🎯 seri

1.4K 178 7
                                    

Semenjak kejadian beberapa pekan yang lalu, hubungan Somi dan Kyla jadi semakin deket.

Ngantin bareng, balik bareng. Ke mana-mana bareng padahal beda kelas.

Sampe akhirnya Kyla pindah jurusan dari IPA ke IPS dan jangan tanya gimana senengnya mereka karena kebetulan Kyla dipindahin ke kelas 10 IPS 5, kelasnya Somi.

Ditambah ada Daehwi, Jeongin, Euiwoong dan Ryujin yang barbar di lingkungan pertemanan mereka, bikin Somi maupun Kyla jadi gak canggung nunjukkin sisi diri mereka yang sebenarnya.

Kayak sore ini.

Sepulang sekolah seperti biasa, Somi gak pulang dulu. Selalu nunggu sekolah sepi sampe sunset udah keliatan di parkiran sekolah.

Biasanya cuma berdua sama Kyla, tapi kali ini ada tambahan Ryujin.

Ketiganya sama-sama duduk di atas motor orang dan ketiganya sama-sama nonton Garuda League Championship di lapangan depan sambil nyemilin kuaci.

Kelas yang lagi tanding futsal ini kelas 11 Bahasa vs 11 IPA.

Mereka gak punya temen di dua kelas itu tapi asal nimbrung aja jadi suporter dadakan.

Ya pokoknya yang mainnya pake kekerasan langsung dilemparin kuaci, gak peduli itu team lawan atau kawan.




“Arghh!”

Sepeluh menit berlalu ada pemain dari kelas IPA yang kesungkur karena adu body sama team lawan.

“SIT, KARTU MERAH, SIT,” teriak Somi sambil ngelemparin Bahasa.

“IYA CIDERA ITU YANG DOWER.” Ini kata Ryujin, original tidak berfilter.

Kyla bagian ngakak doang.

“Yeu si wasit,” sungut Somi karena wasitnya cuma ngasih kartu kuning.

“Ck biarin aja sih, pasti kelas Bahasa yang bakal menang,” celetuk Kyla.

Somi gak terima. “Apa-apaan kasar gitu mainnya!”

“Dihh ceng goceng ayo ama gua,” tantang Kyla dan Somi setuju.

“Gue megang IPA ye, lo BAHASA,” kata Somi.

“Ho’oh.”

“Yang kalah buka baju di lapangan!”

“Ho—HAH GIMANA!?”

Gak cuma Kyla, tapi Ryujin juga kaget.

BENERAN KAGET kayak buset dah nih anak totalitas tanpa batas sekali.

Tapi akhirnya Kyla ngangguk juga.

“Deal.”














Wasit meniup peluit tiga kali, pertanda berakhirnya pertandingan sore ini.

Untungnya skor yang diperoleh seri 3-3.

Kyla lega karena gak ada yang kalah alias gak bakal ada foto dia maupun Somi lagi buka baju di tengah lapangan besok.

Tapi kelegaannya hancur waktu Somi kembali menginterupsi.

“Skor-nya seri berarti kita berdua kalah, Kyl,” ujar Somi bagai sambaran petir di siang bolong.

Ryujin yang kebetulan udah siap di atas motornya ngelengos males. “Som, please deh. Gak usah malu-maluin diri sendiri.”

“Tau lo sinting, gak mau gue,” tolak Kyla. “Buru dah ambil motor lu, balik.”

“KYLA PENGECOOOEEET.”

“HEH!!!!”

Kya melotot, beneran Somi ini nantangin banget anaknya minta dijitak.

Tapi Kyla-nya malah ngeladenin.

“Hitungan mundur buka seragam lu ya, abis itu lari ke lapangan!” sahut Kyla, kepicu juga akhirnya.

Sedangkan Ryujin geleng-geleng.

Bule kalo sengklek udah di luar nalar perilakunya.

Somi ngitung. “3... 2...”

Dua cewek itu udah siap-siap megang kancing seragam sama resleting rok.

“1!!!!” timpal Ryujin. Tadinya gak setuju tapi ujungnya ngomporin-ngomporin.

Somi dan Kyla yang denger itu langsung buru-buru buka seragam nyisain tank top sama celana daleman terus beneran lari ke tengah lapangan.

Pemain futsal yang duduk-duduk di pinggir lapangan kaget banget woi anjeng sampe pada melongo.

Mendadak seger setelah tenaga dikuras abis-abisan ngejar bola.









Besoknya bener aja, foto Kyla-Somi ditempel sama pihak tidak bertanggungjawab di mading dengan caption ‘Awas Bule Sinting’.

one shot, two shotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang