Chapter 44

13.8K 629 57
                                    

Malam pun tiba, Afgan masih Setia di kantornya setelah mengusir Anggun untuk pulang. Walau begitu pikiran Afgan hanya tertuju kepada Rio sang putra. Ucapan Gina mama Rossa membuat Afgan lemah, Gina tidak memperbolehkan bertemu dengan Rio karena kesalahannya, tapi Afgan ingin bertemu dengannya bagaimanapun caranya.

Waktu menunjukkan pukul 20.00 malam, ponsel Afgan berdering menandakan Sarah sang mama menelepon. Karena afgan tidak ingin membuat sang mama khawatir Afgan hanya mengirimkan pesan jika dirinya sedang lembur dan akan pulang terlambat.

Setelah menulis pesan kepada Sarah, Afgan melihat Foto Rio terpampang jelas di layar ponselnya dengan wajah tersenyum membuat Afgan merasakan desiran aneh di hatinya.

"Maafkan papa nak, maafkan papa",ucap Afgan sambil mengusap layar ponselnya.

Afgan memasukan ponselnya kedalam saku dan segera pergi dari kantornya menuju rumah sakit di mana Rio di rawat, dia hanya ingin memastikan keadaan Rio dan sekaligus merindukannya. Walau nanti dia bakal di usir ataupun di pukul yang penting Afgan bisa bertemu dengan Rio dan Rossa.

"Lebih baik aku ke sana untuk melihat keadaan Rio. Dan berbicara dengan Rossa",kata Afgan.

Afgan mengambil jaket di lemari dekat pintu kamar pribadinya, karena Afgan malam ini tidak akan pulang dengan penampilan seperti sekarang. Untung kantor sepi jadi tidak ada yang melihat wajahnya yang sedikit memar karena pukulan. Dia bertekad akan melihat Rio.

******

Rossa tertidur di sofa hampir satu jam, pintu ruangan Rio terbuka karena waktunya jam Dokter memeriksa keadaan Rio. Saat masuk Rossa belum bangun dan akhirnya Suster pun membangunkan Rossa karena Dokter ingin memeriksa keadaan Rio.

"Bu Rossa, bu",ucap Suster sambil mengguncang tubuh Rossa dengan pelan.

Rossa yang sangat gampang untuk di bungkan, terlonjak kaget.

"Ya tuhan,maaf sus",ucap Rossa langsung terduduk.

"Saya,yang seharusnya minta maaf. Karena harus membangunkan bu Rossa", jawab suster tersebut.

"Tidak apa-apa sus, saya tadi ketiduran", kata Rossa sambil berdiri dari sofa.

"Selamat malam dokter, bagaimana kondisi putra saya",tanya Rossa yang sudah berdiri di samping ranjang yang di tempati Rio.

"Syukurlah,keadaan putra ibu baik-baik saja. Walau lukanya tidak terlalu dalam tapi kondisinya sudah membaik. Hanya menunggu dia sadar",jawab Dokter bernama Hendro.

"Syukurlah,terima kasih dok",ucap Rossa.

"Baiklah,kalau begitu kami permisi. Maaf sudah menganggu istirahat anda",ucap Dr. Hendro kepada Rossa.

"Sekali lagi saya terima kasih dok",kata Rossa yang berdiri di samping ranjang sang putra.

Setelah selesai di periksa oleh Dokter, Rossa duduk di kursi untuk menatap wajah Rio yang seharian belum sadar.

"Sayang, cepat sembuh ya? Mama kangen sama cerewet kamu. Maafkan mama yang sudah egois",ucap Rossa sambil mengusap kepala Rio.

Rossa terus mengajak Rio berbicara agar sang putra cepat sadar, Rossa benar-benar merasa bersalah karena sudah memaksa Rio untuk tidak bertemu dengan Afgan. Ngomong-ngomong soal Afgan,Rossa jadi kepikiran kata-kata sang mama jika Rio dan Afgan tidak boleh bertemu.

"Apa yang harus aku lakukan!",batinnya sambil menatap Rio.

Di lain tempat,mobil BMW hitam terpakir di halaman Rumah sakit. Yang di kemudikan oleh Afgan,dengan pakaian casualnya dia sudah mempersiapkan diri jika nanti dirinya akan di usir oleh keluarga Rossa.

MY BABY BOY (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang