Kaki itu berjalan pelan memasuki SMA Tunas Cendikia, pagi yang baik untuk hari pertama di tahun ajaran baru ini.
"Selamat pagi!" Suara melengking itu menggema merdu di telinga Hanin.
"Echa, berisik!" Balas Hanin.
Gadis bernama lengkap Hanindira Riani itu hanya menggeleng saat temannya ini, Selvia Dinda Mahesya atau yang akrab disapa Echa itu berceloteh soal 'berburu-dekel-ganteng'. Ok, lupakan saja pikiran gila Echa itu. Lagipula diakan sudah punya tukang ojek pribadi, eh ralat maksudnya pacar.
"Sekali aja Lo tuh liat sekeliling Lo. Banyak tau yang ngejar-ngejar, Lo nya aja yang gak pekaan. Mikirin si Adip mulu," geram Echa sambil mencebikkan bibirnya.
"Bodo amat Echa sayang," Hanin tersenyum manis dengan paksa. "Lagian siapa sih yang mikirin Adip? Gue tuh lagi males berurusan sama cinta," lanjut Hanin acuh.
"Pinter ya. Awas aja ya sampai gue jadi cenayang dan tau kalau hati dan otak Lo gak sinkron, gue yang bakal mampusin Lo pertama kali," ujar Echa sambil menatap Hanin.
"Gak perduli," Hanin tetap dengan sikap acuhnya. Tak peduli dengan ocehan sahabatnya ini.
"Atuh lah, neng geulis pagi-pagi udah ribut," tiba-tiba seorang pemuda sudah berada ditengah Echa dan Hanin dengan tangan merangkul dua gadis tersebut.
"Ya Allah kaget, kirain setan," refleks saja mulut Echa berkata seperti itu.
"Pinter ya pacarnya dikatain setan," ujar pemuda itu tak terima.
"Lah kan emang bener? Hehe," Echa segera berlari dan pemuda tadi-Ragil-langsung mengejar Echa alias pacarnya.
"Sarapan India gue pagi-pagi," Hanin berujar sambil terus melangkahkan kakinya menuju gerombolan gembel, bukan deng, maksudnya gerombolan gadis-gadis manis yang tengah duduk dipinggir lapangan.
"Gue pikir tadi Lo telat," sambut Ika pertama kali.
"Ya kali baru hari pertama gue telat," balas Hanin.
"Echa mana?" Tanya Saskya mengedarkan kepalanya keseluruh penjuru.
"Gak liat? itu lagi india-indiaan," Sambil menyantap sari roti favoritnya, Tasya menunjuk Echa yang lagi kejar-kejaran sama Ragil dengan dagunya.
"Masih pagi, Allahu," Stely geleng-geleng takjub.
"Alhamdulillah sih gue gak sealay itu dua manusia kalau pacaran," potong Tasya.
"Bentar, lapak ketawa dimana ya? Kok gue ngakak?" Vira langsung saja tertawa lepas mendengar ucapan Tasya. Sedangkan Tasya segera menjitak Vira karena baru saja ia menghina Tasya secara tidak langsung.
"HAHA JOMBLO," Ketawa Risa tiba-tiba. Semua mata tertuju padanya.
"TELAT!"
"Ih salah gue apaan sih?"
💄
Masih kelas yang lama. Orang yang lama. Namun, dengan suasana berbeda. Gadis dengan rambut bergelombang panjang itu menutup bacaannya. Benar-benar menggiurkan sekali novel yang baru saja dibelinya beberapa hari yang lalu itu.
Marisa Ananda Aprilia, tak pernah mau ketinggalan berburu novel. Tiap minggu ke Gramedia minimal 2 kali. Gadis yang akrab disapa Risa ini tak pernah merasakan jatuh cinta. Atau lebih tepatnya tak peduli. Yang ada di kepalanya hanya dimana dapat ditemukannya pria-pria tampan nan menggoyahkan iman seperti dalam novel atau wattpad.
Tak ada.
Nihil, seberusaha kerasnya ia mencari tak akan pernah ketemu sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenager Area ✓
FanfictionAwalnya suka sama liptint yang sama eh malah jadi sahabatan. ©winniedepuh, 2019