"IBU INI SIAPA YANG GANTI BANGKUNYAAA?!!" Rikatii teriak histeris waktu masuk ke warkop. Meja sama kursi reyot bin lapuk yang selalu menemani dirinya beserta gengnya ini sudah diganti. Sekarang jadi bagus, baru dan enak dilihat. Tidak ada suara-suara sumbing khas kayu mau patah pas didudukin.
"Ini teh ada yang ganti neng." Ucap beliau sambil senyum cerah. "Dua hari yang lalu ada yang kesini."
"Siapa Bu?"
"Katanya sih dari temennya neng Rika! Duh ibu teh pengen pisan ngomong terima kasih ke neng tapi dari kemaren enggak muncul-muncul!"
"Siapa temen lo yang ganti beginian?" Tanya Rei.
Rikatii jadi keinget sama perkataan Memi seminggu yang lalu. Dia kira bercanda, makanya setelah itu gak direspon. Ya Meminya juga nanya cuma sekali, jadi dianggapnya hangus. Eh ternyata beneran diganti.
"Ih jadi kangen meja ibu yang goyang." Ucap Mion yang udah duduk duluan bersama Cocona. "Biasanya bunyi ngek-ngek kalo didudukin atau kitanya gerak dikit."
"Siapa?" Tanya Rei lagi, kali ini ke arah Momorun.
"Memi kayanya."
"Memi siapa dah dari tadi disebut mulu heran." Sungut Suzu.
"Jadi tuh gini..." Rikatii akhirnya nyeritain semuanya dari pertemuan pertamanya sama Memi di upnormal sampe pas ngangterin ke rumahnya.
Pas Momorun tidur di mobil itu, Rikatii sama Memi sebenernya ngobrol banyak. Termasuk soal ganti kursi sama bangku warkop. Rikatii sih iya-iya aja, siapa tau kan cuma omdo.
Seminggu setelah itu dia enggak sama sekali ngehubungin, Memi pun. Tapi beberapa hari sebelumnya sih Memi sempet nanya lagi soal nomor rekening, tapi Rikatii bilang gatau dan harus nanya ibunya dulu, terus ketunda-tunda sampe akhirnya dia kelupaan.
Eh tau-tau diganti.
"Beneran dia bukan nih?" Sahut Suzu tidak percaya. "Coba tanya."
Rikatii menelan ludahnya. Dia masih gak berani!! "Nanti deh gue coba tanya. Sekarang makan dulu lah, laper gua."
"Khusus hari ini makanan kalian ibu gratisin deh!!" Seru beliau dari dalam.
Mendengar kata gratis terlontar, Rikatii, Momorun, Cocona, Rei, Suzu, Shiori, Mion dan Aayan langsung lupa soal Memi.
"Bebas nih bu makanan apa aja?!" Seru Aayan sumringah.
"Iya! Sok atuh geura pesen biar ibu masakin!"
"Asique bosque!"
"Sayang banget Kojirin gada." Celetuk Cocona.
"Deuh pujaan hati mah inget mulu." Ledek Mion.
"Bukan gitu... kan kita biasanya ngumpul disini bersembilan."
"Suruh nyusul aja sih apa susahnya, kan deket ini dari sekolah. Jalan 5 menit juga sampe." Jawab Shiori.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Sma keyakizaka hari ini masih rame, meskipun pagi tapi udah banyak murid sekolah lain yang siap jadi suporter sekolah masing-masing buat pertandingan basket.
Neru ngeliat pemandangan hilir mudik motor masuk sekolahnya dengan pandangan takjub dari dalam mobil pribadinya. Jarang banget ada murid keyaki yang motoran, mungkin cuma 1 dijit persen yang bawa itupun kadang bukan motor matic, jadi agak aneh ngeliat banyaknya kendaraan roda dua silih berganti masuk lingkungan sekolah sampe bikin jalan di depan sekolah macet.
Wajar, karena para murid keyaki ini selain antar jemput dengan mobil pribadi, kebanyakan yang bawa mobil sendiri ke sekolah. Menuh-menuhin jalan sih emang. Bahkan kadang ada yang dianter helikopter.