Happy Reading...
Typo bertebaran!
***Tidak jauh dari tempat dudukku saat ini, aku dapat melihat dengan jelas raut wajah terkejut yang Bayu tunjukkan. Ia hanya bisa menatap kearah ku dengan tatapan diamnya. Aku tau dia kaget melihatku saat ini. Jika tadi sebelum dia meninggalkanku ke toilet aku hanya sendirian di meja ini. Namun, saat dia akan kembali kesini, sudah ada dua orang asing didepanku yang tidak ia ketahui saat ini. Aku melihatnya berdiam diri di ujung meja paling belakang.
Melihatnya seperti itu, aku pun lantas melambaikan tanganku padanya menyuruhnya untuk kembali duduk di kursi miliknya. Dan dia pun langsung menghampiriku dengan perasaan penasaran yang tergambar jelas dimatanya. Aku hanya tersenyum kepadanya dan dia pun langsung menarik kursi disampingku diikuti dengan tatapan mata May dan Hafi yang tertuju pada Bayu.
“Sorry, nunggu lama ya?”, Bayu berkata padaku sambil menatap diriku dengan senyum yang mengambang di wajahnya yang tegas. Aku tau dia masih penasaran dengan orang yang ada didepannya saat ini. Dan aku harus mengenalkannya sekarang sebelum mereka berpikir yang tidak-tidak. Terutama May dan Hafi.
“It’s okay. Oh ya, perkenalkan mereka berdua adalah sahabatku. Yang ini May dan yang ini Hafi. Noa, Hafi, ini Bayu, temanku yang aku bilang tadi”, Aku memperkenalkan May dan Hafi pada Bayu sambil menatapnya kemudian menatap May dan Hafi secara bergantian.
“Oh hai, Saya Bayu”, Ucap Bayu.
“Aku May sahabatnya Ute dan ini Hafi”, May membalas memperkenalkan dirinya dan Hafi kepada Bayu.
Tak lama setelah mereka memperkenalkan diri. Aku dapat melihat jika Bayu tidak terlalu kaku ketika ia bertemu dengan beberapa orang yang aku kenal. Dan aku dapat melihat jika Bayu tidak terlalu keberatan untuk berbincang-bincang sedikit dengan May dan Hafi.
Banyak hal yang kami bicarakan berempat. Sampai-sampai kami tidak menyadari jika makanan yang kami pesan sudah siap. Dan kami pun melanjutkan pembicaraan santai kami seraya menyantap makanan kami.
Setelah selesai menghabiskan makanan yang tadi kami pesan. May dan Hafi pamit terlebih dahulu karena mereka buru-buru. Hafi mendapatkan telpon darurat dari Rumah Sakit tempatnya berkerja. Ya, Hafi memang seorang dokter yang belum lama ini menyelesaikan pendidikannya dan mulai berkerja di salah satu Rumah Sakit swasta yang ada di Ibu Kota. Sedangkan sahabatku May adalah seorang karyawati di salah satu perusahaan besar di Jakarta.
“Kita pamit ya, Uuut sayang. Sorry nggak bisa lama disini. Hafi dapet telpon urgent nih. Jadi, kita harus segera ke Rumah Sakit deh. Next time deh ya kita kumpul-kumpul lagi, sekalian ajak-ajak yang lain juga. OK”, May berkata padaku sambil mengedipkan sebelah matanya.
Aku memutar mataku jengah melihat aksi May barusan, “Iya deh pulang gih sana kalian bedua. Kalian itu ganggu orang mau kencan aja tau nggak sih?”, Jawabku pada May dengan nada yang aku buat seolah-olah aku terganggu akan kehadiran mereka berdua.
“Awas kamu, Uut sayang. Mentang-mentang udah nggak jomblo lagi kamu jadi sombong, lupa sama kita sahabat-sahabatnya. Iya nggak, fi?”, kata May.
“Hm, dia emang gitu orangnya. Jadi, kita harus tahan punya sahabat seperti manusia satu ini”, ucap Hafi.
“Eh, situ nggak sadar diri, Mas-Mbak? Udah sana pergi, hati-hati dijalan ya, Anoaku tersayang. Hafi suka gigit soalnya", Aku berkata pada May seraya melambaikan tanganku pada mereka.
Setelah berpamitan pada Bayu, May dan Hafi pun akhirnya meninggalkan Aku dan Bayu di Kedai.
“huuuft..” Hentakan kasar nafasku mungkin terdengar oleh Bayu dan Bayu pun menoleh padaku. Ia nampak heran atau mungkin sedikit terkejut.
“Kenapa? Kayaknya dari tadi kamu keliatan badmood banget pas ada mereka berdua? Emang ada masalah sama mereka atau malah ada masalah sama aku?”, tanya Bayu padaku seraya menoleh padaku dengan tangannya menopang dagu di atas meja.
“Siapa bilang?”, tanyaku kembali padanya.
“Akulah, kelihatan jelas dari raut wajahmu, Ute”, jawab Bayu sambil tersenyum padaku.
“Enggak kok, aku baik-baik saja”
“Jangan bohong deh”, Bayu menyangkal ku.
“Nggak bohong kok, kamu aja yang baperan, orang akunya aja biasa-biasa saja”, jawabku sambil tersenyum palsu padanya.
“Kamu itu nggak bisa bohong Ute. Bilang sama aku sebenarnya ada apa antara kamu sama May dan Hafi? Apa salahnya jujur ke aku?”, kata Bayu.
Aku menatap Bayu, “Keliatan banget emangnya?”, jawabku sambil menopang daguku dengan tanganku dan menoleh padanya.
“Iyalah, kamu itu kalau nggak bisa bohong ya jangan coba-coba bohong. Nggak takut dosa kamu?”
“huuuft, terkadang bohong itu lebih baik daripada harus jujur. Apalagi di kondisi yang seperti ini”, jawabku dengan raut muka yang serius padanya.
“Lah emang kenapa? Aku tau kita baru kenal beberapa hari. Tapi, apa salahnya sih cerita sama temen kamu sendiri”, ucap Bayu spontan.
Aku menatap Bayu sambil menaikkan sebelah alis ku, “Teman? Emang kamu mau berteman sama aku?”, jawabku seraya melemparkan senyum mengejek padanya.
“Kalau aku nggak mau berteman sama kamu aku nggak mungkin ada di sini saat ini. Mungkin, kamu kali yang nggak mau berteman sama aku. Iya kan?”, kata Bayu.
“Nggak kok, siapa bilang?”, ucapnya.
“Aku. Ya udah kalau emang kita berteman silakan kamu cerita sama aku. Aku akan mendengarkan semua cerita kamu itu”, kata Bayu.
“Pemaksaan banget sih kamu”
“Ayolah jangan buat orang penasaran deh, Ute. Ayo buruan cerita”, ucapnya dan aku hanya bisa diam tanpa memperdulikannya sama sekali.
“Ayo Ute, aku janji deh nggak akan cerita kemana-mana”
“Oke fine”, ucap ku menyerah padanya.
“Nah gitu dong, kan enak jadinya”
“Iya, tapi kamu harus janji dulu sama aku kalau kamu nggak akan cerita ke orang-orang soal ini. Gimana, setuju?”, ucapku.
“Hm, iya deh janji”
“Iya sabar kali. Jadi gini ceritanya...”
***
Buiihh digantung cin, kek jemuran laundry😂
Jangan sedih gitu dong, keep smile dikit dong biar kalian tambah cakep.
Tapi, kalo kalian nggak vote sama komen tetep aja cakepnya rada kurang dikit😂 hiks hiks hiks...
Cus deh yuk vote dan komennya ya say...
Tunggu next part ya, jangan bosen loh...
Salam sayang author cantik😊Thanks^^
See you soon, bye-bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Ujung Rasa (COMPLETE and REVISI)
RomanceTerkadang sebuah pertemuan tak terduga itulah yang paling berkesan. Sama seperti pertemuan Aksara dan Alantra. Pertemuan yang tidak pernah diharapkan. Pertemuan yang tidak direncanakan. Dan takdirlah membawa pertemuan mereka. Aksara Putih Andini, at...