💄Festival Jazz

1.1K 165 9
                                    

"Harus pergi banget nih gua?" Tanya Evlyn ketika Sabil menyodorkan sebuah tiket kepadanya.

"Harus! Lo kan suka yang beginian. Gue ikut juga karena dipaksa Gama. Eh dianya Bolot banget malah pesen tiga." Gerutu Sabil sambil gelogeran dikasur Evlyn.

"Ya entar gua jadi nyamuk dong maemunahhh." Evlyn segera saja menoyor kepala tidak bersalah milik Sabil.

"Kan rame sih nanti temen-temennya Gama. Katanya Echa juga mau ikut nih." Ucap Sabil, sementara Evlyn hanya memasang wajah flatnya.

"Ya sama aja nyamuk kutu aer. Tawarin Hanin aja sana." Ucap Evlyn lagi.

"Hari ini tuh Sabtu tau, jadwal pasti Hanin ke perpustakaan. Sayang banget ini duit Gama, udah dikasih gratisan juga. Jarang-jarang loh elu dapet gratisan gini." Ucap Sabil lagi.

Benar juga sih, sayang banget dilewatkan. Apalagi harga tiketnya ini lumayan juga. Evlyn sendiri kalau mau nonton festival gini, selalu nabung dulu buat beli tiket. Lah sekarang mumpung ada yang gratisan,

KENAPA ENGGA GITU LOHHH???

"Yaudah ntar gue pergi. Inget, gak usah jemput! Berasa amat ntar gue jomblonya."

"Iye nyai."

💄

Akhirnya Evlyn berangkat juga ke festival jazz itu sendirian.

Sendirian.

Tapi tak masalah bagi Evlyn, yang penting ia bisa ke festival itu tanpa mengeluarkan biaya apapun. Beruntung benar nasib gadis satu ini. Sementara Hanin, yang tau Evlyn dateng ke festival uring-uringan sendiri karena gabisa pergi.

Ya gimana yaaaa????

Library is her priority. Ah yeah, and photography too.

Jadi bagaimanapun sukanya sama festival gini, ke perpus yang paling utama. Yah, lupakan masalah Hanin.

Kini Evlyn sampai di venue acara. Lumayan rame juga ini yang dateng. Sengaja banget Evlyn gak bareng sama Sabil biar ga berasa nyamuk beneran.

Selama festival berlangsung, Evlyn sangat menikmati dan beberapa kali ia snpagram lagi nonton gitu. Lagi asyik-asyiknya ikutan nyanyi eh bahu Evlyn kena colek.

"Iya mas?" Evlyn kaget kirain mas-mas, taunya...


























💄
















"Sialan. Gini-gini gue pencinta musik jazz tau. Makanya, don't judge a book by the cover. Malah yang suka musik kaya edm atau r&b itu Nada sama Yasmine loh."

"Selain jazz Lo suka apa?" Tanya pemuda disebelah Evlyn itu. Alhamdulillah akhirnya ada temen nonton.

"Gua suka musik klasik. Kebanyakan di playlist gua tuh klasik, kaya lagu-lagunya Chopin, Beethoven, Liszt, Rachmaninoff, atau Paganini." Cerita Evlyn, pemuda disebelahnya ini membulatkan mata tak percaya.

"Seriusan Lo suka musik klasik?" Tanyanya lagi.

"Haha, jangan bilang selera gua tua banget." Tawa Evlyn.

"Engga lah gila. Gue pikir gua doang yang suka klasik, ada temen ternyata." Pemuda itu malah tersenyum manis. Duh mau terbang saja rasanya Evlyn sekarang disenyumin sama ketua osis satu ini.

Iya. Ternyata yang nyolek bahu Evlyn adalah mas Ketos alias Farhan. Evlyn gak Deket banget sih sama orang satu ini. Cuma pernah beberapa kali terlibat satu project orkestra sekolah. Tapi, walau begitu karena kesibukan Farhan dia jarang ketemu sama Evlyn.

"Btw, gue suka lagunya Untitled by Maliq and D'essentials ini. Lo suka ga?" Tanya Farhan ke Evlyn yang sedang menikmati lantunan suara merdu itu.

"Sukalah. Semua musisi jazz dalem mau luar negeri gua suka." Jawab Evlyn semangat. Farhan senyum manis aja dengernya. Makin gak kuat rasanya kaki Evlyn berdiri lama-lama kalau begini.

Ya gimana juga Farhan itu sosok yang banyak dikagumi oleh orang-orang gitu loh. Dia itu tipe yang jarang senyum, cuma punya aura yang bisa menarik orang untuk nurut sama dia. Makanya vibes dia sebagai ketua osis tuh pas banget. Sekarang Evlyn malah disenyumin, apa gak beruntung banget itu?

"Oh iya, kok tumbenan banget ya ada festival bulan segini?" Tanya Evlyn setelah berhasil mengumpulkan nyawanya sendiri.

"Ini tuh sebenarnya buat donasi juga. Sekarang kan banyak tuh orang terkena kanker, nah hasil dari festival ini bakal didonasiin buat para penderita kanker di luaran sana. Makanya agak kaget kan pas denger ada festival jazz bulan ini." Jelas Farhan.

"Oh gitu, iya-iya. Pantesan gue heran, kan biasanya Java Jazz Festival awal-awal Maret." Evlyn ngangguk-ngangguk ngerti. "Ih berarti gue dapet donasi juga kan ya? Gue kan penderita kanker." Lanjut Evlyn. Sontak Farhan yang lagi minum keselek.

"Hah?"

"Eh ya ampun sampai keselek." Evlyn segera menepuk-nepuk punggung Farhan biar legaan dikit.

"Lo sakit kanker? Kanker apaan?" Tanya Farhan sedikit ngegas.

"Iya gue sakit kanker. Kantong kering. Hehehehe." Cengir Evlyn tak berdosa. Seketika Farhan menyesal keselek.

"Gue kirain beneran kanker Lo."

"Eh jangan sampai, gue mau sehat-sehat aja." Evlyn menggelengkan kepalanya. "Eh ngomong-ngomong Lo tau banyak ya tentang festival ini." Lanjut Evlyn.

"Gue kan salah satu panitianya." Jawab Farhan.

wOw.

"Ih seriusan? Kalau ada festival gini lagi ajakin gua dong."

"Ahahahaha siap 86 kapten!"

Tak hanya Evlyn yang beruntung disini. Karena tak sembarang orang yang bisa melihat sisi soft dari seorang Evlyn Raina Permata. Karena apa? Karena Evlyn adalah satu satu dari tim maung SMA Tunas Cendikia. Makanya, kalau Lo bisa liat sisi soft dari mereka berdua, fix! Lo orang yang beruntung.









💄








"Eh bentar, ada chat dari Evlyn ini." Sabil yang mau masuk mobil menghentikan aktivitasnya. Gama yang kepo ikut melirik handphone pacarnya itu.



Ratu Maung🐅

Makasehh udah ngasih tiket festival ke gue hehehehe
Besok Lo gue traktir big Mac McD deh

WAH ADA APA INI???


































Aku juga sakit kanker Farhan, donasikan ke aku:)
Aku sakit kantong kering, wkwk

Teenager Area ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang