•|20|• Tertunda.

9.9K 779 14
                                    

"Selagi boleh sabar sabar lah, selagi boleh diam maka diamlah, dan selagi boleh tahan, tahanlah. Semua dugaan dari Allah Allah tau apa yang kita rasa."

©Malik's

🍁🍁🍁

"Terima kasih nak Azzam sudah menolong saya dan membawa saya kesini."ucap Abah Dinda yang masih terbaring lemah di brankar.

"Sebagai umat muslim saya hanya membantu saudara saya saja pak" ucap Azzam. Dan Abah Dinda hanya tersenyum.

"Abah gak papa kan? Mana yang sakit? Abah..Dinda sama bunda itu khawatir sama Abah." Ucap Dinda yang menangis di pelukan Abahnya.

"Tidak ada yang perlu di khawatirkan, Abah baik baik saja kan sekarang? Kamu lihat kan?" ucap Abahnya.

"Abah....." tidak sanggup bagi Dinda menerima kenyataan bahwa Abah nya terkena kanker ginjal.

"Sudahlah anak abah kenapa jadi cengeng seperti ini tidak lihat ada Azzam disini." ucap Abahnya yang mencoba menghilangkan kesedihan putri nya.

"Maaf kak Azzam.. Saya memang orang nya cengeng.." ucap Dinda.

"Bukan cengeng, tapi memang kamu mengkhawatirkan abahmu dan air mata mu adalah bentuk peduli mu pada orang yang kamu sayangi.." ucap Azzam.

"Abah saja baru tau kalau nak Azzam ini mengajar di pesantren Dinda sekaligus pemilik pesantren itu." ucap Abahnya yang memang baru mengetahui hal tersebut dari Dinda.

"Iya pak, saya juga tidak menyangka bahwa bapak sendiri Abah dari Dinda." ucap Azzam. Karena dihadapannya sekarang adalah orang tua dari gadis yang hendak ia khitbah, tapi sekarang bukan lah waktu yang tepat untuk mengkhitbah Dinda, dan mungkin beberapa hari nanti barulah ia datang kembali untuk niat nya tersebut.

"Sungguh kebetulan, bahkan ucapan terima kasih pun tidak bisa menggambarkan sosok yang baik hati seperti nak Azzam, sudah Tampan, Agama nya kuat dan pasti istri nak Azzam nanti beruntung mendapatkan kamu nak." ucap Abah Dinda.

"Terima kasih pak!" Ucap Azzam

"Kalau begitu saya permisi pak kapan kapan saya akan datang lagi untuk menjenguk bapak." ucap Azzam.

"Iya nak Azzam,sekali lagi terimakasih!" ucap Abah Dinda.

"Dinda.. Saya pamit dulu." ucap Azzam dan hanya diangguki oleh Dinda.

Azzam bergegas untuk pulang ke pesantren aja hari ini. Setidaknya dia menunda niatnya sementara sampai Abah Dinda sehat walaupun hanya beberapa persen kesempatan hidup dari Abah Dinda yang dikarenakan Kanker ginjal.

***

"Begitulah cerita nya Abi, umi...." ucap Azzam yang menceritakan kenapa dia tidak jadi mengkhitbah Dinda bukan tidak jadi tapi Azzam hanya ingin menunda sampai waktu dan suasana nya tepat.

"Yasudah nak, kamu bisa datang beberapa hari lagi nanti jika Abah nya Dinda sudah agak baikan." ucap Abi nya.

"Iya Umi setuju, tunggulah beberapa hari lagi Zam, sampai Dinda juga tidak kesedihan lagi atas apa yang tertimpa oleh Abahnya." ucap Umi. Dan Azzan hanya menganggukkan kepala nya.

"Assalamualaikum Abi, Umi dan bang Azzam.." ucap Azizah Adik dari Azzam dan Adam.

"Assalamualaikum" ucap seorang gadis yang bernama Anisa.

"Walaikumsalam Azizah..ehh dan Ada Anisa juga!" ucap umi maryam.

"Iya umi tadi ada pengajian di masjid An-Nur jadi Zizah tidak sengaja jumpa dengan Anis" ucap Azizah yang menjelaskan pada keluarganya, memang Azizah dan Anisa adalah satu angkatan waktu kuliah dan sekarang Anisa juga menyelesaikan tahfiz nya di pesantren milik Azizah, sekarang Anisa atau gadis yang dipanggil Anis itu sudah dekat dengan keluarga mereka, Jika Dinda dan Dilla tidak tau kalau Anisa mencintai Adam. Tapi Azizah tau akan hal itu dia tau bahwa Anisa sahabatnya itu menyukai abang sulung nya, Adam.

Malik's ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang