Hari ini Hannah udah rapi banget, mau kerumah camer sih katanya. Udah siap-siap sampe bikin salad buah sendiri buat bundanya Leo. Katanya sih biar spesial bikinan calon menantu.
Hannah keluar rumah, liat udah ada Leo yang lagi duduk diatas CBR hitamnya sambil main hp.
"Udah siap?" Tanya Leo. Hannah ngangguk tanda mengiyakan. "Sini helmnya aku pasangin," Leo mengambil helm dari tangan Hannah dan memasangkannya ke kepala gadis itu.
"Kangen aku gak?" Tanya Hannah agak memajukan badannya supaya Leo denger. Emang dari malam sleep over sampai hari ini mereka belum ketemu karena Leo juga lagi sibuk latihan buat turnamen.
"Gak. Ngapain kangen kamu," jawab Leo tertawa. Hannah kesel dengernya cuma mukul bahu kiri Leo.
Tak lama mereka sampai di apartemen Leo. Tempat ia dan bundanya kini tinggal.
"Assalamualaikum," bunda Leo yang lagi duduk di sofa sembari menonton siaran home shopping menoleh. Sebenarnya ia sudah baik-baik saja, namun kadang bisa saja kambuh jika ia sedang sedih atau banyak pikiran.
"Bun, hari ini aku bawa Hannah," sapa Leo sambil ngelepas denimnya. Hannah langsung Salim sama bundanya Leo.
"Halo Tante," sapa Hannah. Bunda Leo menyunggingkan senyumnya. "Hmm, hari ini aku buatin Tante salad buah. Special nih, hehe," Hannah mengeluarkan kotak makan yang berisi salad buah tersebut dari dalam paper bag. Tanpa diminta, Leo segera mengambil sendok dan minum.
"Bunda suka salad buah," ujar Bunda Leo. Hannah cukup kaget, tapi ia mampu mengatur ekspresi wajahnya.
"Makanya aku bikinin, Tante makan ya?" Pinta Hannah.
Leo bersyukur ia memiliki Hannah disaat begini, Leo bersyukur bahwa Hannah bisa menerimanya apa adanya, dan Leo juga bersyukur bahwa Hannah mau kembali.
Kembali pada hidupnya, kembali pada dunianya, meski ia tahu ia pernah membuat Hannah kecewa.
"Ngelamunin apa sih?" Hannah membubarkan lamunan Leo. "Ayo sini makan juga," Hannah menarik tangan pemuda itu untuk duduk disampingnya.
Leo duduk sambil melihat bundanya yang senang disuapi salad buah itu oleh Hannah, ia hanya tersenyum simpul, "suapin aku juga dong," pintanya sambil membuka mulut.
Hannah menatap datar pemuda itu awalnya, kemudian ia tertawa. "Dih manja."
"Enak gak Bun?" Tanya Leo sambil menatap bundanya.
"Enak," jawab sang bunda sekenanya.
Setelah menyantap salad buah itu, Hannah membantu bundanya Leo buat makan dan minum obat. Awalnya sang bunda menolak, tapi Hannah membujuknya dengan sabar. Bahkan Leo pernah sampai emosi menghadapinya. Jika saja sang suster tak datang, entah apa yang terjadi.
Kini mereka duduk di balkon apartemen Leo. Udaranya benar-benar sangat segar. "Han, makasih banyak. Udah mau bantu ngurusin bunda," ujar Leo sore itu sambil menatap langit yang mendung.
"Kenapa berterima kasih segala sih? Bunda tuh juga udah kaya ibu aku tau," jawab Hannah menatap pemuda dengan mata sipit itu.
"Ya, mungkin karena pernah bikin kamu kecewa, aku jadi gak enak," ucap Leo.
Hannah terdiam sejenak, menatap pemuda itu. Ia menghela napas, "Leo. Yang lalu biarlah berlalu, jangan sampai kita terjebak di masa itu. Aku juga udah lupain kejadian itu, wajar rasanya kalau kamu merasa kacau pada saat itu. Aku ngerti," ujar Hannah sambil menggenggam tangan pemuda didepannya ini.
"Makasih."
💄
Hanin menatap anggota kelompok tugas prakarya ini. Tak beres, kelompok ini benar-benar tak beres. Figan, Gama, dan Stely. Kalau begini ceritanya bisa-bisa ia dan Stely saja yang mengerjakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenager Area ✓
FanfictionAwalnya suka sama liptint yang sama eh malah jadi sahabatan. ©winniedepuh, 2019