Chapter 33

19.1K 831 42
                                    

Anggun dan Afgan berjalan masuk ke dalam toko perhiasan, entah kenapa perasaan Afgan tidak tenang saat masuk ke dalam. Dia melihat keliling toko tersebut dan baru sadar jika dia pernah masuk ke toko perhiasan saat dirinya membelikan kado untung Sarah sang mama yang sedang ulang tahun 2 tahun lalu dan kenapa dia merasa Dejavu saat ini.

Tiba-tiba, dirinya di kagetkan saat Anggun menguncang lengannya. Melamun kah dirinya tadi, hingga Anggun harus mengguncang lengannya.

"Gan, gimana cincinnya Bagus kan? Gak yangka ternyata papa beli cincin untuk pertungan kita", ucap Anggun dengan wajah berseri.

Wajah Afgan tiba-tiba datar, saat Anggun menekankan kata "Pertunangan" siapa yang akan bertunangan dengan siapa.

"Apa maksudmu?" ,tanya Afgan dengan nada dinginnya.

Anggun menoleh ke arah Afgan,saat Afgan bertanya seolah-olah tidak tau.

"Memangnya kamu nggak tau jika papaku meminta Om Damar untuk melakukan pertunangan agar perusahan papa dan om Damar bisa maju", tanya Anggun balik, membuat Afgan menatap Anggun tatapan dinginnya.

"Dan tanpa persetujuan ku begitu maksudmu, jika kau mau bertunangan bertunangan saja dengan papaku", ucapnya lalu pergi meninggalkan toko perhiasan dan mengindahkan teriakan Anggun.

"Mbak, tolong nanti kirim ke alamat rumah saya. Maaf, saya harus pergi dulu" , ucap Anggun dan berlari mengejar Afgan.

Anggun yang tadinya bahagia mendengar ucapan sang papa karena Damar papa Afgan setuju, entah kenapa sekarang hatinya merasa sesak karena penolakan dari Afgan langsung.

"Papa sudah bicara sama om damar, tentang pendekatan kalian. Dan papa mengajukan jika kamu dan Afgan bertunangan saja dulu agar kalian lebih kenal satu sama lain. Dan perusahan papa dan om damar bisa maju dan perkembang. Jadi, kamu bisa membujuk afgan untuk mau menerima lamaran papa".

Anggun teringat ucapan papanya, jika papanya mengatakan pendapat tanpa persetujuannya lebih dahulu. Awalnya dia marah, tapi setelah mendengar penjelasan sang papa dia mengangguk senang karena dia nanti bisa mengenal Afgan lebih dekat.

Anggun terus, berjalan untuk mengejar Afgan. Walau dia memakai high heels dia tidak perduli, yang penting dia bisa bicara dengan Afgan kalau dirinya juga tidak tau soal itu.

***

Afgan, terus berjalan cepat dengan wajah merah menahan amarah. Bisa-bisanya dia tidak tau apa-apa soal pertunangan yang akan di lakukan selebihnya Damar sang papa tidak mau membicarakannya terlebih dahulu dengannya. Di anggap apa sebenarnya dia di keluarganya.

"Tidak habis pikir, apa yang sebenarnya papa inginkan. Tanpa bicara lebih dulu sudah mengambil keputusan sepihak", katanya.

Afgan sampai di tempat parkiran, dirinya segera mengambil kunci mobilnya dan menekan tanda buka kunci, setelah terbuka Afgan masuk ke dalam dan sesegera mungkin meninggalkan tempat tersebut untuk menemui sang papa.

Afgan menghidupkan mesin mobilnya, dan setelah itu Afgan menjalankan mobilnya tiba-tiba tatapannya menuju seseorang yang berdiri di sebuah dekat taman dengan seorang anak kecil yang sepertinya menangis dan meronta ingin turun. Saat mobil Afgan semakin dekat tiba-tiba jantungnya berdetak kencang, ternyata Afgan melihat Rossa yang sedang menenangkan sang putra.

"Ocha! Kesempatan aku harus bicara dengannya. Aku ingin dia bicara siapa anak yang telah memanggil dirinya mama", kata Afgan.

Mobil Afgan berhenti, tak jauh di Rossa berdiri tanpa mematikan mesin mobilnya Afgan turun dan berjalan ke arah Rossa. Rossa belum menyadari jika ada seseorang yang medekatinya dia masih menenangkan Rio yang tiba-tiba menangis ingin beli es cream.

MY BABY BOY (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang