Aku masih mengingat semua percakapanku dengan Tante Wik beberapa hari yang lalu saat penerbangan menuju ke Jogja. Ucapan Tante Wik di pesawat dan juga May beberapa hari yang lalu membuat aku terus-terusan memikirkan hubunganku dan juga Bayu.
Dan saat ini, aku sedang berdiri di bibir pantai Parangtritis menikmati setiap hembusan angin yang menerpa tubuhku. Semburat-semburat jingga pun ikut menemani aku saat ini. Inilah mengapa aku sangat menyukai dunia travelling. Aku bisa bertemu dengan orang-orang yang berbeda-beda setiap harinya. Dan saling bertukar cerita di setiap kesempatan yang ada. Serta keindahan senja yang akan menyambutku di setiap perjalananku yang berbeda-beda.
Aku menghirup udara sejuk yang ada. Kemudian menghempaskannya dengan perlahan-lahan. Aku butuh ketenangan saat ini. Aku butuh waktu untuk kembali memikirkan keputusan terakhirku soal kejelasan atas hubunganku dan Bayu. Dan aku mau memikirkannya disini. Memutuskan keputusan yang terakhir disini. Dan semoga saja ini menjadi keputusanku yang terbaik.
Aku mencoba untuk mengangkat kedua tanganku tinggi-tinggi. Melepaskan semua beban yang aku tanggung beberapa hari ini. Namun, saat aku hendak berteriak. Tiba-tiba, ada yang mengejutkanku.
"Mau berteriak, heh?", suara itu. Suara berat yang beberapa hari ini selalu ada di pikiranku. Suara berat yang selalu aku rindukan akhir-akhir ini. Aku berbalik melihat dengan jelas siapa yang ada di belakangku.
Dan ternyata benar. Bayu, ia benar-benar ada di belakangku. Ia berjalan mendekatiku. Menatapku dengan tajam. Sedangkan, aku hanya terdiam. Atau lebih tepatnya bingung. Bayu terus berjalan mendekatiku hingga saat ini ia sudah berada tepat dihadapanku.
"Kenapa melamun? Masih tidak percaya kalau aku ada disini?", Bayu menaikkan sebelah alisnya. Kemudian, dia berjalan meninggalkanku.
"Tau darimana aku disini?", aku berbalik menatap punggung Bayu yang sedang menikmati pemandangan matahari tenggelam.
"Mudah saja bagiku untuk bisa menemukan kamu itu, te"
"Terus kenapa kamu bisa ada disini?", aku berjalan mendekati Bayu.
"Mencari kamu"
"Bayu aku serius!" aku menatap Bayu sebal. Sedangkan orang yang ditatap hanya melihatku dengan santai.
"Oke, fine. What you want?", aku mulai frustasi dengan kehadiran Bayu saat ini. Pasalnya aku tidak bisa berpikir tenang jika ada dirinya disini. Padahal sebenarnya, aku ingin sendiri saat ini. Tapi, semua rencanaku hancur saat Bayu ada disini.
"Kamu tau apa yang aku mau", Bayu menjawab setiap pertanyaanku dengan singkat dan dingin.
"Oke, whatever!", Aku berbalik, berjalan meninggalkan Bayu seorang diri. Bayu menahan sebelah tanganku. Aku berhenti berjalan. Berbalik badan untuk melihat apa yang akan Bayu lakukan. Bayu menatapku tajam. Cengkraman tangan Bayu di tanganku semakin mengerat hingga aku merasakan sedikit sakit di bagian pergelangan tanganku. Cukup lama kami saling berpandang-pandangan. Kemudian, Bayu merengkuhku dalam pelukannya. Aku hanya terdiam dalam pelukan Bayu tanpa membalas pelukan itu sama sekali. Namun, mataku sudah terasa panas. Aku sudah tidak bisa lagi menahan tangisku yang sudah aku tahan sejak kemunculan Bayu tadi disini. Dan sekarang, didalam pelukan Bayu aku menangis. Melepaskan semua kerinduan yang aku rasakan untuknya.
Bayu menghela nafas, "Aku sudah berusaha mencoba untuk mengabulkan semua permintaan konyol kamu waktu itu. Dan sekarang, saatnya kamu untuk mengabulkan keinginan aku saat ini. Aku cuman mau kamu kembali, te. Aku cuman mau kamu membalas pelukan aku saat ini. Aku cuman mau kamu kembali sama aku", suara Bayu terdengar cukup putus asa. Akhirnya, aku membalas pelukan Bayu, melingkarkan tanganku di pinggangnya dan menenggelamkan tubuhku di dalam pelukannya. Cukup lama kami berpelukan. Kami tidak memikirkan orang-orang yang ada disekitar kami. Yang ada di benakku saat ini hanyalah bagaimana caranya aku bisa terus bersama-sama dengan orang yang saat sedang memelukku. Apakah aku yakin jika aku harus melepaskannya begitu saja? Apakah aku akan siap jika laki-laki yang aku cintai harus pergi meninggalkan aku? Apakah aku sanggup melihatnya menghilang? Apakah dan apakah.
Setelah sekian lama kami berpelukan. Akhirnya, Bayu melepaskan pelukannya. Bayu menatapku tajam dan dalam. Aku pun demikian. Bayu menghapus air mataku dengan tangannya. Dan aku hanya bisa menutup mataku dan berdo'a semoga saja ini bukan hanya sekedar bayangan yang semu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Ujung Rasa (COMPLETE and REVISI)
RomanceTerkadang sebuah pertemuan tak terduga itulah yang paling berkesan. Sama seperti pertemuan Aksara dan Alantra. Pertemuan yang tidak pernah diharapkan. Pertemuan yang tidak direncanakan. Dan takdirlah membawa pertemuan mereka. Aksara Putih Andini, at...