Part 12.4 : Pulkam

2.3K 86 0
                                    

Keesokan harinya, Aku sudah berjanji pada Bayu untuk menjemputnya di bandara. Karena dari itu, aku sudah berada di bandara siang ini. Sekitar setengah jam aku menunggu kedatangan Bayu, dan tepat di menit ke-35 Bayu datang menghampiriku. Ia tersenyum saat melihatku dan saat jarak kami semakin dekat, ia memelukku dengan erat. Melepaskan rindunya dan rinduku juga setelah hampir 3 minggu kami tidak bertemu dan tidak berkomunikasi sedikitpun. Dan itu tak mengherankan lagi untukku. Sudah menjadi kebiasaan Bayu jika ia sedang bertugas ke manapun ia tidak akan memegang handphonenya barang sedetikpun. Dan baru kemarin siang dia mencona untuk menghubungiku dan memberitahuku jika ia akan pulang hari ini dan memintaku untuk menjemputnya di bandara.

"Ehhem, ehem..." seseorang menegur kami yang sedang berpelukan erat di bandara. Siapa lagi kalau bukan Mama Mala. Mama Mala memang sengaja ikut denganku untuk menjemput Bayu di bandara.

"Eh, Mama. Kok mama bisa ada disini?." Bayu melepaskan pelukannya dan langsung menyapa mamanya.

"Kamu ya, kalau ketemu perempuan cantik aja langsung dipeluk. Kalau ketemu Mamanya boro-boro dipeluk diliat aja ngga."

"Eh, ampun ma. Jangan ngambek dong, sini Bayu peluk Mama." Bayu memeluk mamanya dengan erat dan mencium kedua pipi dan mata Mamanya itu.

"Udah ah, sesak Mama dipeluk kamu erat-erat begitu. Kita langsung pulang aja ya, kasihan itu Pak Udin udah nunggu di parkiran. Ayo buruan!."

Aku dan Bayu menghabiskan waktu cuti 3 hari kami dengan berkeliling-keliling hunting makanan khas kota Bandung. Dan kami akan pulang bersama ke Jakarta pada hari rabu sore. Bayu mengantarku sampai ke depan pintu apartemen. Lalu, saat kami sudah sampai didepan pintu apartemen Bayu memelukku erat, lagi. Kemudian membisikkanku sesuatu.

"Aku masih menunggu jawabanmu, Ute."

"Aku akan menjawabnya nanti, tapi tidak untuk saat ini. Kamu masih setia menunggu jawabanku kan?."

"Sure."

"Sekarang pulanglah, istirahat ini sudah malam. Aku akan segera memberikan jawaban itu padamu." Bayu hanya tersenyum mendengarkan ucapanku. Kemudian dia mengusap puncak kepalaku dan melambaikan tangannya meninggalkanku didepan pintu apartemen.

Malam itu, malam dimana Bayu mengantarkanku sampai depan pintu apartemen sepulangnya kami dari Bandung. Malam dimana aku memikirkan hubungan kami selanjutnya. Malam yang sangat panjang. Malam dimana aku memutuskan untuk memberikannya jawaban atas lamaran Bayu waktu itu sesegera mungkin. Dan malam itu juga aku tidak bisa tidur dengan nyenyak karena terus terbayang wajah orang-orang yang aku sayangi. Ibuku, Bapak, Mas Pandu dan Mbak Aty, Adnan, Adam, Umi dan Mama Mala, dan terutama Bayu. Mereka adalah orang-orang yang sangat menginginkan pertunangan itu. Bukannya aku tidak menginginkan pertunangan itu. Tapi, aku masih belum siap untuk semuanya. Perhatian Bayu, rasa perduli Bayu, bahkan rasa sayangnya untukku itu sangat sempurna dimataku. Bayu adalah laki-laki sempurna yang mungkin dikirimkan tuhan untukku sebagai balasan atas setiap do'a-do'aku selama ini.

Dan akhirnya dimalam itu, aku mengaduhkan semua urusan hati dan perasaanku kepada sang pencipta hati. Aku mengaduh, bercerita, dan meminta petunjuk untuk semuanya. Dan setelah aku melaksanakan sholat istiqoroh, aku baru bisa tidur dengan nyenyak.

Keesokan paginya, setelah aku pulang dari siaran diradio. Aku langsung menancapkan gas mobilku ke Cijantung ke rumah dinas Mas Pandu dan Mbak Aty. Sesampainya di Cijantung, aku langsung masuk ke dalam rumah itu. Mbak Aty sedang masak didapur, Mas Pandu masih dinas, dan Adam sedang main dengan teman-temannya didepan rumah.

"Assalamualaikum..." Ucapku

"Wa'alaaikumsalam, tumben kamu mampir kesini?. Biasanya dipaksa dulu baru mau kesini. Kenapa?." Jawab Mbak Aty seraya mengoseng-oseng semur daging yang sedang dimasaknya.

Senja dan Ujung Rasa (COMPLETE and REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang