Semua orang yang lagi pada ngumpul dibawah bisa dengan jelas nyium harum orang baru mandi. Diantara mereka cuma Memi yang familiar banget sama baunya. Khas banget.
Matanya otomatis langsung tertuju ke arah tangga dimana Techi turun dengan santainya. Rambut hitam legam pendeknya yang basah dia usap-usap dengan jarinya. Entah membuatnya berantakan atau ada hal lain.
"Sejak kapan dia disini?" Tanya Kojirin penasaran ke semua orang yang ada di ruang tv. Dia kira enggak bakalan ada Techi disini, makanya ngajak Memi.
"Gak tau tuh. Dari pagi kayanya deh." Jawab Airi.
"Sempet maen bulu tangkis juga sama Aayan, berarti dari pagi." Sambung Nagisa.
"Tapi biasanya jam segini dia latihan basket, apa bolos ya?" Ucap Memi.
"Gak tau. Tanya Aayan aja tuh."
Yang barusan di omongin kemudian masuk rumah, nenteng kresek makanan yang barusan aja dateng.
Techi di dapur ngambil air dingin di kulkas, lalu duduk di meja makan. "Mau masak apaan lagi kak?" Ucap Techi.
Kokochan yang lagi motongin semangka langsung noleh, "Enggak masak. Ini motongin semangka yang Kojirin bawa."
"Oh."
Abis itu Aayan ke dapur, niat mau bawa piring eh si empunya yang lapar ada disana. "Untung lo ada disini, males ke atas gua." Celetuknya. "Cuci tangan gih biar langsung makan."
Aayan langsung mindahin bebek goreng itu ke piring, lalu ambil nasi sementara Techi nurut cuci tangan di wastafel.
"Nih buat cuci mulutnya." Kokochan ngasihin beberapa potongan semangka di piring, lalu melenggang pergi dari dapur meninggalkan Aayan sama Techi berduaan di dapur.
"Wangi amat buset lu mandi sabunnya sebotol apa gimana?"
"Enggak, biasa aja gua."
Aayan berdecak, "Beda ya emang sabun orang kaya mah."
"Kenapa emangnya? Kecium wanginya ya?"
"Kemana-mana buset, kek rumah di setiap sudut di semprot pewangi ruangan." Ujar Aayan melebihkan.
Techi ketawa kecil ngedengernya.
Ketika mereka sedang khusuk makan bebek gorengnya masing-masing, Kokochan balik lagi ke dapur. Nyuci pisau, nyimpen di tempatnya lalu gabung duduk di meja makan sambil makan semangka yang ada di piring. Sengaja dia mindahin agak banyak tadi biar bisa dimakan bareng dia juga.
"Ngapain disini kak? Ganggu kita lagi berduaan aja." Celetuk Aayan bercanda.
"Jangan berduaan terus, yang ketiga setan loh."
"Lah kakak dong." Kali ini Techi yang ngucap, Aayan ketawa sampe hampir keselek untung ada minum.
"Bisa ngelawak juga ternyata." Imbuh Kokochan sambil ikutan ketawa.
Sebenernya itu ucapan biasa, tapi bagi Techi kaya sebuah pujian. Jarang, bahkan mungkin gak ada orang yang bilang dia bisa ngelawak. Seingetnya Memi maupun Kage, atau dari semua orang yang deket sama dia gada yang pernah bilang kaya gitu.
"Nah harusnya gitu, sering senyum kan enak diliatnya."
Techi yang tanpa sadar senyum itu langsung malu atas ucapan Kokochan. Sebegitu besar efeknya kalimat tadi sampe dia tanpa sadar senyum?
"Ah tapi Yurina mau senyum mau datar juga tetep cakep." Sambungnya lagi.
Aayan terlihat mengangguk-ngangguk setuju. Diliat dari sisi manapun, mau itu diem, pundung, marah atau pas tatapannya menajam kaya pisau yang baru diasah pun raut Techi selalu cakep.