•|30|• Merangkai Kebohongan.

9.5K 774 52
                                    

"Munafik itu ketika mulut tidak sama dengan kata hatinya."

©Malik's

Selamat Membaca💖

🍁🍁🍁

Pagi ini pesantren sudah ramai dengan para santriwati dan satriwan yang sibuk dengan urusan nya masing masing, mereka sudah mulai mengantri dikamar mandi karena memang haru ini adalah awal yang baru di pesantren setelah berlibur beberapa minggu.

Dilla sudah siap sejak tadi subuh agar tidak terjebak atrian yang panjang.

Hari ini adalah hari pertama kampus yang memasuki semester baru dan Dilla sudah siap dengan gamis panjang nya.

Saat berjalan Dilla berpapasan dengan Dinda dan Azzam yang berjalan beriringan seperti nya Azzam akan mengantarkan Dinda ke kampus, sekarang dan dulu itu berbeda, saat dulu Dinda dan Dilla pergi kekampus berbarengan, sekarang tidak lagi karena Dinda sudah menjadi tanggung jawab Azzam, jadi Azzam lah yang harus menjaga Dinda.

Dilla menghela nafasnya melihat pemandangan suami istri tersebut, mereka memang tak berpegangan tangan, Dinda yang memegang buku ditangan nya dan Azzam yang memasukkan kedua tangan nya di kantong celana.

Dilla berpapasan dengan mereka saat berjalan,

"Dilla? Kamu mau ke kampus, bareng kita aja, boleh kan Kak?" ucap Dinda dan Azzam hanya mengangguk.

"Maaf, aku bisa pergi naik angkutan umum saja." ucap Dilla bukannya Dilla masih marah dia memang bukan orang yang pemarah, hanya saja dia perlu sendiri untuk melupakan kenangan pahitnya.

"Tidak perlu Dilla, sama kami aja." ucap Dinda yang meyakinkan dan Dilla langsung menggeleng kan kepala nya dan tersenyum lantas pergi meninggalkan mereka tanpa sepatah kata pun.

"Sudahlah tidak usah dipikirkan mengenai Dilla, kamu juga bilang kan kalau dia perlu sendiri." ucap Azzam dan Dinda hanya mengangguk Lemah.

Dilla harus mencari angkot, pagi ini memang matahari sangat terik sehingga Dilla merasa pusing berjalan ke halte, pancaran sinar matahari pagi sangat silau ia merasa sangat pusing dan memejamkan matanya sejenak karena pantulan sinar matahari.

Suara mobil berseru kencang dijalan raya dan membuat Dilla hilang keseimbangan sehingga tubuh nya terloncat karena mobil yang berlaju kencang seketika tempat tersebut menjadi ramai dipenuhi para warga, Darah memenuhi sekujur tubuh Dilla dan langsung di angkat oleh para warga untuk dibawa kerumah sakit,

Sampai dirumah sakit menggunakan ambulan rumah sakit yang disebut rumah sakit Mitra Ilham, rumah sakit milik Dinda yang sekarang dipegang oleh paman Dinda.

Dilla dibawa menggunakan brankar untuk dibawa ke ruang UGD, darah tak henti henti nya mengalir dari kepala Dilla, air mata keluar dari mata Dilla yang merintih kesakitan, Maha Suci Allah yang memberi pertolongan untuk Dilla agar tetap Hidup, Dilla tak henti hentinya merintih dengan menyebut nama Allah.

"Allahu Akbar..."

"Allah maha besar"

"Alhamdulillah.."

Suster tersebut bingung mengapa Dilla mengucapkan kalimat syukur padahal dia dalam kondisi yang mengenaskan, Slsuster tersebut salut dengan Dilla, saat semua merintih kesakitan sampai menjerit jerit, Dilla malah tetap tenang dan mengucapkan dzikir Allah.

Malik's ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang