Nancy si tukang bully.
Sejak kepindahannya beberapa bulan yang lalu ke sekolah ini, julukan itu selalu teringat setiap nama Nancy disebut.
Yang bersangkutan justru gak tau di mana letak kesalahannya sampai diberi julukan itu.
Lebih tepatnya, Nancy gak merasa kenapa dia selalu disebut si tukang bully.
Menurut Nancy, cewek pemegang paham idealis itu, seseorang yang salah harusnya ditegur dan diberi pelajaran mau se-dewasa apapun usia mereka.
Kayak siang ini.
Baju seragam Nancy ketumpahan kuah bakso sama cowok di kantin waktu istirahat kedua.
Mana Nancy belum dzuhuran dan bajunya penuh banget sama saos. Ditambah ini cewek mood-nya lagi turun, makin-makin mau makan orang rasanya.
Oke lah Nancy maklum kalo cowok itu gak sengaja atau buru-buru atau apa kek.
Tapi setidaknya, cowok itu minta maaf atau tanggung jawab sama baju Nancy. LAH INI MALAH DILIATIN DOANG.
NANCY MURKA.
“Heh!?” seru Nancy. “MATA APA KELERENG!?”
Yang cowok masih diem aja ngeliatin.
“Oh, gak punya mulut juga!?” sambar Nancy berapi-api.
Yaa emang vibes tukang bully tapi cewek itu denial.
“Cy, udahlah,” tenang Shuhua. “Masih bisa dibersihin itu.”
Bukan apa-apa, masalahnya Shuhua tau ini Nancy lagi berurusan sama orang yang salah.
Adachi Yuto.
Angkatan ke-98 yang baru lulus tahun lalu ada di depan mereka. Gak sengaja numpahin mangkok bakso karena sibuk sama hape-nya. Cowok itu masih pake kemeja abis kelar kuliah, makanya Nancy gak tau ini anak siapa karena gak pake seragam.
Nancy juga gak tau asal-usul cowok ini mengingat dia anak pindahan. Tapi Shuhua tau.
Shuhua tau, bahkan mengerti se-berapa bahaya seorang Yuto pada zamannya ini.
“Lo sendiri gimana? Gak punya sopan-santun asal teriak kayak gitu?” balas Yuto.
NANCY SERASA DITAMPAR.
Beneran sejauh ini gak ada yang berani nyautin omongan Nancy walau itu kakak kelas sekalipun.
Tapi ini SIAPA SIH BIKIN MOOD NANCY TAMBAH TURUN AJA??!!??!?
“Gue minta lo tanggung jawab!” kata Nancy, mukanya udah merah nahan emosi.
“Ada juga lo yang tanggung jawab sama bakso gue,” sahut Yuto sambil berlalu. “Udahlah, minggir lo. Masih bau kencur gak usah cari gara-gara sama gue.”
“Bangsat!” Nancy langsung nahan bahu Yuto lalu disentak. “Lo gak diajarin minta maaf sama orang tua lo!?”
Shuhua bagian hah heh hah heh aja bingung misahinnya gimana. Untung kantin sepi jadi gak diliatin orang-orang.
Yuto berdesis. “Tau apa lo tentang orang tua gue?”
“Kenapa?” tantang Nancy. “Oh jadi bener orang tua lo gak—”
Tangan Yuto terangkat ke atas, mau nampar cewek di depannya. Tapi gerakan itu terhenti begitu pekikan nyaring terdengar dari belakang.
“Yuto!!”
Ketiganya noleh.
Ada cewek super jutek lagi berdiri di sana bawa setumpuk buku paket.
Nancy gak kenal dia siapa, sedangkan Shuhua lagi-lagi tau.
Itu Jang Yeeun.
Cewek yang dari zaman Shuhua masih kelas sepuluh, lengket banget sama Yuto.
Sekarang cewek itu udah ada di sebelah Yuto. Agak kesusahan sama bawaannya tapi tetep nyoba senyum di depan Nancy sama Shuhua.
“Maafin Yuto ya, dek,” kata Yeeun.
“Eun, apa-apaan sih orang dia yang salah!?” protes Yuto.
Yeeun melotot. “Lo ini baru ditinggal lima menit udah nyiram anak orang pake kuah bakso untung aja kantin gak kebakar gara-gara lo!”
“Ck, terserah.” Yuto beneran pergi ninggalin kantin.
Tersisa Yeeun yang malah ngasih kartu namanya ke Nancy.
“Telepon kakak aja buat biaya ganti seragamnya ya, dek. Yuto emang gitu anaknya, tempramental,” kata Yeeun. “Yaudah kakak pergi dulu, permisi.”
Yeeun berlalu kemudian tersisa Nancy dan Shuhua yang sama-sama bengong gak tau harus apa.
“Anjir siapa sih tuh orang? Charmspeak banget dua-duanya gue hampir mati kutu,” keluh Nancy.
Shuhua nyeletuk. “Couple goals pada zamannya itu jangan salah.”
———
wkwk sampis bgt dah kalo gua dulu nyiram seblak ke muka adek kelas :(
sok ganteng lagian gua ga seneng :(
KAMU SEDANG MEMBACA
one shot, two shot
Fanfiction[ ✓ ] Oneshoot collection by me! ⚠️ Before you read I want to make sure that; Semua watak tokoh di sini TIDAK merepresentasikan watak mereka di dunia nyata. Let's be brave readers who can distinguish between fan FICTION and REAL life. p.s saran gue...