Part 9.4 : Alasan yang sebenarnya

2.6K 91 0
                                    


Sesampainya kami di Cafe yang kami maksud. Aku dan Hafi langsung memesan pesanan kami.

"Kamu mau bicara soal apa, te sama aku?." Hafi menatapku saat ini dan aku hanya menatapnya sekilas kemudian beralih memandang yang lain selain matanya.

"Aku ngga tau mau mulai bicara dari mana sama kamu. Aku bingung mau ngejelasinnya sama kamu saat ini."

"Apa ini ada hubungannya sama hubungan kita?. Maksudnya, hubunganku, kamu, dan May?." Hafi masih bertahan menatapku dengan tatapan tajamnya itu.

"Kamu mau bicara sama aku tapi kamu juga ngga berani untuk natap aku balik. Ute, kalau kamu mau bicara silakan. Tapi please, kamu tatap lawan bicara kamu saat ini agar tidak ada lagi kesalahpahaman di antara kita." Sambung Hafi padaku, aku membuang nafasku sejenak menetralkan ke gugupanku saat ini. Kemudian aku mengangkat wajahku dan menatap matanya kembali.

"Fi, sebelumnya aku minta maaf sama kamu. Bukannya aku mau bermaksud untuk ikut campur dalam urusan kamu dengan May. Tapi, saat ini aku merasa jika aku juga ikut andil dalam masalah kamu saat ini dengan May. Tadi pagi, May datang keapartemenku dengan keadaan yang sangat kacau. Kamu tau May adalah tipikal manusia yang rapi kan?. Namun, tadi pagi saat dia datang ke apartemenku aku tidak menemukan sisi May didalam dirinya. Ia kacau, bahkan sangat kacau. Kemudian, aku menyuruhnya untuk masuk dan duduk di dalam apartemenku. Dia tidak menolak tawaranku. Setelah aku mengambilkannya minum. Dia mulai brcerita padaku tentang masalah yang saat ini ia hadapi. Dia berkata padaku jika saat ini dia sudah menyerah untuk menghadapi sikapmu yang akhir-akhir ini dingin padanya. Aku cuman mau tanya sama kamu, kenapa kamu berubah dingin pada May akhir-akhir ini?." Ucapku saat ini dan Hafi masih setia memandang kedua mataku.

"Aku ngga sengaja dengar ucapannya dengan seseorang di telpon minggu lalu."

"Apa itu ada kaitannya sama aku?."

"Ya, aku ngga sengaja dengar dia bicara kalau penyebab kita putus adalah dirinya."

"Bukankah aku pernah sudah cerita sama kamu penyebab kita putus?."

"Iya, te. Tapi, waktu itu yang aku dengar adalah dia berbicara kalau dia yang memohon-mohon sama kamu agar dia memutuskan aku saat itu. dan jika kamu menolak permintaannya makan kamu akan kehilangan semua sahabat-sahabat kamu termasuk May dan Selly. Dan saat mendengarkan itu semua. Aku merasa sangat kecewa dengan dirinya saat itu. Aku hanya ngga habis pikir dengan tingkah lakunya yang terlalu terobsei denganku sampai-sampai dia mengancam kamu seperti itu."

"Ya, aku tau apa yang kamu rasakan, fi. Tapi, semua yang kamu dengar itu adalah salah satu kebenaran mengapa kita bisa putus. May dan Selly memang beberapa kali datang ke rumahku untuk mengatakan hal itu. Mereka memohon-mohon padaku sampai-sampai May sakit karena melakukan hal itu. Dan pada akhirnya May dan Selly datang ke rumahku dan mengancamku untuk memisahkan kita secara paksa. Saat itu, aku benar-benar kecewa dengan tindakan mereka itu sama seperti kamu saat ini. Namun, beberapa hari setelah kejadian itu. Aku mulai bisa berpikir secara jernih. Aku berpikir bahwa apa yang dilakukan oleh May itu memang ada benarnya. May sangat mengkhawatirkan kamu. May takut jika kamu akan terluka jika terlalu lama bersama denganku. Karena itulah dia memohon padaku untuk meninggalkanmu sebelum kamu mencintaiku terlalu dalam dan kamu akan terluka lebih sakit lagi. Akhirnya, aku memutuskan untuk pergi dari kamu selamanya. Yang menjadi bahan pertimbanganku untuk memutuskan hubungan kita sangata banyak, fi. Tidak hanya soal pengancaman May. Namun, seperti yang aku jelaskan kemarin tentang keadaan kamu dengan May. Aku tau kalau May sangat-sangat mencintai kamu, fi. Dari kecil kalian bersama-sama dan dari situlah May mulai mencintai kamu. Aku juga tau kalau kamu sebenarnya juga mencintai May. Namun, kamu masih bingung tentang peraaan kamu terhadapnya. Kamu menyayanginya seperti keluargamu, kamu mencintainya seperti dia cinta pertamamu, dan kamu sangat perduli kepadanya melebihi rasa perduli kamu sama pasien-pasien kamu. Dan disaat kamu merasa bimbang dengan perasaan kamu terhadap May. Tiba-tiba aku datang dihadapan kamu, mulai menjalin hubungan pertemanan denganmu dan kamu mulai membuka hati kamu untuk aku. Mungkin kamu tidak menyadari bahwa aku hanya mengisi sedikit relung hati kamu. aku hanya menjadi bagian kecil dihidup kamu. Apakah kamu sadar, fi selama kita berpacaran siapa yang menjadi prioritas utama kamu saat itu?. Aku pacar kamu atau May sahabat kecil kamu?." Hafi hanya terdiam mendengarkan semua penuturanku yang panjang tentangnya. Dan dia hanya menetapku dalam diam tanpa berniat untuk membuka mulut untuk menjawab semua pertanyaanku saat itu.

"Fi, entah kamu sadar atau tidak saat iu. Tapi, yang aku rasakan saat itu adalah kamu selalu memprioritaskan May sebagai prioritas utamamu. Mungkin, kamu berpikir bahwa aku adalah wanita yang egois karena merasa cemburu dengan sahabat pacarnya sendiri yang juga merupakan sahabatku sendiri. Namun, aku jujur sama kamu bahwa saat itu aku benar-benar merasa cemburu dengan semua perlakuan kamu terhadap May. Dan itu adalah pemicu kenapa aku bisa memutuskan semuanya. Aku berpikir bahwa kamu akan bahagia jika kamu bersama dengan orang sangat mencintai kamu dengan tulus dan kamu mencintainya juga, fi. Aku berpikir saat itu bahwa langkah yang aku ambil adalah benar. Kamu mungkin akan terluka jika bersamaku. Namun, jika kamu bersama dengan May yang mana ia mencintaimu dengan tulus kamu akan merasa sangat bahagia. Aku sudah mengikhlaskan semua rasa yang aku punya untuk kamu dengan seikhlas-ikhlasnya perasaanku, fi. Dan aku mau, kamu juga melakukan hal yang sama dengan yang aku lakukan. Kita lupakan semua yang terjadi dengan kita di masa lalu dan menyusun semua rencana masa depan dengan pasangan kita masing-masing. Kamu dengan May sebagai pasanganmu dan aku dengan pasanganku sendiri. Kita masih bisa menjadi sahabat dan keluarga, bahkan aku sudah menganggap kamu sebagai masku sendiri setara dengan Mas Pandu dan Abay. Kamu bisa menganggapku sebagai adik bungsumu, fi. Kalau kamu mau begitu aku tidak akan menolaknya." Hafi tertawa mendengarkan kalimat terakhirku. Dan aku hanya bisa tersenyum melihatnya tertawa seraya menghapus air mataku yang mengalir saat aku bercerita tadi. Yang aku rasakan saat ini adalah kelegaan yang sangat dihatiku. Lega rasanya saat menceritakan semuanya kepada Hafi saat ini.

"Abang Hafi" Panggilku padanya dengan senyuman menggodaku untuknya dan ia malah tertawa geli melihat tingkahku saat ini.

"Apa adik kecilku?." Jawabnya dengan tawa gelinya, begitu juga denganku.

"Oh ya, fi. Kamu masih mau nunda acara pernikahan kamu dengan May?."

"Entahlah, mungkin aku akan berpikir dengan jernih dulu sebelum mengambil keputusan agar aku tidak menyesal nantinya."

"Aku akan selalu mendukungmu, bang. Kalau butuh bantuan silakan hubungi adik kecilmu ini ya." Aku tertawa geli saat mengucapkan kembali ucapanku.

"Oke adik kecil, ditunggu bantuannya."

Sejak saat peristiwa di Cafe waktu itu, aku dan Hafi semakin sering berkomunikasi. Hafi juga sering bertanya tentang Bayu kepadaku. Dan aku masih belum tau kejelasan hubungannya dengan May. Saat aku tanya dengan Hafi, ia hanya menjawab 'doakan saja jika kami masih berjodoh'. Sebegitu bodohnya kah abang baruku ini?. Jika dia tidak berusaha untuk memperbaikinya dengan May segera maka aku yakin May akan benar-benar pergi meninggalkannya. Entahlah aku pusing memikirkan mereka berdua yang aneh itu. Saling mencintai tapi saling gengsi satu sama lain.

.

.

.

.

.

Update terakhir untuk malam ini...

samapai ketemu 3 hari kedepan ya, semuanya...

Vote dan komennya ya, Thanks˄˄

Senja dan Ujung Rasa (COMPLETE and REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang