Momorun sekali lagi merhatiin setiap sudut kamarnya yang udah kosong melompong, gak banyak emang kenangan disini tapi menurutnya tempat tinggal yang sekarang adalah yang terbaik dan ternyaman. Sejak dulu dia enggak pernah bener-bener mau berbaur sama orang sekitarnya bahkan temen sekolahnya pun tapi 4 tahun lalu dia malah termakan omongannya sendiri dan bersahabat sama temennya yang sekarang, Rikatii terurama. Dia temennya sejak smp, temen pertamanya disini.
"Ngeliat apaan sih lu khusu banget kayanya?"
"Merhatiin yang dipojok tuh, lagi jongkok."
Rikatii bergidik. "Dih anying serius?"
Suara ketawa Momorun pun kedenger renyah, Rikatii bukannya sadar itu bercandaan malah makin parno. "Gada apa-apa anjir, bercanda doang. Ayo ah keluar."
Mereka pun menuju teras, dimana temen-temennya udah pada ngumpul. Hari ini hari keberangkaran Momorun, semuanya di percepat jadinya 2 hari setelah ujian selesai udah harus pindah.
"Sering maen ye coy kesini." Ucap Aayan. "Rumah gue selalu siap sedia nyambut lo."
"Hahaha iya."
"Ih kok sedih gini sih." Sahut Suzu.
Momorun dorong bahu temen sebangkunya itu pelan, "Gue pindah gak jauh banget kali, bisa lah nanti di laju kalo ada libur panjang."
"Pasti susah, nanti disana lo punya temen baru."
Karena ucapan Suzu yang spontan itu, Aayan, Kojirin, Rikatii, Rei, Shiori, Mion, Cocona otomatis natap sendu Momorun. Gak memungkiri sih pasti ditempat yang baru bakalan banyak temeb lain yang mungkin lebih klop atau lebih rame dari yang sekarang.
"Gue gak bakalan lupa kalian kok, tenang aja lah jangan melow."
Semuanya pun senyum, beberapa ada yang terpaksa karena masih sedih. Rikatii berusaha buat enggak nangis karena bakalan jadi cengeng.
"Gue berangkat ya." Ucap Momorun pamitan untuk terakhir kalinya, meluk temennya ini satu-satu.
"Cepet move on ya nyet!" Bisiknya ke Rkatii.
"Bacot bangsat."
Beberapa saat kemudian rumah bergaya minimalis itu menjadi sepi.
"Sekarang kemana?" Celetuk Rikatii ke temen-temennya yang merhatiin mobil yang dinaekin Momorun mulai menjauh.
"Rumah Aayan aja lah biasa." Jawab Kojirin lesu.
"Oh iya sekalian mau ngenalin sodara gue juga." Sahut Aayan nambahin. "Kuy."
.
.
."Duduk napa nyet, atau samperin kek."
Risa noleh sebentar ke arah Manaka yang ujug-ujug datang kearahnya dan ikut berdiri di pintu menuju taman belakang rumahnya, si caplang itu terlihat menggenggam minuman dingin kalengan. Matanya menatap Risa dengan gambaran meremehkan, sementara Risa sendiri kembali memeperhatikan sang kakak yang tengah mengobrol dan sesekali tertawa kecil bersama tunangannya di kursi taman.
"Biarin mereka ngobrol lah, kakak gue lagi butuh soalnya. Nanti gue ganggu."
"Ikutan nimbrung apa salahnya?"
"Gak ah."
Manaka berdecak, "Emang dah gue gak bisa baca isi pikiran lu kalo lagi mode bucin kaya gini."
Risa hendak menjawab tapi nada dering tanpa notifikasi masuk membuatnya menelan kembali jawaban yang akan di lempar untuk Manaka. Hanya butuh beberapa saat buat Risa ngetik balesan, setelahnya dia bergerak menjauhi pintu.