Chapter 2

55.6K 2.4K 24
                                    

Setelah makan malam selesai Rossa kembali ke kamarnya, tidak ingin berkumpul dengan keluarganya. Entah kenapa Rossa malam ini hanya ingin tidur badannya sungguh letih apalagi dengan hatinya.

Rossa berjalan menuju lantai dua, sebenarnya Arsen sudah menyuruhnya untuk tinggal di kamar bawah karena mengingat kandungan Rossa yang sudah memasuki 6 bulan dan hanya tinggal 3 bulan lagi Rossa akan melahirkan bayinya. Tapi Rossa enggan untuk pindah ke kamar dia bilang.

"Aku nggak bisa pindah kak, karena aku sejak kecil udah ada di kamar itu"

Begitulah jawaban yang di berikan Rossa kepada sang kakak. Sesampainya di kamar Rossa tidak langsung menidurkan tubuhnya melainkan mengambil sebuah Diary yang selalu menemaninya dan mengungkapkan isi hatinya setelah tau dirinya hamil dan penolakan oleh sang kekasih.

"Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk menghilangkan semua sesak yang berada di dadaku mengingat dia yang menolak janin yang aku kandung" ucap Rossa sambil menatap buku di tangannya.

Entah sudah berapa banyak air mata yang jatuh mengingat dirinya harus mengalami hal yang tak pernah dia duga sebelumnya. Mungkin tuhan sedang memberikan ujian padanya.
Rossa membuka buku Diarynya dan mulai menulis sesuatu di dalam buku itu.

"Hay, diary kali ini aku datang lagi. Aku hanya ingin berbagi kisah denganmu entah aku menulis ini sudah beberapa lembar yang penuh dengan pena ku. Tapi hanya ini yang aku bisa ungkapkan hanya dengan menulis hati bisa tenang tapi yakinlah sebenarnya aku hanya ingin lepas dari rasa sesak yang selalu menghantui ku.

Hari ini bertemu dengan sosok gadis kecil dia tiba-tiba datang dan membawa setangkai bunga yang aku tak tau namanya. Dia begitu cantik dengan kedua matanya yang bulat dan berwarna hitam. Hari ini aku ke taman tanpa di temani kak Arsen karna aku tau dia sibuk dan tidak mungkin selalu ada.
Semoga bayi yang akan aku lahirkan cantik seperti gadis kecil tadi atu tampan seperti "Dia" tapi entahlah aku akan menerima dan selalu menyanyanginya apapun yang akan di berikan tuhan padaku.

Sampai di sini dulu ya besok bakal aku sambung lagi".

Setelah selesai menulis Rossa menutup bukunya dan meletakkan di tempat yang aman. Dia akan mandi dan akan tidur. Karna tubuhnya benar-benar meminta untuk di istirahatkan.

.

.

.

SINGAPURA.

Seorang pria berumur 24 tahun, duduk di sofa dengan tangan kanannya memegang sebuah berkas kantor yang akan di gunakan untuk meeting besok. Dengan wajah yang tampan tapi selalu terlihat datar mempunyai rahang yang tegas,bersikap dingin dan tak tersentuh dan memiliki tubuh yang tegap yanh membuat para wanita terpana tapi tidak dengan pria tersebut. Menjadi CEO muda,memang tidak lah mudah apalagi harus mengurus perusahaan besar sendiri.

Drttt.. Drttt... Drrt...

Ponsel laki-laki itu berbunyi layar ponselnya menyala terpampang nama sang Papa.

"Hallo, pa? "

"Hallo Afgan?apa kamu sibuk nak?" tanya seseorang di sebrang sana

"Tidak! Ada apa? " tanya laki-laki Afgan.

"Kapan kamu kembali Indonesia. Kamu tidak lupa akan datang si pesta ulang tahun mama kan."

"Aku akan kembali secepatnya sebelum acara mama di adakan. Udah dulu pa agan sibuk", jawab nya dengan nada dingin

"Tapi nak..."

Afgan mematikan telfonnya secara sepihak tanpa mendengar ucapan sang papa. Ya laki-laki bernama Afgansyah Pratama anak pertama dari keluarga Pratama sang ayah pemimpin perusahaan terbesar di Asia dan mempunyai banyak perusahaan di luar negeri.

Contohnya sang putra yang sekarang menjadi Ceo muda setelah lulus sekolah, Afgan tidak melanjutkan kuliahnya karena sang ayah meminta memimpin perusahaan yang ada di Singapura meninggalkan tanah membawa sejuta luka dan kenangan yang masih membuatnya tidak bisa melupakan seseorang.

"Huftt.. " Afgan membuang nafasnya kasar dan meletakkan berkas yang di bacanya tadi di meja. Dia beranjak dari sofa dan berjalan kw arah jendela.

"Sudah lama aku berada di sini. Dan kenapa aku tidak melupakannya. Aku sadar setelah aku meninggalkannya rasa Cinta itu datang dengan sendiri" batinnya bermonolog.

Afgan melihat lampu-lampu mobil dari jendela apartemen nya kedua tangannya di masukkan di kedua sakunya. Dia teringat saat di mana orang yang di cintainya datang dan memberitahukan soal kehamilannya. Di saat itu juga Afgan mengakhiri hubungannya dan meninggalkan nya dengan beruraian air mata.

"Maaf" gumamnya pelan.

Afgan mengambil ponselnya dan menghubungi sekretarisnya.

"Carikan saya tiket ke Jakarta besok pagi" ucapnya dengan seseorang.

"...."

"Saya tidak mau tau, masalah klient saya akan bahas besok di kantor sebelum saya  kembali ke Jakarta"

"..."

"Jangan membantah. Carikan atau saya pecat" tegasnya dan mematikan telfonnya.

"Lebih baik aku berendam. Badanku benar-benar lelah".

Afgan berjalan ke dalam kamarnya dan meletakkan ponselnya di atas nakasnya setelah itu dia berjalan ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum tidur karena besok pagi harus berangkat ke kantor karena ada client yang akan ketemu dengannya.

.

.

.

.

.

.

Sampai jumpa di part slanjutnya.
Jangan lupa vote dan klik tanda bintangnya.

.

.

.

Sabtu, 21-10-2018
(13.30)
R_CLASANDRA

MY BABY BOY (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang