1 minggu kemudian...
“Ke Bandung yuk, te? Kita main ke tempat Umi, mau ngga?”, Bayu mengajakku ke Bandung untuk mengunjungi Uminya disana.
“Kapan?”, ucapku.
“Weekend ini, maybe? Gimana bisa?”
“Hmm, sepertinya kalau weekend ini aku ngga bisa ikut kamu deh ke Bandung. Soalnya aku ada kerjaan di Bali selama 4 hari. Mungkin kalau weekend selanjutnya Insya Allah aku bisa ikut kamu. Maaf ya, Bay. Bukannya aku ngga mau tapi aku benar-benar ngga bisa", ucapku.
Bayu menghela nafas kasar. Sontak saja aku menoleh padanya sambil menaikkan salah satu alisku, “Kamu kenapa sih ambil lagi job di acara travelling itu, te?. Kamukan jadinya ngga punya waktu untuk keluarga kamu dan juga aku. Kamu selalu sibuk dengan jadwal kerja kamu yang gila-gilaan itu, te. Aku ngga ngerti lagi sama kamu saat ini. Rasa-rasanya aku udah ngga kenal kamu lagi. Kamu juga udah banyak berubah selama 6 bulan aku tinggal. Kamu kenapa sih, te?”, ucap Bayu seraya menatapku tajam.
“Kamukan tau aku udah berhenti siaran di Radio dan EO beberapa bulan yang lalu. Terus setelah aku resign dari sana aku hanya bantu-bantu Nio untuk urus Kedai. Tapi waktu itu, saat aku sedang ada di Kedai. Aku tidak sengaja bertemu dengan temanku yang juga produser acara travelling itu. Dia minta tolong sama aku untuk menggantikan salah satu hostnya yang ngga bisa lagi kerja disana. Lagipula aku cuman ambil kontrak 1 tahun kan. Dan waktu itu jujur, aku terima kerjaan itu karena aku juga lagi gabut-gabutnya karena ditinggal kamu ke luar negeri. Menjadi host disana itu membantu aku untuk setidaknya melupakan kekhawatiran aku sama kamu sejenak. Dan aku juga bisa melihat-lihat keindahan negeri ini. Aku juga bisa liburan sekalian kerja. Kamu tau impian aku dari dulu bukan?. Aku pengen menjelajahi keindahan alam Indonesia, Bay. Aku pengen liat itu semua. Jadinya, aku terima kontrak kerja itu. Ya walaupun jadwal kerjanya yang gila-gilaan menurut kamu itu. Tapi, aku ngerasa aku baik-baik aja kok”, jawabku.
“Kamu yang baik-baik aja, Ute. Tapi, keluarga kamu dan aku?. Kita udah kehilangan kamu saat ini. Kita udah ngga punya banyak waktu untuk sama-sama lagi, te. Kalau aku sibuk kamu yang libur. Kalau aku ada waktu buat kamu, kamu yang sibuk. Kita udah ngga punya banyak waktu untuk sekedar nge-date atau dinner sama-sama. Kita hanya ketemu satu dua jam dalam satu minggu bahkan hampir 2 minggu kadang-kadang. Gimana kalau kita udah menikah nantinya?. Kamu masih mau seperti ini?. Kamu masih mau mementingkan pekerjaan kamu daripada keluarga?”, ucap Bayu seraya menatapku tajam dan penuh dengan emosi.
“Bay, please dengerin penjelasan aku dulu. Aku ngga bermaksud seperti itu. Aku ngga bermak-”
“Kamu egois, Ute”, ucap Bayu tajam dan dingin. Sontak saja membuat aku terperangah mendengarkannya. Mendengar ucapan Bayu barusan membuat emosi yang sudah aku tahan sedari tadi pun meledak.
“Hah? Aku egois? Kamu ngga salah ngomong aku egois? Kamu yang egois, Bayu. Sebenarnya disini itu kamu benar-benar egois. Kamu marah dan ngga terima dengan jadwal kerja aku yang gila-gilaan itu, iyakan? Dan sedangkan apa kamu pernah berpikir tentang jadwal kamu yang serba mendadak itu? Jadwal kerja kamu itu lebih beresiko daripada aku. Apakah kamu pernah ngertiin aku soal jadwal kerja kamu itu? Nggakan? Selama ini aku mencoba untuk diam menerima semuanya. Tapi, kali ini aku sudah ngga tahan sama semua keadaan kita. Oke, kalau kamu beranggapan kalau aku egois. Kamu benar, aku yang egois. Aku masih kekanak-kanakan, aku masih labil, dan aku ngga akan pernah bisa melengkapi kamu. Sekarang terserah kamu, kamu mau apa. Yang pasti aku ngga akan bisa melepaskan pekerjaan aku sekarang”, ucapku sedikit emosi. Aku adalah tipe orang yang gila kerja. Tapi, aku masih bisa menghandle semua pekerjaan aku sebisa mungkin.
“Itu resiko dari pekerjaan aku, te. Kamu tau itu semua. Kamu paham dengan jelas semuanya. Aku dan pekerjaanku ngga akan pernah bisa lepas. Kalau aku berhenti bekerja, mau makan apa kamu dan anak-anak kita nantinya?”, ucap Bayu.
Aku menghela nafas, “Sama halnya dengan pekerjaan kamu. Pekerjaanku juga ada resikonya, Bayu. Dan ini adalah resiko dari pekerjaan aku. Kamu dan pekerjaan kamu emang ngga pernah bisa dipisahin. Sedangkan aku dan kontrak kerjaku ngga bisa dibatalin semena-mena. Kita sama-sama punya aturan. Kamu dan pekerjaan kamu. Aku dengan pekerjaan aku. Kita ngga bisa egois satu sama lainnya. Kita harus menerima ini semua. Kontrak kerjaku akan berhenti 7 bulan kedepan. Terserah kamu mau terima atau ngga itu urusan kamu. Yang pasti aku ngga bisa lepasin kontrak kerja itu sekarang”, ucapku.
“Terus kamu maunya gimana?. Kamu ngga mau kita menikah awal tahun depan?”, tanya Bayu padaku.
“Gini aja ya, Bay. Daripada kita berantem dan saling egois satu sama lainnya. Mending kita berpikir masing-masing dulu. Kamu pikirkan konsekuensi dari setiap pekerjaan kamu dan aku. Kita jalani dulu pekerjaan kita masing-masing. Aku ngga akan mengusik kamu dan pekerjaan kamu. Dan kamu juga jangan mengusik aku dan pekerjaanku. Kita jalan masing-masing dulu. Kita tenangin diri kita dulu. Kasih aku waktu untuk berpikir jalan yang terbaik untuk hubungan kita kedepannya. Pernikahan bukan suatu permainan yang kalau kita lelah kita bisa berhenti ditengah-tengah. Aku cuman mau nikah satu kali. Begitupun dengan kamu. Aku mau kita jalan masing-masing untuk sementara. Aku kasih kamu waktu untuk berpikir lagi gimana baiknya kita untuk kedepannya”, ucapku.
“Ngga bisa gitu dong, te. Kita ngga bisa seperti itu. Kita udah tunangan. Bagaimana tanggapan kedua orang tua kita masing-masing kalau tau kita seperti ini?. Aku ngga mau buat orang tuaku kecewa”, ucap Bayu.
“Kita akan buat keluarga kita lebih kecewa kalau kita maksain untuk menikah awal tahun depan”
“Tapi –”
“Aku kasih kamu waktu 1 bulan untuk mikirin semuanya. Jangan hubungi aku karena aku pun ngga akan bakal angkat telpon atau balas message dari kamu. Sekarang kamu pulang karena aku udah sangat lelah hari ini”, aku pergi meninggalkan Bayu sendirian. Jujur, dari dalam hatiku pun berat untuk meninggalkan Bayu saat ini. Namun, aku mau Bayu dan aku berpikir satu sama lain demi kebaikan kami kedepannya. Aku tidak mau kami sama-sama menyesal satu sama lainnya untuk kedepannya. Aku mau hubungan yang baik-baik saja tanpa ada penyesalan.
Aku tau mungkin Bayu cukup frustasi dengan semua ini. Aku pun demikian. Tapi, aku mencoba untuk tidak egois kali ini. Aku hanya ingin kami memikirkan jalan terbaik untuk hubungan kami kedepannya. Dan aku hanya ingin meyakinkan hatiku bahwa Bayu adalah salah satu orang terpenting dalam hidupku. Aku hanya ingin meyakinkan diri kami masing-masing.
.
.
.
.
.
Yeyey, I'm coming gaes!
Aku publish nih, semoga aja ada feel-nya ya kali ini. Aku sedih nih liat Ute sama Bayu mau break. Semoga aja mereka ngga lama-lama untuk jalan masing-masingnya ya.Oh iya, cerita ini sebenarnya udah mau tamat loh, gaes. Aku lagi gercap buat garap part endingnya nih. Kalian pada mau sad ending atau happy ending? (Kalau aku sih pilih kamu aja), hehe
Silakan kalian pilih mau jadi team,
#sadending
Atau
#happyending untuk cerita ini. Silakan komen di part ini untuk menjawab pilihan kalian ya, gaes. Aku tunggu loh ya:v
Dan jangan lupa doain aku buat ngga mager buat garap part terakhirnya ya. HeheOh ya, Vote dan komennya jangan lupa ya, gaes:v
Thanks all^^
![](https://img.wattpad.com/cover/161091242-288-k421337.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Ujung Rasa (COMPLETE and REVISI)
RomantikTerkadang sebuah pertemuan tak terduga itulah yang paling berkesan. Sama seperti pertemuan Aksara dan Alantra. Pertemuan yang tidak pernah diharapkan. Pertemuan yang tidak direncanakan. Dan takdirlah membawa pertemuan mereka. Aksara Putih Andini, at...