•|21|• Harapan Yang Sirna.

9.4K 796 45
                                    

"Kamu tau apa yang membuat mu merasakan sakit yang amat mendalam? yaitu hancurnya harapan. Harapan yang tidak pernah menjadi kenyataan."

©Malik's

🍁🍁🍁

Beberapa hari berlalu tidak terasa sudah dua hari setelah Azzam menunda niat nya.

Tapi sepertinya kali ini di sudah tidak ingin menunda lagi saat nya untuk mengutarakan niatnya di depan Abah Dinda.

Apalagi Azzam sudah mengenal Abah Dinda, dan justru dia sudah tidak merasa canggung lagi saat dihadapan Abahnya Dinda nanti.

Azzam sudah berada di rumah sakit sekarang sedikit merapikan kemeja nya dia langsung masuk ke ruangan Abah Dinda.
Dan disambut hangat oleh Abahnya.

"Assalamualaikum pak, apa bapak sudah baikan?" ucap Azzam.

"Ehh nak Azzam,Walaikumsalam alhamdulillah ya seperti ini lah walaupun pinggang saya agak nyeri, tapi inshaAllah masih dikasih nikmat oleh Allah, Allah Maha Baik" ucap Abahnya. Tak segan segan Azzam langsung membicarakan hal serius pada Abah Dinda.

"Ada yang ingin saya sampaikan pada bapak, sekaligus ini adalah kemantapan hati saya." ucap Azzam menatap lelaki yang sudah berambut putih itu.

"Silahkan nak Azzam?" ucap Abahnya yang mempersilahkan Azzam menyampaikan hal penting tersebut, memang diruangan ini tiada siapa siapa karena Bunda nya sedang di rumah untuk mengambil baju ganti Abahnya sedangkan Dinda dia keluar sebentar untuk mencari makanan.

Azzam menarik nafasnya sebelum berbicara
"Saya ingin mengutarakan niat saya untuk....mengkhitbah putri bapak.. A-adinda.." ucap Azzam yang tergolong sedikit gugup. Abah Dinda hanya terdiam mencerna kalimat yang dimaksud oleh Azzam.

"Mengapa kamu ingin mengkhitbah putri saya? Apa alasan mu? Sungguh saya terkejut mendengar nya." ucap Abahnya yang terdengar datar namun dibalik itu ada sirat tersendiri untuk putri nya, ia tidak ingin putri nya menikah dengan sembarang pria. Abah Dinda memang sangat kagum pada Azzam, putri nya pasti sangat beruntung saat mendapatkan Azzam.

"Alasan pertama yaitu saya mencintai Adinda, dan hal itu sudah saya buktikan dengan istikharah.. hati saya sudah sangat mantap ingin mengkhitbah Dinda, saya ingin menjadikan Dinda istri saya dan saya ingin sekali membimbing nya ke surga, memang pak banyak gadis luaran sana selain Dinda tapi saat saya melihatnya pertama kali saya sudah dibuat kagum olehnya, sikap dan kedewasaan serta kepedulian nya membuat saya yakin bahwa Dinda telah masuk ke hati saya, saya tidak ingin berlama lama memikirkan hal itu karena akan berakibatkan zina, dan diawal saya menolong bapak di hari itu sebenarnya saya ingin mengkhitbah Dinda tapi saya tau kalau kondisi tersebut bukan lah waktu yang tepat dan kali ini saya ingin langsung menyampaikan nya kepada bapak bahwa saya mengkhitbah Dinda atas izin dan ridho Allah." penjelasan Azzam membuat pria yang sedang duduk di brankar itu tersenyum senang tidak salah lagi, Azzam adalah lelaki yang tepat untuk anak nya.

Mengingat Abah Dinda sudah mengetahui penyakitnya tentu saja Abah Dinda memaksa ingin tau penyakit nya tetapi tidak ada yang memberi tau nya dan akhirnya dokter lah yang menjelaskan kalau Abah Dinda terkena penyakit tersebut.

Tetapi Abah Dinda tetap tegar di balik penyakit tersebut Allah telah mengugurkan dosa dosa nya.

Sebelum abah nya meninggal, Abah Dinda ingin menjadi wali nikah nya dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk hal itu.

Malik's ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang