"Lemes amat sih bor, kenapa dah? Cerita dong."
Rikatii cuma noleh sekilas ke arah Mion, terus lanjut lagi nyender tembok sambil ngelamun ke arah lapangan futsal sekolahnya yang barusan dipake kumpul buat diskusi strategi pertandingan besok.
"Soal Memi ya?"
"Bukan kok."
"Halah keliatan gitu anjir. Lo lupa gue se meja sama lo juga waktu itu?"
"Hhhhhhhh..."
Mion duduk didepan Rikatii, siap-siap ceramah. "Gini deh... lo emang mau ngegebet Memi?"
"Ya... awalnya..."
"Terus?"
"Kayanya Kojirin juga... tapi gue liat Memi pun lebih nyaman ke dia. Waktu di kfc itu lo juga pasti sadar."
"Ah Kojirin mah gitu kali ke semua orang."
"Tapi ke Memi beda. Lo sesekali liat deh tatapannya, keliatan banget."
"Jadi gimana? Nyerah aja gitu?"
Rikatii lagi-lagi ngehela nafas. "Gue sih liat dulu situasinya, kalo Memi beneran suka sama Kojirin... yaudah."
Mion pengen puk-pukin Rikatii tapi keinget sama Cocona, dia juga kan suka sama Kojirin. Setiap tingkah lakunya udah keliatan, perhatiannya pun. Itu berarti setali tiga uang yang bakalan patah hati bukan cuma Rikatii doang kalo beneran dikemudian hari Kojirin sama Memi saling suka
.
.
.
.
.
.Techi hari ini diajak PA-nya nongkrong di sbux salah satu mall yang deket tempat les. Sayanee kasian juga ini sama nona mudanya yang berhari-hari kaya hidup segan mati takut dosa gara-gara di cuekin Memi.
"Aku kan gak suka kopi Ms." Ucapan pertama Techi begitu sampai di sbux.
"Gapapa. Kamu ikut nongkrong aja. Wifi-an kek apa kek gitu. Daripada bengong di tempat les, mending cuci mata disini."
"..."
Keduanya —plus supir sih tapi beliau memisahkan diri— duduk di salah satu meja yang deket pintu masuk.
Sayanee sebenernya bawa cemilan Techi dari rumah yang biasanya di siapin koki, seharusnya dikasih pas istirahat tadi tapi kelupaan. Jadinya dibawa pas jemput pulang sekolah aja biar dimakan sebelum les.
"Nih makan ini aja kalo enggak mau pesen apapun."
Techi ngelirik tempat makan yang begitu dibuka isinya cuma celery sama sambelnya, dikotak makan satunya isinya salad.
"Gak ada makanan lain apa?"
"Mau makan di sini? Sbux ada kok kalo cuma cake doang mah." Tawar Sayanee.
"Terserah Ms. Sayaka aja, yang penting bisa dimakan."
"Oke."
Sayanee akhirnya pesen apa yang dia biasa makan. Gapapa lah sesekali ini Techi makan makanan yang bukan buatan rumah, gak bakal keracunan ini.
"Miss..."
"Hm?"
"Salah ya emang kalo aku masih ngarep sama Memi?"
Setelah sempet diem beberapa saat, Sayanee mulai buka suara. "Enggak sih. Tapi kalo Meminya gak mau... ya gak usah berharap lagi."
Tumben banget ini nona mudanya lunak, curhat pula.
Techi ngehela nafas, ucapan personal assistantnya ini hampir sama persis kaya Kage. "Kenapa sih aku tuh harus dijodohin? Jaman sekarang yang kaya gitu harusnya gak penting banget."