Selamat membaca
•Versi Baru•
****
Caca masuk ke dalam sekolah dan berjalan menuju kelasnya, saat di kelas dia melihat sudah ada Retha, Alvin, dan Brian.
"Hai," sapa Caca.
"Hai, Ca," balas mereka bertiga.
Setelah itu mereka berempat mengobrol bersama, saat sedang enak-enaknya mengobrol mereka diganggu oleh kehadiran Talia.
"Hai Sayang, gimana Ujiannya?" tanya Talia ke Alvin dengan nada manja.
"Biasa aja, nggak usah manggil sayang, lo siapa gue?" jawab Alvin cuek.
"Ih, kok kamu gitu sih sama aku, aku ini pacar kamu lho," balas Talia.
"Pacar ya?" tanya Alvin.
"Iya," jawab Talia bangga.
"Hahaha pacar dalam mimpi lo kali, gue nggak pernah pacaran," kata Alvin cuek dan dingin.
"Loh nggak bisa gitu dong, aku 'kan sayang dan cinta sama kamu," protes Talia.
"Maaf gue enggak," balas Alvin.
Setelah itu bel masuk berbunyi dan satu persatu orang masuk ke dalam kelas.
Hari ini free untuk kelas 12 karena mereka sudah melaksanakan Ujian Nasianal. Mereka sekolah hanya untuk menunggu pengumuman dan menunggu beberapa informasi. Ada juga yang belajar atau bertanya-tanya untuk tes lanjut kuliah.
***
Skip pulang sekolah
Bel pulang sekolah pun berbunyi, semua bersiap-siap untuk pulang ke rumah, satu persatu orang meninggalkan kelas dan tinggal tersisa Caca, Retha, Brian, Alvin, Vita, dan Talia.
Talia dan Vita keluar duluan tapi mereka tidak menuju parkiran melainkan menunggu teman-teman Caca keluar kelas dulu.
Di dalam kelas
"Kalian duluan aja, gue mau beresin meja gue dulu," kata Caca.
"Bener ni, nggak papa?" tanya Retha.
"Iya," jawab Caca.
"Ya udah kita tunggu depan gerbang ya, Ca," kata Brian.
"Iya, oh iya bilangin sama kak Andra kalau seumpamanya dia udah jemput gue," kata Caca.
"Ok," balas Brian dan Retha.
Brian dan Retha keluar kelas, tapi tidak dengan Alvin.
"Ca, beneran mau ditinggal sendirian?, gue temenin aja ya?" tanya Alvin.
"Nggak usah, Vin. Gue juga udah gede," jawab Caca.
"Tapi firasat gue nggak enak, Ca," kata Alvin.
"Alah lo mah ngada-ngada aja, udah deh nggak usah lebay," cibir Caca.
"Ya udah deh, gue tunggu sama yang lain di gerbang depan," kata Alvin,yang dibalas anggukan kepala oleh Caca.
Setelah Alvin keluar Caca membereskan letak meja kelas dan posisinya membelakangi pintu, saat sedang asik-asiknya menata tiba-tiba ada yang membekapnya dari belakang dan tidak salah lagi adalah Talia dan Vita, Caca memberontak, tapi tenaganya kalah dengan tenaga Talia dan Vita.
Kemudian Talia dan Vita membawa Caca ke gudang belakang tanpa sepengetahuan siapa pun, saat sampai mereka langsung mendorong Caca masuk ke dalam gudang. Mereka mengaitkan kunci gembok, tapi tidak ia kuncikan hanya digantungkan saja.
Mereka menuju tempat berkumpulnya sampah daun-daun kering dan menyalakan api di situ, seketika api menyala dan mereka tertawa puas dan lebih beruntungnya lagi arah angin menuju arah gudang, jadi asap pembakaran semua terbang ke arah gudang.
Caca akhirnya bisa melepaskan kain hitam yang menutupi wajahnya, tapi saat ini yang dia lihat adalah gudang belakang dan bukan oksigen yang ia hirup melainkan asap dari luar yang masuk ke dalam gudang melewati celah-celah jendela.
Caca mulai merasakan sesak, ia mulai terbatuk-batuk dan ia masih berusaha membuka pintu sambil berteriak minta tolong.
***
Sementara di depan sekolah, lebih tepatnya dekat dengan gerbang sekolah, dua siswa dan satu siswi, sedang menunggu temannya yang tidak kunjung dating.
Tiba-tiba motor dari arah parkiran mobil datang melewati mereka yang membuat mereka heran, ya di atas motor itu adalah Talia dan Vita.
"Eh, kayaknya Talia sama Vita udah dari tadi ya keluar kelas?" tanya Retha.
"Iya," jawab Brian.
"Tapi kenapa mereka baru keluar?" tanya Retha lagi.
"Mungkin mereka ada keperluan," jawab Brian yang masih berfikir positif.
Tidak lama datang mobil dan di dalamnya adalah Andra, Andra keluar dari mobil dan menghampiri mereka bertiga.
"Hai," sapa Andra.
"Eh kak Andra," kata Retha.
"Caca mana?" tanya Andra.
"Tadi masih di kelas katanya mau beresin meja dulu, terus kita disuruh duluan," jawab Retha.
"Udah lama belum?" tanya Andra lagi.
"Lumayan sih, Kak," jawab Retha.
Tiba-tiba ada yang datang adalah Vanesa."Loh kalian belum pulang?" tanya Vanesa.
"Belum, Kak. Nunggu Caca sama jemputan," jawab Retha.
"Belum, Kak. Sebenarnya aku bawa motor, tapi nunggu cewek-cewek biar dijemput dulu," lanjut Brian.
Lalu mereka berbincang-bincang, kurang lebih 5 menit mereka berbincang-bincang, tetapi Caca tidak kunjung datang yang membuat salah satu dari mereka khawatir.
"Kok perasaan gue nggak enak ya," kata Alvin yang membuat mereka menoleh ke arah Alvin.
"Nggak enak gimana, Vin?" tanya Retha.
"Jangan-jangan....," kata Alvin menghiraukan pertanyaan Retha dan lari menuju kelasnya, diikuti Brian, Retha, Andra, dan Vanesa.
Sampai di kelas mereka tidak menemukan Caca, mereka mulai panik.
"Caca mana?" tanya Retha.
"Iya Caca mana, masak hilang sih," kata Brian.
"Kita berpencar cari Caca, aku sama Vanesa, Brian sama Retha, dan kamu Alvin sendiri nggak papa ya," kata Andra yang diangguki oleh Alvin.
"Gue ke belakang," kata Alvin yang langsung lari menuju belakang.
Lalu Andra dan Vanesa mulai berpisah dengan Brian dan Retha untuk mencari Caca.
Sampainya di belakang sekolah, Alvin melihat daun kering yang dibakar.
"Siapa yang bakar?, nggak mungkin tukang kebun bakar ini, ini sampah masih dikit," pertanyaan Alvin yang ditanyakan kepada dirinya sendiri.
Ia masih kelihatan panik dan tiba-tiba ia mendengar teriakan minta tolong dari dalam gudang tepat di depannya dan Alvin kenal dengan suara ini.
Alvin mendekati pintu dan mulai membuka, tapi saat dibuka tidak bisa ternyata gembok digantungkan di tempat kunci.
Alvin mengambil gembok itu dengan kasar dan membuka pintu, saat dibuka langsung dihadiai tubuh Caca yang sudah lemah.
"Ca, Ca lo nggak papa?" tanya Alvin.
****
Kira-kira Caca jawab apa ya?
Jangan lupa vote dan coment
Terima kasih 🤗
Sukoharjo
Revisi : 23/08/2020
![](https://img.wattpad.com/cover/146201067-288-k574752.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alca || Selesai
Teen Fiction•Versi baru• Berawal dari ketidak sengajaan untuk saling mengenal satu sama lain. Kemudian terjadi suatu kesalah pahaman yang diciptakan oleh seseorang yang sangat membencinya, sampai dimana kenyataan menamparnya dan terbit suatu rasa asing yang men...