Chapter 46

22.5K 809 167
                                    

Setelah Afgan dapat pukulan dari Damar, saat ini dirinya hanya sendiri di ruang keluarga Damar membawa Sarah ke kamar karena masih shock atas apa yang Afgan ucapkan. Sedangkan Afgan duduk dan memegang wajahnya yang terasa sakit. Bibirnya robek lagi setelah Damar memukulnya.

"Begini lebih baik. Ini masih belum seberapa sakit jika di bandingkan kehidupan Rossa yang menanggung semuanya",ucapnya sambil meringis menahan sakit.

Pukulan Damat tidak main-main, dan baru pertama kali sang Papa memukulnya.

"Maafkan Afgan ma, pa. Kalian pasti kecewa tentang ini. Afgan belum menceritakan semua. Besok Afgan akan menceritakan lagi kepada kalian",monolognya.

Afgan mengambil ponselnya yang di atas meja setelah Sarah menaruhnya, dia berdiri dan berjalan meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya. Dia ingin member istirahatkan tubuhnya yang dua hari tidak tidur karena memikirkan masalah ini.
.

.

.
Sedangkan di kamar Damar masih memeluk Sarah yang menangis, setelah memukul Afgan tadi Damar membawa Sarah masuk ke kamar agar bisa tenang.

"Ma jangan menangis, sudah",ucap Damar sambil menghapus air mata Sarah.

"Sejak kapan Afgan berbohong pa?  Kenapa Afgan melakukan ini semua. Mama tidak mengerti",kata Sarah dengan suara seraknya.

"Ma, dengar Afgan belum menceritakan semuanya. Dia nggak mungkin jujur selama ini. Papa yakin jika Afgan tidak melakukan yang mama pikirkan saat imi",ucap Damar memeluk Sarah.

"Semoga pa, mama berharap itu tidak terjadi",jawabnya.

Entah kenapa pikiran Damar, tidak tenang takut jika Afgan menceritakan semua membuat Sarah drop. Tapi, dia ingin Afgan segera menceritakan itu.

.

.

.

Di rumah sakit.
Ruangan Rio tiba-tiba terasa menakutkan karena Sean berada di sana sedangkan kedua orang tuanya belum datang. Kenapa Sean pagi ini sudah berada di rumah sakit karena dia semalam tidak pulang setelah memergoki Rossa bertemu dengan bajingan itu.

Sedangkan Rossa tak berani bicara apa-apa, takut jika sean marah. Dia hanya duduk di dekat ranjang dan memegang tangan mungil Rio putranya.

Tiba-tiba tangan mungil Rio bergerak membuat Rossa kaget.

"Rio, sayang. Kamu sudah sadar nak",panggil Rossa.

Mata Rio masih terpejam tapi mulut kecilnya bergumam memanggil nama "Om" yang membuat Rossa terkejut.

"Om",panggil Rio membuat Rossa terkejut.

"Rio, ingin Om Arsen",tanya Rossa.

Sean yang mendengar namanya di panggil mendongak dan terkejut melihat keponakannya yang memanggil nama Om tapi dengan mata terpejam. Membuat Arsen sedikit cemas.

"Sayang,buka mata kamu. Kamu ingin om kan?om ada di sini",ucap Arsen.

Tiba-tiba Rio menangis dan memanggil nama Afgan.

"Om.. Lio au cama om.. Hikss... Om au cama om",pintanya dengan suara seraknya tapi dengan mata terpejam.

"Gak ada om sayang, rio cari om siapa? ",tanya Rossa khawatir karena Rio tiba-tiba meracau tapi matanya masih tertutup.

"Cepat panggil dokter",titah Arsen kepada Rossa.

Rossa segera pergi untuk memanggil dokter, sedangkan Arsen masih mencoba untuk membangunkan Rio.
Tak berapa lama, Rossa datang bersama Dokter.

MY BABY BOY (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang