Part 8.2 : Saudara Laknut's 2

2.4K 111 0
                                    



"Ute?." seorang laki-laki menghampiriku saat hendak masuk ke dalam Aula.

"Oh hai, Ben. Aku kira siapa tadi yang menyapaku."

"Berharap Letnan Bayu yang menyapa kamu ya, te?." Ucap Beni padaku.

"Sok tau kamu, Ben."

"Hahaha, sorry-sorry. Kamu mau cari siapa disini, te?."

"Oh, aku mau cari kakak laknatku. Liat ngga?."

"Kakak laknat?. Setauku sih, disini tidak ada yang namanya laknat deh, te. Salah orang kali kamunya?."

"Sorry, ben. Maksudku itu, Kapten Pandu yang aku cari."

"Oh, Kapt, Pandu maksud kamu. Emang ada perlu apa, te?."

"Ini loh, ben. Mau nganter anak curut ini nih." Ucapku sambil menunjukkan keponakanku tersayang ini.

"Anak curut?. Ada-ada saja kamu deh, te. Yaudah aku anter yuk, mau ngga?." Beni mengajakku masuk ke dalam Aula dan mencari si kakak laknatku itu. Tanpa kami sadari ternyata ada seseorang yang memandangi kami sedari tadi. Ya, Lettu. Inf. Alantra Bayu Yudhantara S. T. Han yang melihat aku dan Beni sedari tadi.

"Cemburu, letnan?."

"Siapa bilang?."

"Kalau masih cinta mah, dikejar letnan. Nanti di salip orang baru tau rasa deh, letnan."

"Apaan sih kamu. Sudah kamu masuk sana." Bayu meninggalkan adik asuhnya yang mengejeknya tadi dengan perasaan sedikit emosi.

Setelah bertemu dengan mas Pandu dan mbak Aty, Beni pun langsung berpamitan untuk bergabung dengan teman-temannya yang lain.

"Dek, mbak kenalin sama ibu danki disini yuk."

"Apaan sih, ngga mau ah. Malu tau ngga, aku mau pulang aja ke apartemen."

"Iih, kamu ya. Dengerin dulu kalau orang tua bicara mah. Ibu Danki ini yang merekomendasikan ketering kita ke ibu-ibu persit yang lain. Katanya dia sering makan di kedai. Tapi, dia belum pernah ketemu kamu. Makanya, mbak suruh kamu ke sini."

"Oh, berarti ibu danki adalah alasan kenapa kalian menyuruh aku untuk mengantarkan makanan dan jemput Adam kesini sampai-sampai harus bilang kalau mobil mogok?."

"Eh, tau darimana kamu?."

"Udah ya mbak ngga usah drama, aku mau pulang ah. Bete tau ngga a-." Sebelum menyelesaikan ucapanku barusan mbak Aty sudah menarik tanganku untuk ikut dengannya. Dia menarikku untuk ikut ke kerumunan ibu-ibu persit yang sedang tertawa-tawa haha-hihihi didekat meja katering.

"Permisi, ibu-ibu semua." Sapa mbak Aty terhadap rombongan ibu-ibu yang sedang mengobrol itu dan dengan seketika ibu-ibu yang sedang asik mengobrol itu menghentikan kegiatan mengobrol mereka dan langsung menatapku dengan penuh tanda tanya.

"Eh, ada apa ibu Pandu?." Jawab salah satu ibu-ibu yang duduk didekatku berdiri saat ini.

"Permisi, bu danki. Ini saya bawa pesanan ibu danki. Ini adik saya yang punya katering dan kedai nusantara itu, bu."

"Oh ya?. Jadi, kamu yang selalu dibicarakan anak saya dan suami saya. Siapa namamu, nak?." Salah satu dari ibu-ibu persit yang paling cantik dan berwibawa. Ternyata ibu itu adalah ibu danki di asrama ini.

"Perkenalkan nama saya Ute, bu. Aksara Putih Andini lengkapnya, tapi lebih sering dipanggil Ute. Dan saya yang punya katering makan yang saat ini sedang ibu-ibu semua nikmati." Aku mencoba memperkenalkan diriku kepada semua ibu-ibu yang ada disana.

"Wah, saya kira kamu tidak akan datang tadi. Saya ibu Azam, saya ibu danki disini dan ini semua adalah ibu-ibu persit disini."

Setelah beberapa lama mengobrol dengan ibu-ibu persit disana, aku pun berpamitan untuk kembali ke apartemen sebelum terlalu larut malam untuk pulang. Namun, mas Pandu melarang keras untuk aku pulang ke apartemen. Akhirnya, aku harus menahan egoku untuk malam ini dan kembali ke apartemen besok pagi.

Keesokan paginya, saat aku hendak pulang ke apartemen. Mas Pandu mengatakan padaku jika dia mau ikut sampai lapangan depan karena dia sedang malas untuk membawa kendaraan. Alhasil, aku harus menghantarkan kakak ipar laknatku ini ke lapangan depan. Sesampainya kami di lapangan apel asrama, aku tidak sengaja bertemu dengan Beni dan teman-temannya sedang siap-siap apel dipinggir jalan. Mas Pandu memintaku untuk menurunkannya di dekat para tentara muda itu berdiri. Tanpa membuang-buang kesempatan untuk membuat mas Pandu sarapan pagi kembali alias marah-marah tidak jelas padaku karena aku tidak segera menurunkannya maka aku menurunkannya ditempat yang ia mau. Melihat Beni dan teman-temannya berdiri dipinggir jalan, aku pun langsung menurunkan kaca mobilku dan menyapa para prajurit muda itu.

"Selamat pagi, bapak tentara. Bagaimana kabarnya pagi ini?." Sapaku pada beberapa orang prajurit muda itu, ada Beni dan Bayu juga disana.

"Eh, ibu Ute nyapa siapa nih?. Saya atau orang disebelah saya, bu?." Tanya Beni padaku, aku tau orang yang dia maksud siapa.

"Saya mah nyapa semuanya atuh, pak."

"Jadi, semuanya nih?. Kirain saya doang yang disapa."

"Itu mah maunya kamu aja, pak."

"Hahaha, ibu tau aja. Baru mau pulang ke apartemenmu pagi ini, te?. Aku pikir semalam kamu udah langsung pulang ke apartemen setelah menghantarkan keponakan kamu."

"Dipaksa, ben. Maunya sih langsung pulang ke apartemen setelah menghantar Adam, tapi dipaksa menginap oleh mas Pandu. jadinya, ya menginap disini dulu semalam." Beni hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Adik ipar tersayang, kenapa masih disini?. Mau cari pacar baru kah?." Mas Pandu menghampiri aku dan Beni yang sedang mengobrol.

"Mau cari kakak ipar baru dong, mau cari yang ngga suka marah-marah. Ada rekomendasi, pak?." Jawabku bercanda yang dibalas dengan lirikan tajam masku ini.

"Mau pergi dari sini atau dari kartu keluarga, adik sayang?." Masku yang aneh ini mengusirku secara halus namun efeknya sangat tajam setajam silet. Melihat saudara ipar yang aneh ini, Beni dan teman-temannya hanya diam saja dan sekali-kali tersenyum melihat tingkah anehku dan mas Pandu.

"Mau anak buahnya saja, pak pandu. Boleh?."

"Ini mau?." Mas pandu mengacungkan bogemnya kehadapanku. Dan aku hanya tersenyum menggodanya.

"Sudah ah, aku mau pergi siaran dulu. Nanti telat, terus kejebak macet jalanan Jakarta lagi. Pergi dulu ya, bapak-bapak tentara yang ganteng-ganteng. Semangat pagi..!!"

"Hati-hati, jangan ngebut."

"Siap, pak. 40 km/jam aja kok, sisanya. Assalamualaikum, semuanya." Setelah mengucapkan salam aku pun menancapkan gasku untuk berjuang melawan kemacetan ibu kota di pagi hari.

.

.

.

.

.

Update nihh.... Semoga kalian suka ya.

Vote dan komennya dong...

Thanks˄˄


Senja dan Ujung Rasa (COMPLETE and REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang