62

458 41 14
                                    

Ngumpulin kakaknya sama Manaka dalam satu ruangan itu sulitnya luar biasa, apalagi setelah keduanya perang dingin. Risa harus siap seribu alasan untuk menahan mereka buat bersama barang sebentar, ah jangangan menahan tapi untuk mengajak mereka bertemu pun harus dengan kata kata permohonan. Risa paling anti mohon-mohon sama orang, tapi demi mereka apapun dilakuin.

Sekarang ketiganya terdiam, cukup lama sekitar 15 menit setelah Risa mengeluarkan semua gundah gulananya kepada dua orang terdekatnya ini.

Manaka, entah harus kembali berkata kasar atau menyerah untuk memberi solusi. Keningnya berangsur-angsur merasakan pusing yang mungkin Risa alami. Ini nyatanya bukan 15 menit pertama mereka diam, tapi kejadian berulang dari 2 jam obrolan panjang dengan banyak jeda.

Rika disisi lain memilih untuk tidak terlalu ikut ambil pusing seperti tunangannya itu, karena ia sadar jika sejak awal Risa takkan mampu memutuskan rantai masalahnya sendiri. Ia tahu betul tabiat adiknya, jadi daripada membebani pikirannya sendiri lebih baik menyimak saja.

"Ah bodo amat lah." Akhirnya Manaka berujar.

Si adik kakak itu serentak menatap si caplang dengan ekspresinya yang berbeda satu sama lain.

"Ikutin kata hati lo aja deh, maunya sama siapa? Tetep bucin ke tunangan lo yang bahkan lagi bahagia sama pacarnya atau sama Neru? Tinggal pilih."

Kalo aja Rika enggak inget perang dinginnya sama Manaka mungkin dia bakalan mengamini saat itu juga. Rika ini ngerti Risa bukan orang yang mampu memilih kalo pilihannya hampir seimbang. Entah gimana cara kerja otak adiknya itu.

"Lo kan udah maju selangkah dengan berani ngajak Neru jalan malem minggu kemaren, apa salahnya lo terusin aja? Ini bukan masalah sulit loh sebenernya kalo lo bisa nentuin gimana harus bersikap." Imbuh Manaka.

"Tapi itu berarti Neru jadi pelampiasan doang?"

Manaka memutar bola matanya malas, topiknya bakalan balik lagi ke awal kalo dia enggak memilih kata-kata yang tepat. Setan dan malaikat di kanan kirinya serempak mengucapkan hal yang sama, 'Lihat, bodoh sekali dia yang mulia.'

"Gue pikir enggak ada masalah lo mau jadiin Neru pelampiasan pun, toh gak ada pengaruhnya juga sama pertunangan lo. Pasti bakalan putus juga cepet atau lambat." Rika pun mulai mengambil sikap, mulai ingin pergi dari hadapan Manaka karena dia tau si caplang yang kini tengah menatapnya itu pasti akan mengungkit masalah diantara mereka nantinya. "Pacaran sekarang enggak ada salahnya."

"Gue gak setega itu."

"Tapi apa lo gak kasian nge php-in? Neru terlalu baik buat lo mainin perasaannya."

Manaka tertarik buat menimpali ucapan Rika tapi ego menahannya, jadi yang dilakukannya adalah menatap tunangannya itu dengan cermat.

Rika ini dibalik wajahnya yang terkesan polos dan lugu aslinya mempunyai sifat tegas yang akan ditunjukannya jika dia mau, sementara Risa dibalik wajahnya yang dingin dan tegas ternyata bukan orang yang mampu bertindak seperti kakaknya. Cara pikirnya terlalu kompleks.

Orang-orang mungkin takkan tau sifat berkebalikan kedua adik kakak itu, berhubung Manaka sudah mengenal mereka dari dulu maka hal itu bukan pemandangan aneh.

"Pacaran setahun, lulus sma terus putus bukan pilihan yang buruk kok." Celetuk Rika lagi, ucapannya itu menarik atensi Risa maupun Manaka sekaligus.

Risa makin dibuat bingung.

Sementara Manaka... Pikirannya jatuh ke Yuipon. Apa yang seharusnya dia lakuin? Tetep ngedeketin dia atau ngelepasin? Lumayan juga kan ide Rika barusan, pacaran setahun mungkin bukan pilihan buruk. Tapi apa Yuipon mau?

YOLO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang