Part 12.5 : Palembang

2.3K 88 0
                                    

Dan tepat di hari Jum'at, Aku dan Bayu melakukan perjalanan ke Palembang berdua. Kami menggunakan penerbangan terakhir ke Palembang. Dan rencananya, kami akan menginap di Palembang 1 malam kemudian pada sabtu sore kami akan kembali pulang ke Jakarta.

Perjalanan dari Bandara Sultan Mahmud Badarudin II ke tempat tujuan kami membutuhkan waktu sekitar 5 jam kurang kalau jalanan tidak macet. Sesampainya kami di Bandara pukul 22.00 WIB, kami langsung berangkat menuju hotel untuk menginap beberapa jam saja. Karena tepat pukul 05.00 WIB keesokan harinya kami akan pergi ke tempat tujuan kami di tanah kelahiranku.

Pada pukul 11.00 WIB, kami sampai ditanah kelahiranku. Tanah wong kito galo. Tanah bumi Sriwijaya. Tanah yang dulunya aku cintai. Namun, saat ini menjadi tanah yang paling aku hindari. Banyak kenangan manis dan pahit yang aku dapatkan ditanah ini. Dan lebih dari 6 tahun aku tidak menginjakkan kakiku kembali kesini karena beberapa hal. Dan salah satunya adalah orang yang paling aku sayangi meninggalkanku untuk selama-lamanya.

"Assalamualaikum, Ayah. Adek, datang yah." Aku mengucapkan salam ketika memasuki lokasi pemakaman umum yang ada di Jln. Plitasari. Ya, saat ini aku dan Bayu memang sedang berada di lokasi pemakaman milik keluarga besarku.

Aku duduk bersimpuh diatas pusaran makam Ayah tiriku. Cinta pertamaku. Dan orang yang paling berarti dalam hidupku setelah Ibuku. Bahkan posisinya dihatiku lebih tinggi dari Bapak yang notabennya adalah Ayah kandungku. Ayah adalah segalanya bagiku. Dan Ayah adalah salah satu faktor mengapa aku membenci tanah kelahiranku ini. Ayah meninggalkanku saat setelah ia mengucapkan kata cintanya untukku. Dan itu membuat luka yang teramat dalam dihatiku.

"Hai, ayah. Adek datang karena Adek kangen banget sama Ayah." Suaraku mulai bergetar menahan tangis. Tanganku mengusap-usap nama yang tertulis di batu nisan ini. Sedangkan Bayu hanya duduk terdiam disampingku.

"Ayah, Adek kangen Ayah." Tangisku luruh setelah aku mengucapkan ucapanku barusan. Dan Bayu langsung mengusap pundakku. Menenangkanku dan memberiku sedikit semangat.

"Ayah, tidak kangen Adek?. Ayah pasti kangenkan?. Adek juga kangen sama Ayah."

"Ayah, Adek disini. Disamping ayah. Dan Adek tidak sendirian disini. Ada Bayu disamping Adek. Ayah bisa melihatnya kan?." Aku masih menangis sesenggukan didepan makam ayah angkatku.

"Ayah, hari ini Adek melaksanakan janji terakhir Adek dihadapan Ayah. Dulu, Ayah pernah bilang ke Adek kalau suatu saat nanti Adek sudah menemukan pengganti Ayah Adek akan segera memperkenalkannya pada Ayah. Dan yah, hari ini Adek datang ke hadapan Ayah dengan seorang laki-laki tampan nan gagah yang dulu selalu Ayah pinta ke pada Allah disetiap kali yah berdo'a untukku."

Aku menarik nafas terlebih dahulu dan sedikit menenangkan tangisku, "Yah, perkenalkan ini Bayu. Dia seorang anggota TNI seperti Bapak. Tapi, dia memiliki banyak kesamaan dengan Ayah. Sifatnya, sikapnya, bahkan perilakunya terhadapku. Yah, apa Ayah ikut bahagia sekarang melihat Adek bahagia bersamanya?. Ayah, Ayah adalah cinta pertamaku dan insya allah Bayu adalah cinta terakhir anak bungsumu ini. Mungkin, ini saatnya aku sedikit melepaskan egoku demi masa depanku kelak. Dan semoga Ayah selalu merestui setiap langkah kakiku kedepannya. Semoga ayah tenang disana, yah. Maafkan Adek kalau Adek sangat jarang datang ke makam ayah. Jujur yah, Adek belum benar-benar siap untuk mengikhlaskan ayah pergi meninggalkan adek. Dan mungkin mulai sekarang Adek akan belajar menerima semua takdir Adek, yah. Selamat jalan ayahku sayang. Cinta pertamaku. Adek ikhlas ayah bahagia disana. Adek akan selalu sayang ayah. Adek akan jaga Ibu dan Adnan untuk ayah. Adek akan menjadi istri dan ibu yang baik untuk suamiku dan juga untuk menepati semua janji Adek ke ayah. Semoga ayah tenang disana, Adek sayang ayah." Tangisku pecah saat itu juga. Aku terduduk dan memeluk batu nisan ayah angkatku. Dan Bayu menepuk-nepuk pundakku untuk memberiku semangat.

Senja dan Ujung Rasa (COMPLETE and REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang