Part 5.4 : Rangga

3K 122 0
                                    

Kleekk..

"Apasih umi, masih pagi juga. Aa Bayu juga belum bangun. Umi mah suka usil kalo pagi-pagi." Ucap seorang anak laki-laki yang umurnya kira-kira 17 tahunan sambil mengucek-ngucek matanya yang baru bangun tidur. Dan aku hanya bisa terdiam di tempatku, bagaimana tidak?. Seorang anak remaja laki-laki dengan muka khas bangun tidur dan menggunakan boxer doraemon yang sudah lusuh. Dan yang lebih parahnya lagi dia tidak menggunakan baju sama sekali, alias bertelanjang dada. Memang anak itu mempunyai badan yang cukup atletis dengan roti sobek di bagian perutnya. Dan perawakan badan yang tinggi sama seperti Bayu. Dan aku yakin jika anak ini adalah adiknya Bayu, Rangga. Setelah beberapa detik aku terdiam menatapnya, aku pun membalikkan badan agar tidak melihatnya lagi.

"Eh, itu. Umi mau kamu turun sama Bayu buat sarapan pagi." Tanpa mendengar jawabannya saat itu, aku pun langsung bergegas turun ke bawah untuk menghindarinya. Tanpa aku sadari, Eyis memandangiku saat aku turun ke bawah dengan tergesa-gesa.

"Kenapa teh, kayak habis liat hantu aja diatas?."

"Ehhh, astaga. Kamu ngagetin teteh aja, yis. Itu, teteh liat hantu- eh, bukan. Maksudnya, liat itu, ehmmm itu adik kamu diatas." Jawabku gugup saat itu.

"Adik?. Oh, Rangga maksudnya?."

"Iya sih Rangga."

"Ngeliat Rangga kok ekspresinya gitu amat, teh?. Jangan-jangan teteh liat Rangga lagi make boxer kebanggaannya ya?."

"Eh, iya kayaknya." Jawabku sambil tersenyum padanya dan Eyis semakin geli melihatnya.

"Itu udah biasa, teh. Dia emang gitu kebiasaannya kalo tidur, selalu pake boxer doraemon padahal tu boxer udah ngga layak pakai. Tapi, tetep aja dia suka makenya."

"Oh, gitu ya. Teteh mah ngga tau, yis."

Tak berapa lama setelah aku dan Eyis tertawa. Semua anggota keluarga Bayu datang ke meja makan, tak terkecuali Rangga. Aku dan Eyis sontak menghentikan kegiatan kami. Dan Eyis langsung mengambil beberapa piring didapur, sedangkan aku masih mencoba menahan tawaku ketika melihat Rangga turun dari tangga.

"Kenapa kamu senyum-senyum gitu, te?. Ada yang aneh?." Tanya Bayu padaku seraya duduk di kursi sampingku.

"Ngga kok." Jawabku

"Bohong, kenapa sih?." Tanya Bayu lagi padaku.

"Jawab jujur aja teh, ngga papa kok santai aja mah atau mau Eyis aja yang cerita?." Jawab Eyis seraya memberikan beberapa piring padaku.

"Emang apa sih?." Bayu melirikku kemudian melirik ke Eyis dengan penuh tanda tanya.

"Itu loh a kita lagi ngetawain si Rangga." Jawab Eyis

"Loh kok aku?." Ucap Rangga

"Lah kamu ngga sadar tadi pagi kamu ngapain?." Ucap Eyis pada Rangga.

"Emang adek ngapain, yis?." Tanya umi pada Eyis.

"Ini loh umi. Tadikan pas teh Ute bangunin aa ke kamar, Rangga yang bukain pintu kamar. Umi tau ngga Rangga pake apa pas keluar kamar?. Rangga pake boxer kramatnya umi." Jelas Eyis sambil tertawa geli, tak hanya Eyis yang tertawa tapi semua anggota keluarga Bayu yang ada di meja makan pun ikut tertawa begitu juga aku. Sedangkan, Rangga yang jadi bahan tertawaan hanya bisa tersenyum malu.

Setelah kami sarapan pagi bersama, semua orang yang ada dirumah kembali pada aktifitasnya masing-masing. Abi membaca koran diruang tamu, umi menyiram tanaman di halaman belakang, Agus suaminya Eyis pergi ke toko sembako kepunyaan keluarga Bayu, Bayu dan Rangga sedang mencuci mobil abi di depan garasi, sedangkan aku dan Eyis membersihkan dapur dan meja makan.

"Dek, nanti setelah beres-beres kamu jadi pergi ke pasarkan?. Soalnya kulkas udah ngga ada isinya lagi. Sekalian beli bahan buat nanti makan siang ya." Ucap umi pada Eyis setelah menyiram tanaman di halaman.

"Iya, umi. Nanti adek ke pasar sekalian ke toko buat ambil beberapa barang juga."

"Yaudah, umi mau mandi dulu ya. Oh ya, si teh Ute mau ikut juga ngga?." Tanya umi

"Hmmm, boleh deh mi. Tapi, teteh ganti baju dulu ya, yis. Tungguin ya."

"Iya teh, aku juga mau siap-siap dulu."

Beberapa menit kemudian...


Tok tok tok...

"Teh, udah siap belom?." Panggil Eyis padaku di depan pintu kamar.

"Iya, bentar." Aku pun membuka pintu kamar setelah mendengar Eyis memanggilku.

"Udah siap teh?."

" Udah nih, yuk. Eh, kita mau naik apa ke pasarnya?."

"Minta anter a Bayu aja atau mau bawa mobil sendiri?."

"Terserah kalo teteh mah, mau bawa mobil sendiri hayo atau kalo mau minta anter juga hayo."

"Yaudah kita minta anter si aa aja ya. Bentar teh, tanya aa dulu mau nganter ngga dianya." Aku hanya membalas dengan anggukan kepalaku saja.

"Aaaaaaaaaa, anter aku ke pasar yuk, mau ngga!?." Teriak Eyis dengan kencangnya.

"Apa ke pasar?. Males ah, ini juga belom selesai nyuci mobilnya."

"Yah, ayo lah a. Masak kita minta anter kepasar doang aa ngga mau?."

"Biasanya juga berangkat sendiri naik taksi online, manja banget dehh."

"Yaudah kalo aa ngga mau nganter, mana kunci mobil?" Tanya Eyis pada Bayu, seketika Bayu dan Rangga pun terdiam lalu tertawa dengan kerasnya.

"Bhuahahah. Nyari apa dek?. Kunci mobil?. Ngga salah denger tuh." Jangan heran jika melihat Bayu dan Rangga menertawakan Eyis. Pasalnya Eyis itu mencari kunci mobil, sedangkan ia tidak bisa menggendarai mobil. Pantas saja jika mereka tertawa dengan kencang.

"Ihhh aa ya, aku itu cari kunci mobil bukan karena aku mau bawa mobilnya. Tapi, teh Ute yang mau bawa mobilnya. Terus mana kunci mobil aa?." Ucap Eyis kesal melihat kakak dan juga adiknya menertawakannya.

"Oh, Ute mau ikut juga?. Yaudah deh, aa aja yang anter kalian. Tapi janji ngga lama belanjanya." Ucap bayu seraya meningglkan Rangga yang masih asik mengelap mobil yang habis mereka cuci.

"Eh, aa mau kemana?. Ini mobilnya belom selesai loh, a. Nanti aku aduin ke abi loh kalo aa meninggalkan tangung jawab."

"Heleh gaya mu, dek. Udah kamu aja yang selesaiin nyuci mobilnya, aa mau nganter teh Ute ke pasar dulu, abi ngga akan marah kok. Cuci yang bersih ya adikku tersayang!!." Bayu dengan santainya meninggalkaan Rangga sambil melambaikan tangannya.

"Aaaabiiiiiiiiiii, aa ngga tanggung jawab sama tugasnya!!!." Pekik Rangga, mendengar adiknya teriak-teriak didepan Bayu malah dengan santainya masuk ke dalam rumah.

"Aa, mau kemana?. Itu adeknya kenapa teriak-teriak didepan, Udah nyuci mobilnya?." Ucap abi sambil melipat korannya yang sedang di baca.

"Aa mau nganter Eyis ke pasar bentar bi, mobil Rangga yang lanjutin. Tinggal dilap doang kok, bi." Mendengar jawaban Bayu, abinya hanya ber'oh' ria di ruang tamu sambil menyeruput jusnya yang masih tersisa sedikit.

Setelah menunggu Bayu beberapa menit untuk mandi dan berganti pakaian yang basah. Kami pun berangkat ke pasar tradisional yang letaknya tidak terlalu jauh dari komplek.

"Aa, nanti setelah kita pulang dari pasar. Kita mampir ke toko dulu ya, mau ambil titipan abi."

"Hmmm"
.
.
.
.
.
Update, update!!!
Ayo di sambung baca ceritanya, jangan males loh ya.
Vote dan komennya jangan lupa juga ya.
Happy Reading, reader sayang...

Thanks^^

Senja dan Ujung Rasa (COMPLETE and REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang