"Apaan sih ganggu aja." Keluh Memi. Tangannya bersiap untuk membuka seatbelt tapi ditahan oleh Aayan.
"Gausah, biar kita aja yang tanganin. Dia temen lo kan?"
"Iya."
"Plan B, yorobun!" Ucap Rikatii pelan.
Aayan dan Momorun mengangguk mengerti, seolah ucapan Rikatii itu adalah suatu perintah.
Kage menatap sengit kedua orang yang keluar dari mobil. Mereka sangat asing baginya, gak pernah sekalipun dia ngeliat dua orang yang kini berdiri didepannya.
"Mana Memi?"
Aayan menatap Momorun, memberi kode dengan menganggukan kepalanya pelan. Setelah itu dengan brutal keduanya menyeret Kage yang tidak bisa apa-apa karena mendadak di serang.
"MEREKA MAU NGAPAIN?!" Memi panik ngeliat Kage di seret, eh enggak di seret juga sih, tapi ditarik biar masuk mobil.
"Sans bae lah."
"INI APA APAAN SIH?!" Kage berontak ketika tubuhnya di masukan ke dalam mobil Rikatii. Sesekali berusaha keluar tapi di tahan Aayan.
"Diem deh lo bacot mulu, ngikut kita doang apa salahnya dah!" Seru Aayan.
Setelah dirasa Kage enggak bakalan ngelawan lagi, Momorun lari kearah lainnya, masuk dari pintu mobil satunya hingga Kage sekarang terhimpit di tengah.
Memi sempet panik ketika Momorun belum nutup pintu tapi mobil udah jalan aja. Rasanya... MENYENANGKAN!! Memi kaya lagi maen film action yang misinya nyulik orang. Deg-degan tapi seru. Makanya bukan malah khawatir tapi malah seneng.
"APA-APAAN SIH?!" Pekik Kage masih gak terima. "JANGAN DEKET-DEKET GUE!!"
"Buset dah diem ngapa neng!" Komentar Momorun kesel, benerin duduknya biar enggak mepet banget. Tapi ya namanya kursi mobil buat berdua didudukin bertiga ya gimana lagi.
Kage agak risih dihimpit di dalam mobil, seumur hidup ia belum pernah naek kendaraan roda empat dalam kapasistas maksimum seperti sekarang. Biasanya dia berada di dalam mobil pribadi hanya dengan personal assiatantnya, itupun ia duduk di belakang sendiri.
"Kage udah deh diem dulu." Ucap Memi tenang dari bangku depan.
"MEMI IH LO—"
"Jangan ngebacod dulu ya ampun." Keluh Aayan lagi, kali ini menutup mulut Kage agar diam. "Santai... oke. Kita enggak bakal ngapa-ngapain kok."
Kage masih enggak terima, tapi emosinya pelan-pelan sudah turun. "JANGAN DEKET-DEKET GUE!" Serunya ke arah Aayan setelah mulutnya bebas.
"JANGAN DEKET-DEKET GIMANA MALIH INI KITA BERTIGA DI JOK BELAKANG YAK!" yang emosi malah Momorun, makanya jadi iseng menempelin bahunya pada bahu Kage. Dipepet.
"IH!"
Memi ketawa, ia begitu menikmatinya. Jarang sekali, ah bukan jarang tapi tidak pernah seumur hidupnya didalam mobil seperti ini suasananya, ramai kaya di pasar.
Kage menghela nafasnya kasar, menatap Memi di depannya yang tersenyum begitu lebar.
"Ini apa sih Mi? Mereka nyulik lo?"
"Hah? Enggak?! Aku cuma mau pergi sama mereka kok! Bukan diculik! Mereka temen baru aku."
"Temen baru?"
"Iya."
"Mereka yang bantuin aku kabur dari Ms. Miyuki waktu itu."
Kage terdiam, bukan karena enggak mau ngenjawab atau menyela tapi ia berusaha untuk mengerti situasi yang sedang ia hadapi. Berontak bukan hal baik jika dilakukan sekarang, takut nanti dikarungin terus di buang di sisi jalan kan bahaya.