"Foto yang sama Yurina lo hapus ya?" Tanya Nagisa.
"Iya."
"Kenapa?"
"Gak enak gue sama orangnya. Gak bilang dulu pas gue posting kemaren."
Padahal alesan sebenernya karena diminta Sayanee semalem. Enggak dijelasin kenapa sih, cuma minta tolong di hapus. Yuuri enggak enak buat nolak karena permintaannya terkesan formal. Sayang banget bahan pamernya cuma bertahan beberapa jam aja.
"Jadi Yurina ya namanya?" Ucap Saeppi. "Dia anak basket kan ya? Pernah gue liat waktu jadi bahan gibahan anak potographi."
Yuuri ngangguk.
"Ajakin dia jadi model clothing line gua dong!" Serunya antusias.
"Buset kesempatan amat ya lo!" Komentar Nagisa.
"Kayanya enggak bakalan mau deh dia." Ucap Yuuri. "Anaknya tuh pendiem abis anjir, untung cakep. Mau ngobrol tuh susaaaaah banget heran."
"Emang selama lo berdua itu di ruang tamu enggak ngobrol?" Tanya Nagisa.
"Ngobrol sih, tapi ya gitu. Diem lagi. Kaya enggak ada inisiatif."
"Tipe orang kaya gitu kayanya emang harus kita yang mancing sih kalo mau deket." Imbuh Saeppi. "Eh tunggu! Lo bukannya lagi deket sama PA-nya ya?!"
Yuuri langsung ngelirik Saeppi di sampingnya, "Deket banget sih enggak..."
"Wey lo jangan ngasih harepan." Celetuk Nagisa.
"Duh gimana ya, gue sih oke-oke aja kalo mau deketin. Tapi Sayanee juga kalo ngehubungin gue enggak kaya orang pdkt." Jelas Yuuri "Kadang berhari-hari enggak ngehubungin. Jadi ya gue anggep biasa aja meskipun kadang ngajak jalan."
"Mungkin sibuk kali dia."
"Makanya karena sibuk gue enggak mau ngebebanin kalo jadi pacar, cukup jadi temen aja."
"Sekarang lo bisa bilang gitu, nanti mah mana tau." Canda Saeppi. "Kadang nih ya ada kasus deketnya sama siapa eh jadiannya sama siapa."
"Curhat bu?" Seru Nagisa dengan nada bercanda. Pandangannya lalu beralih ke Yuuri yang masih gigitin sedotan. "Kalo lo beneran sama Sayanee siap-siap diajak serius lu."
"Apa sih anjir jauh amat ngayalnya."
.
.
.
.
.
."Diem bae! Kantin kuy!"
"Kuy?"
"Yuk maksudnya." Jelas Kage. Rangkulannya ke Techi langsung lepas. "Ayo?"
Disampingnya Kage ada Memi, dia ngasih gestur biar Techi mau ikut.
"Oke."
.
.
."Gue kirain lo kapok."
Techi senyum tipis, "Enggak kok. Kayanya seru sih kalo kesana lagi."
"Bagus kalo gitu. Sekalian lo kenalan sama yang lainnya juga." sambung Kage. "Jangan diem mulu kaya kemaren."
"Tapi malem? Apa boleh?" Seloroh Memi menyela. "Biasanya kan kalian—"
"Makan malem?" Potong Techi. "Males gue, sesekali gausah nurut."
"Jadi pembangkangnya naek level dong ya lo?" Gurau Kage.
"Iya. Kamaren gue nyari masalah soalnya."
"Masalah?"
Techi ngangguk beberapa kali, "Sama Neru."