"Menaruh harapan kepada manusia adalah seni paling sederhana untuk menderita."
©Malik's
🍁🍁🍁
"Dillaaaaa! lihat jam! kita baru bangun dan sekarang uda hampir jam delapan!" Teriak Dinda, Mereka
terlambat bangun, karena mereka tertidur sebentar waktu selesai subuh tadi."Ya Allah.. Dinda kok kamu bangunin aku jam segini, kita harus buru buru, Jihan ama Izmi mana?" ucap Dilla. Di kamarnya kosong biasanya ada mereka.
"Itu makanya, seperti nya mereka meninggal kan kita!" ucap Dinda.
"Uda kita cepat mandi dan bersiap siap!" ucap Dinda dan menuju kamar mandi.
"Iya iya!" ucap Dilla.
Setelah bersiap siap dengan pakaian yang simple dan elegan, Dinda dan Dilla sudah sangat cantik dengan khimar yang menutupi nya.
"Cepetan Din!" ucap Dilla dan Tergesa gesa untuk keluar sampai diluar pesantren, diluar sangat sepi tidak banyak kendaraan umum lewat, inilah yang di ribet kan oleh anak pondok sekaligus kuliah seperti mereka, apa-apa susah.
"Dinda, kamu disini belum pergi?" tanya Azzam.
Kenapa hanya Dinda yang ditanyain ?
Ada Dilla juga disitu, itu lah yang ada di pikiran Dilla.
"Belum kak, nunggu angkutan umum, kakak uda rapi banget, kakak mau pergi kesana juga?" ucap Dinda, sedangkan Dilla hanya terdiam dan melihat interaksi mereka.
"Iya, kalau begitu bareng sama kami saja, Abi dan kak Adam yang didepan, saya, Azzam dan Yazid ditengah dan kamu, Azizah dan Dilla di belakang mobil." ucap Azzam. Hampir saja nama Dilla dilupakan oleh nya.
"Hmm bagaimana Dilla?" ucap Dinda.
"Terserah kamu saja." ketus Dilla, mungkin dia marah karena selama ini hanya Dinda yang diperhatikan oleh Azzam.
"Yasudah ayo ikut saya!" ucap Azzam.
"Abi, umi Mereka ikut bersama kita aja ya, kasihan mereka nunggu lama untuk mencari angkutan umum." Ucap Azzam pada abi dan umi nya.
"Oh Dilla sama Dinda yaudah ikut kami aja, gak perlu segan segan anggap aja mertua sendiri ehh keluarga sendiri maksud Umi." ucap umi, seperti nya kode keras buat Dilla dan Dinda.
"Yasudah ayo masuk!" ucap Abi.
Waktu yang digunakan dari pesantren ke rumah Mutia hanya sekitar 20 menitan. Dan selama di perjalan hanya diselimuti keheningan.
"Ekhmm nak Dilla sama Dinda udah lama kenal Mutia sama Irzan?" ucap Umi memecahkan keheningan.
"Uda kok Umi hampir 5 tahunan sedangkan bang Irzan cukup lama juga sih, karena Bang Irzan abagnya Zahro jadi kami juga sudah akrab Umi." ucap Dinda.
"Oh abi dengar Irzan sama Mutia dijodohkan ya?" ucap Abi, sedangkan Adam hanya fokus menyetir.
"Iya Abi, baru juga seminggu ini." ucap Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malik's ☑️
Spiritual• SPIRITUAL SERIES • Mengikhlaskan? Pertanyaan yang kerap ditanyakan kepada seseorang yang mencintai tanpa pembalasan. Namun, Selalu ada hikmah dari sepercik kisah, untuk hati yang kini berusaha mencintai sebuah kehilangan. Ini tentangnya yang menga...