💄HTS

551 89 13
                                    

maaf banyak typo dan alurnya sengaja agak aku cepetin disini.
happy reading! 🌸




Setelah melewati rangkaian panjang ujian dan segala halnya, akhirnya mereka bebas. Ya, paling menunggu hasil SBMPTN saja.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara perpisahan sekolah akan ditangani oleh murid sendiri, mereka bebas memilih tema perpisahan.

Pemuda dengan kemeja yang digulung sesiku itu, mengacak rambutnya sedikit. Pusing juga menjadi ketua pelaksana. Kenapa sih, teman-temannya malah memilih dirinya, memangnya gak ada orang lain apa?

"Nih minum, pasti haus," gadis dengan rambut yang hari ini dkuncir kuda itu memberikan sebotol air mineral kepada pemuda itu.

"Makasih banyak ya, udah mau rampung kok sedikit lagi," ujarnya sembari tersenyum kemudian meneguk habis satu botol air mineral itu.

"Aku aja yang gak ngapa-ngapain capek, apalagi kamu lah," gadis itu terkekeh melihat dirinya sendiri. Orang sudah kerja sana-sini, mengangkat ini itu, sementara ia hanya memperhatikan. Jika dipanggil barulah bergerak. Hadeh.

"Makanya gerak sedikit, gimana mau sukses kerjanya rebahan mulu sih," pemuda itu mengacak pelan rambut gadis kuncir kuda itu, "btw, kamu manis kalau dikuncir kuda gini."

"Rambutku ntar berantakan, jangan diacak lagi ih, Farhan!" Kesal gadis itu kepada pemuda didepannya. Yang tak lain dan tak bukan adalah mantan ketua osis kita yang kini berstatus ketua pelaksana. Farhan Darmono Ramadiansyah.

"Hahaha, iya maaf."

"Oh, iya jadi kita bakal jauh dong ya abis ini?" Tanya Evlyn sambil membantu Farhan mengatur kursi tamu. Acara ini sudah dipersiapkan dari dua minggu yang lalu, tepat dua hari setelah UNBK.

"Iya, kamu jadi ngambil Undip?" Tanya Farhan.

"Jadi, kemaren aku masukin Undip sama UB sih. Kamu UB dua-duanya apa gimana?"

"Iya. Semoga kamu lulusnya di UB. Aamiin," Farhan berlagak seperti orang sehabis berdoa.

"Idih," gadis itu memukul bahu Farhan pelan. Pelan hingga Farhan meringis kesakitan.

"Emang bener-bener ya Ev, tenaga kamu tuh tenaga kuda. Sakit tau," keluh Farhan sambil mengusap bahu kirinya yang dipukul Evlyn.

Evlyn. Semakin lama hubungan mereka tampak semakin baik. Ya, hanya begitu sjaa. Tanpa ada kemajuan.

Tidak pacaran, tapi memiliki komitmen. Tidak pacaran, tapi saling menjaga perasaan. Tidak pacaran, tapi merasa saling memiliki. Tidak pacaran, tapi saling cemburu.

Memang lagi jamannya ya, hubungan tanpa status?

"Aku sih berharap keterima di Undip," gumam Evlyn pelan.

"Loh kok gitu? kamu gak mau sekampus sama aku?" Tanya Farhan tiba-tiba melihat kearah Evlyn.

"Ehh, bukan gitu. Mau se-univ pun kita bakal tetap beda. Kamu di fakultas teknik, sementara aku di fakultas kesehatan masyarakat," sanggah Evlyn, agar tidak terjadi kesalahpahaman.

"Ya tapi kan intensitas ketemunya masih ada, kalau kamu di Undip aku di UB otomatis ketemu pas kita pulang kesini doang," jelas Farhan. Evlyn bukannya merhatiin malah ngakak.

"Lucu banget ih kamu, hahahaha."

"Apa sih kok malah ketawa?!"

"Gak, hehehe."







"Demi apa, gua baru pertama kali ngelihat kak Farhan gak diem," ujar seorang siswi.

"Dan gua baru pertama lihat kak Evlyn senyum manis," sahut siswi yang lain.

"Mereka emang sering gitu dek, udah biasa."

"Eh, kak Stely. Hehehe, permisi kak," dua siswi tersebut segera ngacir ketika diciduk oleh Stely.

"Lah kenapa mereka lari gitu?" Tanya pemuda dengan kaos hitam oversize-nya ini.

"Gapapa, udah siap kerjaan kamu?" Tanya Stely pada pemuda didepannya ini yang ialah Felix Figan Prayoga.

"Udah, ijin bentar yuk keluar. Aku mau makan siang, laper," ujar Figan sembari meletak kardus yang diangkatnya tadi.

"Geprek yuk?" Ajak Stely antusias.

"Gaskeun!"

Mari kita lihat lagi kearah pasangan yang juga tak terikat status apa-apa ini. Saling perhatian, saling merindukan, saling cemburu, tapi tak bisa apa-apa. Sadar bukan siapa-siapa.

Karena mereka tahu, mereka hanya bisa bersama bukan bersatu. Ya, setidaknya untuk sekarang. Rencana semesta gak ada yang tahu kan? Ia paling suka ketika membolak-balik hatimu.

Akhirnya, motor Figan berhenti di warung ayam geprek. Stely udah hapal banget kalau Figan gak mau pakai sambel banyak-banyak, gampang sakit perut orangnya.

Figan melepas bombernya, mengacak rambut depannya. Semenjak habis UN ia tak pernah lagi pergi ke pangkas dan malah membiarkan rambutnya sedikit lebih panjang.

Netranya beralih kearah Stely yang sedang memesan, hari ini gadis itu mengenakan celana berbahan kain dengan warna mocca serta kemeja bunga-bunga berwarna cokelat. Dengan rambut yang dibiarkan terurai indah.

Benar-benar perawakan yang sempurna.

Kalau dipikir-pikir, setelah dua tahun sekelas kenapa ya dia baru naksir Stely sekarang? Dulu-dulu dia kemana sih?

"Ih, bengong aja!" Stely membuyarkan lamunannya.

"Aku baru nyadar kamu cantik masa," jujur Figan.

"Dihh, hellow! Dari dulu kemana aja mas?" Kekeh Stely. Satu dari banyak hal yang ia suka dari Figan adalah, ia tak takut untuk mengutarakan apa yang ada didalam kepalanya. Ia tak ragu untuk mengatakan ia tak suka atau sebaliknya.

"Iya yah, dari dulu aku kemana aja?" Figan malah nanya balik.

Untuk beberapa saat keheningan menguasai mereka. Figan asyik menonton upin ipin dari televisi pemilik warung, sedangkan Stely membalas pesan-pesan dari grup angkatan.

Keheningan diantara mereka itupun pecah ketika mas-mas penjual datang dan memberikan pesanan mereka. Seperti biasa, Stely akan menuangkan air putih untuk mereka berdua meskipun sudah ada teh es. Kata Stely, air putih itu tetap perlu.

"Jadi kamu beneran ngambil diluar negeri?" Tanya Stely.

Figan mengangguk, "papa yang minta, aku gak mau perusahaan jatuh ketangan Cassie."

"Loh, kenapa?"

"Karena, aku akan merasa enggak berguna sebagai anak laki-laki."

"Oh, gitu," Stely menunduk, "jadi, pilihanmu kemana?"

"Papa minta aku ke Australia, kayanya aku kesana. Kamu sendiri gimana?" Tanya Figan balik.

"Aku kayanya udah positif di UNY. Tempat keluarga mama," jawab Stely kemudian menggigit ayamnya.

"Kita bakal jauh banget. Nanti gimana kalau disana, kamu dapet cowok baru. Mana rela aku," keluh Figan.

"Kamu tuh disana, gimana kalau seandainya dapet bule cakep. Aku yang gak terima!" Stely tidak kalah ngototnya.

"Mana selera aku sama bule," Figan membela diri.

"Halah bohong mulu, aku tau kok kamu suka nonton film aneh-aneh. Gama yang ngasih tau."

"Gama kamu percaya, mana beneran itu anak."

"Udah-udah, pokoknya awas sampai kamu lirik kanan, lirik kiri. Eh?"

"Eh, kenapa?"

"Aku siapa ya bisa ngatur kamu dekat sama siapa, aku kan bukan siapa-siapamu," ujar Stely menunduk.

Kemudian hening dan canggung menguasai mereka hingga hari itu pun berlalu.

Ternyata, sebegini luar biasa sakitnya resiko HTS.




💄




malam semua.
heheh, update mulu dah aku.
semoga engga bosen ya 😫😁🤗

Teenager Area ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang