Hai, semua...
Hari ini aku mewakili Kapten Pandu dan Lettu Bayu untuk mengucapkan "Selamat Hari ABRI yang ke 73 ya"...
'Bersama rakyat, TNI kuat'
.
.
.
Vote dan komen ya, semuanya...
Luplupp
Thanks^^

Senja dan Ujung Rasa (COMPLETE and REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang