Part 13.1 : Pertunangan

2.4K 86 0
                                    

"Tak ada salahnyakan kalau kita cemburu

dengan 'calon' istri kita sendiri?.

Dan sesungguhnya, cemburu itu 'menyakitkan'

dan 'memalukan'."

- A. Bayu

Tepat 2 minggu setelah aku menerima lamaran Bayu didepan makam Ayah. Keluarga besar Bayu memutuskan untuk datang ke rumahku di Bogor dalam rangka melamarku dan juga bertunangan secara resmi. Tak hanya keluarga Bayu saja yang datang. Namun, keluarga besarku pun datang. Bapak juga datang ke Bogor, sendirian tanpa keluarga kecilnya yang baru. Betapa bahagianya aku hari itu hingga aku tidak bisa menggambarkannya dengan kata-kata. Yang masih aku tidak habis adalah bagaimana Bayu bisa dengan lancarnya memintaku langsung kepada Bapak untuk menjadikan aku sebagai istrinya dan juga Ibu dari anak-anaknya.

Flashback On

"Sebelumnya saya mau minta maaf sekaligus meminta izin kepada Bapak dan Ibu untuk merestui saya agar saya dapat menjadikan putri kesayangan Bapak dan Ibu sebagai perempuan satu-satunya yang ada di dalam hidup saya dan juga anak-anak saya kelak. Saya meminta izin dengan tulus kepada Bapak dan Ibu untuk meminang putri Bapak dan Ibu, Aksara Putih Andini untuk menjadi bagian dari hidup saya sampai maut memisahkan kami kembali. Saya meminta izin dengan tulus untuk menjadikan putri Bapak dan Ibu sebagai satu-satunya perempuan hebat yang ada di balik kesuksesan saya. Saya meminta izin untuk menjadi putri Bapak dan Ibu sebagai pelengkap ibadah saya. Saya janji saya akan menyayangi, melindungi, dan membahagiakan putri Bapak dan Ibu. Saya berjanji tidak akan membuat putri Bapak dan Ibu menangis dan juga kecewa terhadap saya. Saya memang banyak kekurangan, pak, bu. Tapi, itulah tujuan saya untuk meminang putri Bapak dan Ibu untuk melengkapi kekurangan saya. Jadi, pak, bu, apakah Bapak dan Ibu mengizinkan saya untuk meminang putri Bapak dan Ibu?." Ucap Bayu saat dia datang bersama keluarga besarnya ke rumah ibuku di Bogor untuk meyakinkan kedua orang tuaku dan juga keluarga besarku bahwa ia benar-benar serius denganku. Saat itu, aku hanya bisa duduk diam diantara kedua orang tuaku dan mencoba menahan tangisku agar tidak jatuh saat itu juga. Namun, air mata itu masih saya jatuh perlahan-lahan diantara kegugupan yang saat itu sedang aku rasakan. Entah apa yang sedang aku pikirkan saat itu. Namun, aku tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata. Speechless. Hanya itu yang bisa aku ucapkan.

Bapak menarik nafasnya dan berkata, "Nak Bayu, sejujurnya saya tidak tau harus berkata apa lagi denganmu. Saya merasa bahagia karena nak Bayu sudah mau berniat baik untuk meminang anak saya untuk dijadikan istri dan juga ibu dari anak-anak, nak Bayu nanti. Tapi disisi lain, saya sebagai orang tua merasa sedikit sedih karena jika anak saya menerima nak Bayu, maka kami harus melepaskan tanggung jawab kami kepadamu nak. Dengan kata lain, kami harus ikhlas berpisah dengan putri bungsu kami ini. Tapi nak, kami sebagai orang tua tidak bisa memaksakan kehendak kami. Semua jawaban dan izin itu putri sayalah yang berhak menjawabnya. Kalaupun kami menerima nak Bayu dengan tangan terbuka tapi apakah putri kami berbuat seperti itu juga?. Kalaupun kami menolak nak Bayu dengan sangat kerasnya. Apakah putri kami akan melakukan sesuatu yang sama. Kalau kami bilang 'tidak' tapi dia bilang 'ya', kami bisa apa nak?. Yang menjalankan semua inikan kalian berdua nantinya. Jadi, saya sebagai orang tua dari Aksara Putih Andini melimpahkan semua jawaban dan izin kepada putri saya ini. Biarkan putri saya yang menjawab semuanya dengan jelas apa yang dia mau lakukan. Tapi yang pasti, kami sebagai orang tua merasa sangat bahagia dengan semua ini."

Bapak meraih tanganku yang sedari tadi aku genggam dan aku taruh diatas kakiku karena sangking gugupnya, "Nak, angkat kepalamu dan tatap mata bapak."Aku menatap mata Bapak dan tersenyum padanya. Bapak pun tersenyum melihatku dan menggenggam tanganku lebih erat.

"Nak, semua keputusan berada ditangan kamu. Pikirkan baik-baik, jangan gegabah. Bapak tidak mau melihat kamu menyesal atas keputusan yang kamu ambil sendiri. Bapak dan Ibu akan selalu mendukung apapun keputusan kamu. Lupakan semua, lupakan trauma itu. berbahagialah, nak,"

"Terima kasih, pak." Bapak hanya tersenyum mendengarkan ucapan terima kasih dariku.

"Nak Ute, jadi apa keputusanmu tentang lamaran dan pertunangan ini?." Ucap Papa Bram, papanya Bayu.

Aku menarik nafasku sejenak dan berkata, "Bismillahirahmanirohim, dengan izin dan restunya Allah Swt. Insya allah saya siap menerima khitbah dan pertunangan dari Alantra Bayu Yudhantara."

"Alhamdulillah" Semua orang yang berada di dalam rumah mengucapkan kaliamt hamdalah setelah mendengarkan jawabanku.

Setelah prosesi lamaran dan pertunangan selesai. Seluruh anggota keluarga Bayu dan juga keluarga besarku melakukan makan malam bersama. Aku tidak bisa menjelaskan yang saat ini sedang aku rasakan. Yang pasti aku merasa bahagia karena aku sudah bisa melewati satu tahap menuju kata 'pernikahan'. Walaupun aku sendiri belum tau pasti kapan 'pernikahan' yang aku maksudkan itu akan terjadi. Tapi, aku yakin bahwa 'pernikahan' itu akan terjadi beberapa tahun lagi. Setelah aku dan Bayu sudah benar-benar yakin akan hal tersebut.

Dan disinilah aku saat ini, di halaman belakang rumah Ibuku bersama dengan Adam yang sedang duduk dipangkuanku. Diam. Dan senyap. Aku dan Adam masih sama-sama asik memandang langit malam yang menakjubkan dan ditaburi sinar rembulan dan bintang-bintang yang indah tentunya. Sampai Bayu mendatangi Aku dan Adam pun, kami masih betah berdiam diri memandangi langit.

"Ini namanya Like Aunty, Like Son bukan Like Father, Like Son." Ucap Bayu

"Kekuatan cinta Ate dan Adam nih, betul ngga dam?." Adm hanya mengangguk tak mengerti maksud yang aku dan Bayu bahas saat ini.

"Adam sudah makan?." Tanya Bayu pada Adam. Dan sontak saja Adam menoleh pada Bayu seraya tersenyum mengangguk.

"Makan apa tadi?." Bayu bertanya kembali.

"Makan nasi sama sayur, disuapin sama Ate."

"Oh ya?. Terus sekarang Adam lagi ngapain?."

"Lagi liatin langit sama bintang dan juga bulan, Om. Kata Ate, langit malam itu indah kalau kita memandanginya dengan bahagia. Bintang dan Bulan juga bakal bersinar lebih terang kalau kita senang melihatnya. Iyakan, Ate?." Adam menoleh padaku. Sedangkan Aku hanya membalas semua perkataannya dengan senyumanku.

"Kamu udah makan, te?."

"Udah tadi bareng Adam. Soalnya dia bakal nangis kalau aku ngga mau makan bareng sama dia."

"Baguslah kalau begitu."

"Kamu sendiri udah makan belum?."

"Udah tadi."

Dan selanjutnya. Kami diam kembali. Memandang bintang dan bulan yang bersinar dengan terang dilangit malam ini.

Flashback Off

.

.

.

.

.

Hai, selamat malam semuanya...

Hari ini aku mulai update lagi nih. selamat membaca ya semuanya...

Vote dan komennya, please:v

Thanks all readers^^

Senja dan Ujung Rasa (COMPLETE and REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang