"Ih ramenya..." gumam Risa melihat begitu banyak murid keyaki yang nemenuhi sisi tribun dimana keyaki akan bertanding sebentar lagi.
"Berisik banget sih."
Risa langsung menoleh ke sampingnya, ada Manaka tengah melirik team suporter dari sekolah Namba yang tengah menyanyikan yel-yel sebelum dimulai pertandingan.
"Gue kayanya gak bakalan liat pertandingannya sampe selesai." Kata Risa.
"Kenapa?"
"Gue harus balik. Ada acara makan malam."
"Lagi?"
Risa ngangguk. "Entahlah ngomongin apa lagi hari ini."
"Lo seneng dong harusnya. Kapan lagi ye kan ketemu sama tunangan lo kalo bukan diacara makan malam?"
"Iya sih." Risa menyunggingkan senyum simpul. "Lo sendiri? Kayanya udah enggak ngejar lagi Rika? Kenapa?"
"Udahlah masalah gue gausah dibahas."
Risa menatap sahabatnya yang kini menunjukan raut bermuram durja. Sedikit cerita, Manaka adalah salah satu diantara sedikit murid Keyaki yang terbuka dengan perjodohannya. Sebagai adik dari Rika, sudah jelas Risa tahu seluk beluk status keduanya. Hubungan mereka menjadi konsumsi publik, Risa lupa bagaimana murid keyaki tahu bahwa mereka —Rika dan Manaka— dijodohkan.
Dulu ketika keluarganya dikenalkan dengan keluarga Manaka, dirinya sudah tahu bahwa sosok bertelinga caplang yang kini menjadi sahabat dekatnya akan langsung jatuh cinta pada sang kakak. Ketiganya masih sekolah dasar begitu diperkenalkan, sekolah menengah pertama begitu tahu dijodohkan, dan ketika diawal menginjak sekolah menengah atas Manaka dan Rika resmi betunangan.
Tapi ada hal sedih dibaliknya karena Rika memilih untuk menolak mentah-mentah rencana perjodohan yang sebenarnya tidak bisa ia hindari. Pertunangan boleh jalan sekarang, tapi entah nanti. Risa tak mengerti kenapa kakaknya seolah tak terima.
"Techi gimana?" Tanyanya tiba-tiba.
Manaka melirik Risa disampingnya, "Putus."
"Ah sayang banget. Padahal gue kira dia bakalan berjuang, terus nanti jadi revolusioner yang nolak perjodohan."
"Memi yang nyerah."
Risa mangangguk mengerti. "Ngomong-ngomong... jadi Memi enak ya. Dia gak usah ribet sama perjodohan. Sementara kita harus nerima apa yang dikasih."
"Iya. Dia enak bisa nyari sesorang yang beneran dia suka dan berbalik juga suka sama dia. Lah gue?"
Risa mendorong bahu Manaka pelan, "Jangan jadi galau elah... suatu hari kakak gue luluh juga kok. Mau gak mau dia bakalan nikah sama lo nanti."
"Yeah gue berharap sih gitu."
.
.
.
.
.
."Aduh minum-minum-minum-minum!!" Keluh Aayan. Tenggorokannya kering, berteriak menyanyikan yel-yel cukup menguras cairan tubuhnya.
"Bentar gue dulu." Sela Suzu mengambil sebotol minuman dingin yang Cocona berikan.
"5 menit lagi pertandingan mulai." Kata Maokyun yang memimpin. "Inget ya pas pertandingan, kita woro-woro di waktu-waktu tertentu aja."
Rikatii dan segenap kru team hore sma Namba mengangguk mengerti. Setelah itu fokusnya mulai terpecah, antara hpnya dengan melihat sekelilingnya. Ada banyak murid berseragam keyaki disisi tribun kirinya, tapi Memi belum terihat.
"Gimana? Ada orangnya gak?" Tanya Mion disampingnya.
"Belum, kayanya nanti deh pas mulai."
"Yakin lo dia mau kabur kaya waktu itu?" Kali ini Momorun yang bertanya. "Pasti setelah kejadian itu makin ketat penjagaannya."