Chapter 32

19K 802 116
                                    

Mobil yang membawa Rossa dan juga Rio telah sampai di Pondok indah Mall, di mana Rossa akan mengajak anaknya untuk berkeliling serta bermain. Rio menatap gedung yang ada di depannya hanya berkedip polos membuat Rossa gemas.

"Nah kita sampai sayang,sekarang kita turun. Ayo" ajak Rossa membuka pintu mobilnya.

Rossa turun terlebih dahulu setelah itu dia mengambil Rio dan menggendongnya. Tak lupa menyuruh sang sopir untuk menunggunya, karena dia tidak akan lama.

"Pak, bapak cari sarapan pagi aja dulu. Nanti kalau saya sudah selesai, saya akan telefon bapak" ucapnya membuat sang sopir mengangguk.

Akhirnya, mobil yang membawa Rossa meninggalkan area Mall. Setelah tidak terlihat, Rossa berjalan masuk ke dalam membuat dirinya takjub. Selama dua tahun tidak di Jakarta membuat Mall yang dulu dia datangi menjadi berubah.

"Mama, ndak lupa beli es cream lio kan? Nanti" tanya Rio menatap Rossa.

"Nggak sayang, tapi Rio harus makan dulu. Baru mama belikan es cream" jawab Rio membuatnya mengangguk.

"Anak mama pinter banget sih" katanya sambil mencium gemas pipi gembul sang anak.

Rossa dan Rio terus masuk ke dalam Mall, dia ingin mencari restoran dulu untuk membelikan sarapan pagi buat Rio kalau tidak dia akan sakit perut. Hari ini dia akan benar-benar memanjakan Rio , sampai Rio lelah dan meminta untuk pulang. Biarlah begini dulu, jika saatnya tiba dia akan memberitahu jika dirinya punya Papa.

***

Pagi itu, seorang laki-laki berwajah datar dan tatapan dinginnya berjalan melewati beberapa karyawan yang sedang bekerja. Hari ini dia hampir saja lupa jika sang mama tidak membangunkannya. Gara-gara dia pulang malam, dan terus memikirkan gimana caranya dia ingin bertemu dengan wanita dan anak laki-laki yang kemarin dia temui.

Karyawan yang bekerja di perusahan tersebut, seolah-olah takut menatap sang CEO bagi mereka dia seperti malaikat pencabut nyawa.

"Selamat pagi pak Afgan, client kita sudah menunggu di ruang rapat. Mereka sedang menunggu anda" ucap Sekertaris yang selalu dia percaya.

"Siapkan semuanya, kita akan temui mereka" jawab Afgan dengan suara berat dan dingin.

"Baik pak? " setelah itu sekretaris pun berlalu meninggalkan Afgan yang masih berada di luar ruangannya.

Saat akan masuk, tiba-tiba ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk dari seseorang. Tanpa melihat siapa yang menelfonnya, Afgan langsung menggeser tombol warna hijau.

"Hallo" sapa Afgan.

"Hallo, agan. Lama banget sih angkat telfon aku. Lagi apa sih kamu" tanya orang di seberang sana.

Afgan melihat layar ponselnya dan melihat nama Anggun tertera di sana.

"Aku sibuk, ada apa " tanya Afgan dengan wajah datarnya.

"Nanti siang,anterin aku ke Mall aku harus mengambil pesanan papa. Kata om aku harus pergi sama kamu" jawab Anggun.

"Aku nggak bisa,sama orang lain. Dan jangan ganggu aku" Afgan ingin mematikan telfonnya tapi di urungkan saat mendengar kata-kata Anggun yang membuat dirinya geram.

"Aku akan bilang sama om jika kamu gak mau, ingat om dan papa ada perjanjian kerja sama jika kamu gak mau anterin aku papa akan memutuskan kerja sama itu. Dan papa akan memaksa kamu untuk menikah denganku" ancamnya membuat Afgan mengepalkan tangannya kuat. Kali ini dia harus mengalah dan menuruti wanita yang sangat memuakan.

"Baiklah,jam 10 aku akan menjemputmu" kata Afgan dengan terpaksa.

Afgan mematikan panggilannya,tanpa mendengar ucapan wanita itu. Saat akan masuk, tiba-tiba sekertarisnya berjalan ke arahnya dan menyuruhnya segera ke ruang meeting. Mau tidak mau dia berjalan ke sana.

MY BABY BOY (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang