“Bukankah Allah sudah mengajarkan pada kita
tentang arti dari sebuah kata ‘memaafkan’?”
- A. Putih Andini
Beberapa minggu setelah pulang dari Bandung, Bayu mendapatkan tugas operasi militer di daerah perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini selama 40 hari. Dan selama 40 hari itu, kami sangat jarang berkomunikasi karena memang didaerah yang sedang Bayu jaga sangat susah sekali untuk mendapatkan sinyal. Selain itu juga, Bayu mendapatkan jadwal jaga yang sangat padat disana. Aku bisa memahami hal tersebut, karena mbak Aty juga pernah bercerita tentang hal ini padaku. Ini memang salah satu resiko jika kita berhubungan dengan seorang tentara. Dan aku tidak bisa memikirkan bagaimana kehidupan mbak Aty setelah menikah dengan seorang tentara. Belum lagi jika kita merupakan wanita karier seperti mbak Aty dan sudah memiliki anak. Tak jarang juga, keluarga ikut ‘direpotkan’ jika mbak Aty dan juga mas Pandu tidak bisa menjemput Adam dari sekolah. Dan terkadang ibuku juga suka pulang-pergi Jakarta-Bogor hanya untuk menemani cucu tersayangnya itu jika kedua orang tuanya sama-sama sibuk. Ya, begitulah resikonya jika kita mempunyai keluarga yang super sibuk. Mbakku dengan dunianya, masku dengan kegiatan militernya, dan aku dengan urusanku sendiri yang tak kalah sibuk dari sepasang suami-istri itu.
By the way, hari ini aku akan bertemu dengan Tania Citra di sebuah cafe di bilangan Jakarta Utara. Memang setelah bertemu dengannya di acara syukuran waktu itu, aku lumayan sering berkomunikasi dengannya. Ia sering menghubungiku jika dia sedang ada di Jakarta. Ya, seperti saat ini Citra menghubungiku untuk mengajakku bertemu dengannya di sini. Setelah sampai di parkiran aku langsung masuk ke cafe dan mencari meja yang sudah Citra reservasi tadi.
“Selamat datang di CafeIn, ada yang bisa saya bantu, mbak?.” Ucap salah satu pelayan di CafeIn.
“Teman saya sudah reservasi tadi, atas nama Citra. Apakah teman saya sudah datang?.”
“Oh kebetulan temannya tadi sudah datang mbak, silakan mbak. Mari saya antarkan.” Dengan diantarkan pelayan tadi, akhirnya aku bertemu dengan Citra.
“Hai, sudah lama ya?. Maaf nih, kamu pasti udah lama nunggu aku ya?.” tanyaku pada Citra saat hendak duduk di bangkuku.
“Ngga kok, aku juga baru sampai beberapa menit tadi.”
“Kamu udah pesen, cit?.”
“Udah, te. Kamu pesen aja dulu.” Aku pun memanggil pelayan CafeIn.
“Kerjaan lancar, te?.” Tanya Citra padaku.
“Alhamdulillah lancar kok, kamu gimana?.”
“Ya gitulah, te. Aku masih sibuk Jakarta-Bandung, soalnya insya allah aku mau pindah kerja di Jakarta. Doain ya.”
“Selalu, cit. Kan kalo misalnya kamu di Jakarta kita bisa sering meet up bareng. Terus kapan kamu rencananya pindah ke sini.”
“Iya, te. Insya allah awal bulan depan udah kerja.”
“Wah, semoga kamu betah deh disini ya.”
“Iya, makasih banyak ya.”
Setelah mengobrol singkat dengan Citra di CafeIn. Akupun harus segera pergi ke Studio siaran karena ada siaran mendadak dan tidak ada penyiar yang stand bye disana dan cuman aku yang posisinya tidak terlalu jauh dengan Studio. Alhasil aku harus kembali lagi ke Studio. Setelah selesai siaran aku langsung menancapkan gas mobilku untuk pulang ke Apartemen. Sesampai di Apartemen aku langsung menekan lift ke lantai Apartemenku.
Ting
Setelah sampai didepan pintu, aku terkejut melihat paket yang tergeletak di depan pintu. Setauku, aku sedang tidak memesan barang online apapun atau ibuku yang mengirimkannya. Tapi, jika ibu yang mengirimkannya pasti dia akan menghubungiku terlebih dahulu. Kemudian aku mengambil paket itu, lalu langsung masuk ke dalam apartemen. Aku memeriksa paket itu untuk mencari siapa yang mengirimkanku paket itu. Namun, saat aku memeriksa paket itu bolak-balik, aku tidak menemukan nama dan alamat pengirimnya sama sekali. Aku pun berinisiatif untuk menelpon ibuku untuk menanyakan apakan dia mengirimikan paket ini atau tidak. Namun, saat aku menghubungi ibu, ibuku menjawab bahwa dia tidak mengirimikan ku paket apapun. Tanpa berpikir panjang akupun meletakkan kembali paket itu di dekat rak sepatu tanpa membuka apa isinya. Rencanaku besok aku akan bertanya pada satpam di bawah siapa yang mengantarkan paket ini padaku. Setelah meletakkan paket, aku pun bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Saat aku sedang mandi, handphoneku berbunyi dan aku membiarkannya saja. Setelah selesai mandi, aku pun langsung mengecek handphoneku dan melihat siapa yang tadi menelponku.
“Nomor tidak dikenal?. Nomor siapa ini?.” Gumamku dalam hati, lalu tidak memperdulikan siapa yang menelpon tadi. Lalu, aku menaruh kembali handphoneku di atas nakas. Kemudian beranjak ke dapur untuk mengambil minum.
Dret.. dret.. dret...
Handphoneku bergetar kembali karena ada pesan yang masuk. Aku mengecek siapa yang mengirimiku pesan malam-malam begini. Nomor tidak dikenal yang tadi menelponku yang mengirimiku pesan, aku membaca pesan apa yang nomor itu kirimkan.
08231145****
Buka dan lihatlah hadiah yang aku berikan padamu...
“Hadiah?. Hadiah mana yang sebenarnya orang ini maksudkan. Paket tadikah yang dia maksudkan?. Tapi, siapa dia ini?.” Gumamku setelah membaca pesan tersebut. Namun, aku tidak memperdulikannya lagi.
Beberapa menit kemudian...
Dret... dret... dret...
08231145****
Aku tau kau pasti bertanya-tanya siapa aku, yakan?. Kau tak usah memikirkannya, kau akan tau siap aku segera.
08231145****
Dan aku peringatkan padamu bahwa kau harus menjauhi orang yang kau rebut dariku jika kau tak mau melihat orang kau sayangi menghilang dari bumi ini...
Dua pesan dari nomor tak dikenal itu kembali mengirim pesan padaku. Namun, yang membuatku terkejut adalah pesan yang terakhir dia kirimkan padaku. Pesan yang mengatakan bahwa aku merebut sesuatu darinya. Aku tidak pernah merasa jika aku sedang merebut sesuatu dari seseorang. Siapa sebenarnya orang sedang menerorku ini?. Ah, sudahlah aku tidak mau memikirkan masalah peneroran ini dengan serius lebih baik aku istirahat. Setelah, mematikan handphoneku aku pun langsung bersiap untuk istirahat.
.
.
.
.
.
Update bab baru nih!!!
Vote+komen ya, ditunggu loh😊Thanks^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Ujung Rasa (COMPLETE and REVISI)
Roman d'amourTerkadang sebuah pertemuan tak terduga itulah yang paling berkesan. Sama seperti pertemuan Aksara dan Alantra. Pertemuan yang tidak pernah diharapkan. Pertemuan yang tidak direncanakan. Dan takdirlah membawa pertemuan mereka. Aksara Putih Andini, at...