💄Hah? Oh, ahahahah

825 147 9
                                    

Hari ini ujiannya sungguh kurang ajar, apalagi buat murid seperti Ragil dan Ryan. Kimia dan Geografi.

Udah tau fisika goblok, mtk gak ngerti, biologi bego, kimia apa lagi, tetep aja pilihnya MIPA. Padahal pas pilih jurusan, Echa sebagai pacarnya Ragil udah mewanti-wanti pacarnya ini. Tapi Ragilnya ngeyel maunya satu jurusan sama ceweknya. Yaudah, bodo amat anjeng.

"Bucin sih," kalo kata Revan sih gitu.

Oh iya, ngomong-ngomong soal Revan nih anaknya lagi patah hati bre. Waduh kenapa ya itu?

Hari dimana Tasya memberitakan bahwa sesuatu telah terjadi diantara Fadhil dan Risa...

"Weh monyed! kemana lu?!" Teriak Angga ketika Revan buru-buru mengambil kunci motornya.

"Mengejar cinta gue!" Teriak Revan sambil keluar dari warkop.

Revan melajukan motor trailnya dijalanan kota Jakarta ini, gini-gini Revan ngoleksi trail gengs. Maklum balap itu hidupnya.

Tak lama ia sampai dikomplek Risa, pas banget papasan sama mobilnya Fadhil. Semakin berapi-api Revan dibuatnya. Ternyata Tasya tidak berbohong.

"Loh, Revan? Ada apa?" Tanya Risa yang baru aja mutar badannya mau masuk rumah, pas denger motor Revan dia mutar lagi.

Tanpa banyak basa-basi, tanpa sempat melepas helmnya Revan segera turun dari motor dan memeluk gadis itu. "Ris, lo gak jadian sama Fadhil kan?" Tanya Revan.

Risa Kaget. Shock. Terkejut.

"Ris, jawab gue!" Revan semakin mengeratkan pelukannya pada Risa. Bodo amat mau ada yang liat apa enggak.

"Iya, lepasin dulu. Ini aku susah napas," ujar Risa.

"Enggak, ntar lo pergi," Revan tetap tidak mau melepaskan.

"Revan, lepas dulu!" Akhirnya Risa berontak melepaskan dirinya. "Aku sama kak Fadhil gak pacaran. Kamu tau sendiri aku lagi fokus buat ngejar beasiswa."

"Tapi Ris-"

"Revan, seharusnya aku yang nanya gitu. Kamu ada hubungan apa sama Hina itu? Aku mau nanya tapi aku sadar posisiku bukan siapa-siapa kamu. Lagi pula, aku gak mungkin sama kak Fadhil," jelas Risa. Ini Revan udah malu banget anjeeeng udah salah paham. "Dan juga, aku tau kamu maunya ada hubungan yang serius diantara kita. Tapi, aku gak bisa. Aku harus dapetin beasiswaku dulu."

"Ris, aku cuma takut. Aku sama Hina gaada apa-apa juga. Lagian, kamu jangan mau denger gosip murahan kaya gitu. Aku tau beberapa minggu yang lalu kamu masih ragu karena akunya juga salah, nge iyain tawaran balik bareng beberapa cewek. Tapi sekarang aku yakinnya sama kamu, Ris."

"Van, aku gak mau ngecewain kamu. Tapi aku masih belum bisa ngasih status yang jelas diantara kita. Sampai saatnya tiba, entah kamu masih nunggu atau engga aku pasti tetap dengan rasa ini," ujar Risa sambil nunduk.

Risa gak bisa bohong, ia pasti memiliki rasa pada pemuda jangkung didepannya ini. Tapi Risa juga tidak bisa memungkiri bahwa ini belum saatnya. Masih ada yang harus ia kejar terlebih dahulu.

"Selagi masih ada waktu, kamu bisa cari yang lebih dari aku," ujar Risa lagi. Revannya langsung ngegeleng.

"Gak. Aku mau nungguin kamu aja. Bagi aku HTS juga gak masalah, asal kita punya komitmen," ujar Revan sore itu.

Kembali lagi diwaktu ini, Revan akhirnya tau apa maksud Risa. Karena selama ujian ini ia amat sangat jarang dapat menghubungi gadis itu. Ia juga jarang melihat Risa nongki sama temen-temennya. Kemaren nanya sama Tasya---yang kini sudah Revan rekrut menjadi mata-matanya---perihal kemana Risa kok jarang keliatan, kata gadis chubby itu anaknya lagi sibuk buat belajar.

Teenager Area ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang