Chapter 45

12.3K 655 63
                                    

Hari pun telah berganti, Afgan saat ini berada di rumahnya dia akan membicarakan masalahnya dengan Papa dan Mamanya masalah papa dan mamanya kecewa itu dia akan pikirkan nanti yamg jelas semua masalahnya akan selesai.

Mereka sedang berada sedang sarapan pagi, karena hari ini Sang papa Damar tidak masuk kantor. Sarapan pagi yang penuh keheningan hanya suara dentuman sendok dan piring. Tak berapa lama Afgan selesai dia meminum air putih yang sudah di sediakan sebelum berbicara kepada Papa dan mamanya untuk menghilangkan rasa groginya.

"Pa, ma, afgan mau bicara",ucap Afgan membuat kedua orang tuanya melihat Afgan.

"Mau bicara apa? Sepertinya itu penting ",tanya Sarah yang menatap Afgan dengan lembut beda dengan Damar yang menatap dirinya dengan tatapan sulit di artikan.

"Ini tentang__",ucapan Afgan di potong oleh Damar.

"Kita bicarakan di ruang keluarga, jangan di sini",ucap Damar di angguki Afgan.

"Afgan tunggu di sana, afgan selesai",ucap Afgan sambil berdiri dan meninggalkan meja makan menuju ruang keluarga.

Setelah kepergian Afgan Damar dan Sarah melanjutkan sarapan paginya. Mereka penasaran apa yang akan Putranya bicarakan.
Afgan yang berada di ruang keluarga melihat ponselnya yang terpampang jelas wajah Rio di walpaper Ponselnya.

"Papa akan berusaha untuk bisa kita berkumpul sayang. Maaf, papa hari ini tidak bisa datang ke rumah sakit untuk menjengukmu",ucap Afgan sambil mengusap layar ponselnya.

Afgan sesekali menghela nafasnya dengan kasar, kenapa merasa sesak saat semuanya terungkap. Semalam saat dia pulang dari rumah sakit, dia langsung bertemu dengan Zaki dan menceritakan semuanya jika Afgan sudah tau semuanya membuat Zaki hanya diam tanpa bicara.

Mobil BMW warna hitam, meninggalkan area rumah sakit untuk pergi ke suatu tempat. Dia harus menceritakan semuanya kepada sahabatnya karena dia sudah tau semuanya.

"Aku harus bertemu dengan Zaki, aku ingin memberi tahu jika Rio anak Ocha adalah anakku. Aku harus kesana",ucapnya sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata karena jalanan sudah mulai renggang.

Tepat pukul 00.00 malam, Afgan sampai di kafe Zaki dia sudah menghubungi sahabatnya itu di perjalanan dan sekarang dia sudah sampi di depan Kafe Zaki. Afgan segera turun dari mobilnya yang sudah terparkir dan tidak lup untuk menguncinya dia berlari untuk segera bertemu Zaki.

Zaki yang sedang duduk menikmati kopi mendengar lonceng pintunya terbuka, dia yakin itu pasti Afgan. Zaki menoleh dan benar saja dia melihat Afgan berjalan dengan cepat ke arahnya. Tapi ada yang berbeda dengan sahabatnya itu, kenapa wajahnya seperti habis di pukul.

"Zak",panggil Afgan sedikit keras.

"Kenapa gan? Ada apa denganmu. Astaga? ",tanya Zaki sedikit terkejut.

"Zak,gue..",kata-kata Afgan tiba-tiba menggantung begitu saja, entah kenapa saat ini dadanya begitu sesak.

"Kenapa gan? Loe baik-baik saja! ",tanya Zaki dengan wajah cemas. Jujur melihat Afgan seperti ini membuat Zaki sedikit khawatir.

"Ri.. Rio. Rio ternyata anak gue sama ocha ",ucap Afgan sambil menatap Zaki. "Ternyata selama ini ocha nggak gugurin kandungannya, dia merawat anak itu sampai besar. Gue, gue benar-benar merasa bersalah",ucap Afgan dengan suara seraknya.

Zaki hanya diam, menunggu kelanjutan ucapan Afgan. Zaki tidak terkejut, dia tua lambat laun Afgan mengetahui semuanya.

"Gue, benar-benar nggak tau harus gimana. Waktu itu gue bener-bener masih labil untuk mengakui semuanya. Dan gue menjadi cowok brengsek yang udah buat cewek yang gua cintai dan jaga selama ini rusak akibat ulah gue. Gue benar-benar merasa bersalah banget sama ocha apalagi keluarganya",jelas Afgan panjang lebar.

MY BABY BOY (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang