Selamat membaca 🤗
•Versi baru •
****
"Eh, Elo," kata Alvin sambil bertos ria dengan orang tersebut.
"Apa kabar, Don?" tanya Alvin.
Don?, ya orang yang bersama Vania tadi adalah Doni, lebih tepatnya Doni Nugraha, sepupu dan sahabat Alvin. Ketika SMP Alvin, Doni, dan Brian sering bersama, walau Doni berbeda sekolah. Tapi sayang kebersamaan mereka tidak berjalan mulus, saat memasuki SMA, Doni memilih untuk menyusul kedua orang tuanya ke Ibu kota. Doni selama SMP tinggal dengan neneknya, Nenek Doni adalah Adik dari Kakek Alvin yang tinggal di Jogja. Dan itu berarti neneknya Doni juga neneknya Alvin.
"Gue baik, lo sendiri?" tanya Doni.
"Fine," jawab Alvin.
"Gila, Vin. Masak lo lupa sama gue," kata Doni.
"Ya Lo aja yang kelamaan di ibu kota," balas Alvin.
"Di sana lebih keras, Vin. Sempet pengen balik ke sini, tapi nanggung banget, ya udah nunggu lulus dulu aja baru balik ke sini, Mama sama Papa juga memutuskan tinggal di sini, sekalian nemeni Nenek dimasa tuanya," kata Doni.
"Syukurlah kalau gitu, gue dulu seminggu di sana udah nggak betah apa lagi Elo yang hampir tiga tahun," balas Alvin.
Setelah itu mereka bercerita banyak topik, sampai melupakan Vania yang berada di samping Alvin.
Awalnya Vania memang tenang makan es krim sambil melihat-lihat suasana di sekitarnya. Tapi ketenangan itu terisik ketika dia melihat orang yang dia kenal turun dari sepeda yang diparkirkan di pojok.
Dia mencoba turun dari kursinya, setelah susah payak akhirnya dia berhasil turun dari kursi yang cukup tinggi untuk usianya. Kaki kecilnya melangkah mendekati orang itu.
"Kak Aca," sapa Vania setelah berada di depan seseorang itu, yang tak lain adalah Cafina Putri Utama.
"Eh Vania," sapa Caca.
"Halo kak Aca, Nia kangen," kata Vania sambil memeluk kaki Caca.
"Halo juga Vania, ke sini sama siapa?" tanya Caca.
"Sama Om Alvin," jawab Vania.
"Om Alvinnya ke mana?" tanya Caca.
"Lagi ngobrol sama Om Doni," jawab Vania.
"Ya udah ikut kakak masuk, yuk," ajak Caca.
Vania membalasnya dengan anggukan kepala. Mereka melangkah memasuki supermarket tanpa memperdulikan dua orang yang asik berbicara di kursi pojok supermarket.
Caca memilih barang yang akan dibelinya, dia juga membelikan Vania makanan anak kecil yanh tentu sehat. Setelah dirasa cukup, Caca dan Vania berjalan menuju kasir dan membayarnya.
Vania dan Caca keluar dari supermarket dan berjalan menuju dua orang yang masih saja asik untuk berbicara.
"Pak, kalau ngajak anak ya dijaga," kata Caca sambil menepuk bahu Alvin dari belajang.
"Gue bukan bapak- ba...., Eh Caca," kata Alvin terkejut.
"Apa?" tanya Caca dengan kedua tangan menyilang di depan dadanya.
"Nggak," jawab Alvin.
"Kalau ngobrol, jangan lupain apa yang dibawa, kalau ilang gimana, masih mending barang yang hilang, tapi kalau udah anak orang, mau gimana?" omelan Caca kepada Alvin dengan nada persis seperti ibu yang memarahi anaknya.
"Maaf, tadi Vania diam aja," balas Alvin.
"Dia diem, tapi lama-lama juga bosan, Alvin," kata Caca.
"Maafinlah, Ca" balas Alvin.
"Ya udah, tapi jangan diulangi lagi," kata Caca yang dibalas acungan jempol oleh Alvin.
"Eh iya, dia Doni sepupu gue," kata Alvin sambil mengenalkan Doni kepada Caca.
"Oh, gue Caca. Salam kenal," balas Caca tanpa berjabat tangan dengan Doni.
Doni yang sudah menebak kriteria Caca memilih untuk tidak mengulurkan tangannya jika mereka kenalan.
"Ya udah, gue balik dulu, udah malam," kata Caca.
"Mau gue anter?" tanya Alvin.
"Makasih, tapi ge bawa sepeda," jawab Caca.
"Ya udah, hati-hati," kata Alvin.
"Hmm," balas Caca.
Caca melangkang menuju sepedanya dan mulai mengayuh meninggalkan halaman supermarket itu.
"Lo naksirkan sama dia," kata Doni ketika Alvin sudah duduk kembali.
"Ya gitu," balas Alvin.
"Lanjut di rumah gue aja, yuk. Mama pasti kangen sama, Lo," kata Alvin.
"Waduh, gue habis ini ada acara, kapan-kapan aja ya, Vin," balas Doni.
"Ya udah, nanti kabari ya kapan dan dimananya, nomor gue masih sama," kata Alvin.
"A elah, kita juga masih sering teleponan," balas Doni.
"Ya udah gue pulang dulu, kasih tu bocil kalau kena angin malam," kata Alvin sambil melirik Vania yang sedang makam camilan yang dibelikan Caca.
"Oke, hati-hati," balas Doni.
"Vania salim dulu sama, Om," kata Alvin.
Vania menurut dan menyalimi tangan Doni.
Alvin kembali mengendarai motornya dengan Vania bonceng di depannya.
******
Sampai di halaman rumah, Caca meletakkan sepedanya di dekat mobil ayah bundanya yang masih sedikit terasa panas."Ayah sama bunda baru pulang?" gumam Caca sambil berjalan menuju pintu rumahnya.
"Assalamualaikum," salam Caca. Tak ada yang menyahutinya karena di lantai satu terlihat tidak ada orang.
Tanpa memikirkan lagi, Caca berjalan menuju dapur untuk menata belanjaan yang dia beli tadi.
Setelah selesai dengan acara menata, Caca mengambil satu bungkus makanan ringan, satu bungkus es krim rasa coklat, dan satu botol teh dengan cover orang tampan.
Caca berjalan menuju kamarnya untuk bersantai dan tentu melihat film atau drama kesukaannya. Namun saat di pertengahan tangga dia bertemu dengan kakak iparnya.
"Ayah sama bunda di mana, Kak?" tanya Caca.
"Mereka tadi langsung masuk kamar, katanya mau bersih-bersih dulu, kalau Andra lagi di kamar main game," jawab Vanesa yang ternyata peka dengan adik iparnya itu.
"Hufth... kebiasaan," kata Caca.
"Biarin, Ca. Namanya juga hobi," balas Vanesa.
"Ya udah, Kak. Caca mau ke kamar dulu, pesanannya kakak tadi di dapur," kata Caca.
"Siap, makasih ya," balas Vanesa yang dijawab acungan jempol oleh Caca.
Caca kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar yang berada di ujung. Setelah sampai di depan kamar, dia langsung membuka pintu putih dengan gantungan bertuliskan "Cintai dan hargai dirimu sendiri," yang dilanjutkan dengan nama Caca.
Dia masuk ke dalam kamar, duduk di kursi belajarnya, dan mulai menghidupkan laptopnya.
Caca menikmati acara di depannya dan camilan kesukaannya.
****
Hola, apa kabar?
Jangan bosan nunggu autor update ya teman-teman. Dan maaf kalau updatenya lemot.
Jangan lupa vote dan coment :)
Terima kasih 😀
Sukoharjo
Revisi : 28/09/2020
![](https://img.wattpad.com/cover/146201067-288-k574752.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alca || Selesai
Teen Fiction•Versi baru• Berawal dari ketidak sengajaan untuk saling mengenal satu sama lain. Kemudian terjadi suatu kesalah pahaman yang diciptakan oleh seseorang yang sangat membencinya, sampai dimana kenyataan menamparnya dan terbit suatu rasa asing yang men...