💄UKS

1.2K 155 11
                                    

Abis sholat Dzuhur jamaah di aula, paling enak banget buat tidur-tiduran sebelum masuk. Emang peraturan gitu, murid di tunas cendikia buat sholat Dzuhur di aula. Program ini adalah program unggulan dari Rohis. Jadi, aula terbuka di pinggir lapangan disulap menjadi area sholat sebelum masuk waktu zuhur. Sedangkan aula indoor digunakan untuk ibadat singkat oleh yang non.

Semilir angin yang bertiup menambah nikmat ingin tidur lebih banyak. Hanin tetap terbalut dengan mukena dinginnya memejamkan mata diatas karpet sholat saf perempuan. Sistem sekolah yang full day membuat waktu tidur siang semakin tak ada lagi.

"Kalau bel, bangunin gue." Kemudian mata Hanin terpejam, AC aula yang kencang sangat membangun suasana buat tidur.

"Gue kalo siap dzuhur kenapa gak bisa ya tidur kaya Hanin atau Tika? Padahal gue ngantuk asli." Ujar Vira sambil meminum es buah yang dipesannya.

"Sama gue juga gitu. Kalau Hanin dikelaspun ada kesempatan buat tidur dia bisa tidur juga." Ucap Risa sambil melipat mukenanya.

"Echa nih gitu juga." Ucap Saskya sambil menatap Echa yang nyengir doang.

"Ya gimana kan, kita tuh butuh tidur siang. Dokter bilang, tidur siang itu penting loh." Bela Echa. Yang lain cuma ngangguk-ngangguk aja.

"Ih Echa, liat gitar Lo dilariin Dava!" Pekik Tasya yang lagi ngemil keripik singkong.

"DAVA GITAR GUE!" Pekik Echa, seketika seluruh perhatian beralih kearah Echa. Tika yang baru saja terpejam langsung melek lagi. Hanin doang yang ga terganggu sama suara pekikan Echa.

"Bangsat gue gajadi tidur anjir." Kesal Tika.

"Baru sholat heh!" Nada menggetuk kepala Tika menggunakan botol minum.

Sementara Vira cuma melihat pemuda yang tengah dihajar abis-abisan oleh Echa.

Tidak berubah.
Kelakuannya, masih sama saja.

"Ih cie, Vira nih lagi merhatiin siapa hayo?" Goda Yasmine yang duduk disebelah Vira.

"Ih apa sih Yas." Ucap Vira salah tingkah.

Sementara Echa masih 'menggebuk' Dava sekuat tenaga. Ragil ketawa doang liat pacarnya yang brutal gitu.

"HEH RAGIL! CEWE LO NIH MAUNG BANGET GILA. KETULARAN EVLYN INI MAH!" Pekik Dava.

"Hahahaha, mampus Lo!" Bukannya memisahkan, Ragil malah mentertawakan.

"Apaan bawa-bawa gua!?" Kesal Evlyn tak terima. Bener-bener dah Dava membangunkan macan betina yang sedang tidur.

"Neng Vira bantuin aa' dong." Ujar Dava memelas. Posisinya Dava sama Echa itu ditepi Aula dan menghadap kearah Vira.

"Bodo amat!"

"Ya Allah neng, masih aja ngambekin aa." Ujar Dava. Yang disana bingung.


Loh ada konspirasi bawah tanah apa ini antar Dava dan Vira????



"Bacot ih Dava. Udah ih Echa, kasian dia entar mati Lo pukulin mulu." Ujar Vira, akhirnya Echa berhenti juga gebukin Dava.

"Lo tuh, kalau mau minjem bilang! Jangan kaya maling gitu. Enak aja ngambil-ngambil lody gua." Lody adalah nama gitar kesayangan Echa. Yang ngasih nama lody itu Ragil, katanya kalau melodi udah biasa jadi lody aja. Yaudah atur senang mas Ragil saja.

"Iya-iya Echa yang tinggi semampai melebihi gua. Gua pinjem ya gitar nya." Pinta Dava. Bukan dikasih , malah Dava mendapat cubitan dipinggangnya.


"LO NGATAIN GUE PENDEK HAH?!"

"YA ALLAH ENENG. GA GITU MAKSUD ALIANDO. ALLAHUMA KABIRO ECHA!" Dava meringis kesakitan ketika Echa semakin menguatkan cubitan dipinggang Dava.

"Aliando palalo kotak." Kemudian Echa pergi beranjak dari hadapan Dava. "Balikin nanti!" Galak Echa.

"Iya Selvia Dinda Mahesya! Iya." Dava pun berjalan kearah Ragil dan yang lain. "Gila maung bener cewe Lo." Lanjut Dava masih tetap meringis kesakitan ketika duduk didepan Ragil.

"Maung juga gue sayang." Ucap Ragil.

"HALAHHH BUCEEEENN!"







💄







Hari ini jadwal piket PMR Vira. Jadinya ia bertugas jaga UKS. Karena lagi gak ada pasien, yaudah Vira gelogeran dikasur pasien. Lagi asyik-asyiknya nontonin awreceh, tiba-tiba pintu UKS dibuka.

"VIRA, TOLONGIN INI DAVA JATOH TRUS LUKA!" Teriakan itu familiar sekali. Teriakan Hannah.

Hari ini emang jadwal anak 12 IPS 3 olahraga, dan kebetulan Hannah sekelas sama Dava. Hannah satu-satunya yang ambil ips diantara mereka. Karena kata Hannah, dia ga suka sama kimia apalagi fisika. Vira yang lagi tiduran langsung menuju arah pasiennya. Sementara Hannah langsung aja nyerobot keluar UKS.

Sialan sekali Tika malah meninggalkan Vira piket sendirian. Ya emang sih, kelas Vira lagi jamkos.

"Yang mana yang luka?" Tanya Vira pada Dava sambil menenteng kotak p3k.

"Lutut gue doang, luka kecil kok." Jawab Dava, rada canggung juga sih sebenarnya.

Dengan telaten Vira mengobati lutut Dava dan terakhir ia menutupnya dengan plaster.

"Makanya lain kali tuh hati-hati." Ujar Vira sambil menutup kotak p3k.

"Iya, maaf."

"Buat apa?"

"Lo kenapa sih Vir? Kok jadi aneh sama gue? Udah dari liburan kemaren Lo cuekin gue gini. Gue mau numpang makan kerumah Lo segan jadinya." Ujar Dava.

Memang, Dava dan Vira itu temenan deket karena tetanggaan. Kemana-mana bareng mulu. Tapi akhir-akhir ini Vira tuh kaya jaga jarak banget sama Dava. Davanya jadi bingung sendiri.

"Loh kan ada kak Karin, ngapain juga ke gue lagi." Ujar Vira sambil beranjak menyimpan kotak p3k.


Jackpot! Ini dia alasannya.




"Lo cemburu sama kak Karin?" Vira kaget denger perkataan Dava.

"Idih! Ngapain juga gue cemburu." Elak Vira.

"Bilang aja iya, gue tau kok gue emang ganteng. Lo aja gak ngakuin." Dengan pede sekali Dava berucap.

"Pede banget allahuma." Ingin sekali rasanya Vira menimpuk Dava dengan botol obat di UKS.

"Hehe, yaudah deh sebagai bentuk permintaan maaf gue, mau gak gue traktir Marugame udon?" Ajak Dava.


Hah? Gimana? Gak salah denger kan? Dava? Ngajak ke Marugame udon? Lah makan aja kadang numpang kalau Mak bapaknya dinas luar kota.


"Tumben banget." Sinis Vira.

"Salah mulu pangeran."

"Pangeran kodok iya."

"Jadi mau gak sih?"

"MAU LAH."



Seorang Lucyana Elvira tetaplah Lucyana Elvira.











































Sore-sore aku sendiriiiiii
vomment dong guys

Teenager Area ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang