💄Back

956 143 5
                                    

"Kapan Lo Dateng?"

"Hey! Itu bukan sambutan yang bagus," protes gadis dengan poni ratanya.

"Kenapa pulang? Masih ingat rumah?"

"Oh c'mon. This is my home. Gue bisa pulang kapan aja," jawabnya sambil menghempaskan diri ke sofa. "Gue capek, Figan. Jangan ngajak ribut."

"Act like a boss, huh?" Cibir Figan sambil berlalu pergi.

"Bisa ga sehari aja kita gak berantem?" Gadis itu berdiri sambil menatap Figan yang sedang menaiki tangga.

"Cassie? Are you kidding me? Lo yang buat semuanya jadi gini, pake nanya segala Lo," Figan tertawa pelan kemudian berjalan memasuki kamarnya. Cassie terduduk sambil mengurut pelipisnya.

Tak pernah terpikir olehnya, akan ada sekat antara dirinya dan adiknya. Ya, salahkan saja dia untuk saat ini. Dia merasa pantas disalahkan. Jika tidak karena obsesinya, jika tidak karena ambisinya, tentu saja ini tak akan terjadi. Tapi, ia telah pulang kerumah ini. Ia telah bertekad mengubah semuanya. Maka, tentu saja bukan? Kau harus menyelesaikan apa yang sudah kau mulai.

💄

Dava menimbang-nimbang bahan, disebelahnya Vira sedang mencincang-cincang daging ikan.

"Vir, bener ga ini?" Tanya Dava. Vira memperhatikan, kemudian mengangguk.

Dava sama Vira lagi buat empek-empek dirumah Vira. Dava katanya pengen makan itu tapi hari sedang hujan deres. Mau gofood, kasian mamang ojeknya. Akhirnya Vira yang pernah beberapa kali bantuin ibunya bikin makanan khas Palembang itu bantuin Dava.

"Vir, liat sini," ujar Dava. Vira pun melihat kearah Dava, dan push! Dava menempelkan tepung terigu sisa adonan ke wajah Vira.

"Ngajak berantem!" Tak kalah, Vira membalas Dava dengan melumuri seluruh wajah Dava dengan terigu.

"Seharusnya yang Lo bedakin pake tepung gini Ragil, Vir. Bukan gue," protes Dava. Vira ketawa puas banget trus lanjutin kerjanya.

Dapur rumah Vira jadi lumayan berantakan dengan tepung disana sini. Vira yang sibuk bikin kuah, sementara empek-empek nya direbus menyuruh Dava membereskan. Dava nurut aja, soalnya dia udah ga berguna lagi untuk buat empek-empeknya.

"Tinggal goreng deh," seru Vira sambil mengangkat adonan dari panci kemudian meniriskannya. Merasa tak ada kerjaan lagi, Dava duduk aja dimeja dapur sambil nyemilin kacang tojin buatan mama Vira.

Dava tuh seneng banget kalau main kerumah Vira, alasannya sudah jelas dan pasti bahwa dirumah Lucyana Elvira adalah gudang makanan enak. Karena Vira dan mamanya hobi masak. Vira engga sih, cuma hobi nontonin mamanya masak, kadang-kadang bantuin juga.

"Oh iya Vir, Lo inget gak sama Cassie?" Tanya Dava.

"Cassie? Gak asing namanya. Siapa tuh?" Tanya Vira sambil memasukkan empek-empek kedalam kuali penggorengan.

"Itu loh kembarannya Figan. Kan dulu Deket sama Lo tuh, pas smp," ujar Dava. Vira mikir keras, Cassie? Pernah Deket sama dia? Siapa?

"Cassiopeia?"

"Nah itu tuh, pernah Deket kan sama lu," ucap Dava lagi.

"Kurang ajar. Pernah berantem iya," balas Vira sambil mendelik tajam kearah Dava.

"Lah?" Dava menatap bingung kearah Vira yang lagi menggoreng, kemudian membuka mulutnya lebar-lebar. "Ah iya, lu kan berantem sama dia gara-gara gue! Pantesan kemaren pas gua sama Rafi nongkrong bareng Figan, Rafi godain gua," ujar Dava kenceng. Sekarang rasanya Vira ingin melayangkan sudip dengan minyak panas kearah Dava.

Teenager Area ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang