Malam ini mereka bener-bener makan malam dirumah Raidan. Gila sih ini rame bener, kaya udah hajatan kawin.
"Wah gila! Emang niat banget anjir nyokap lu Rai," kagum Dava ketika dilihatnya halaman belakang rumah Raidan telah disulap menjadi garden party.
Raidan mesem aja dengernya. Awalnya kan pengen pacaran yang kalem gitu, eh kalau udah gini ya jadu riweuh lah.
Sementara dihalaman depan, ada sebuah mobil hitam terparkir. Ternyata masih ada dua orang didalam mobil tersebut yang tak berniat beranjak kemana-mana.
Echa dan Ragil.
Setelah mendengar semua penjelasan dari Ragil, tetap saja gadis itu menerima pemuda dengan kulit tan tersebut. Buta akan cinta.
"Sekali lagi aku minta maaf ya yang, kita jangan berantem lagi," ujar Ragil malam itu. Echa nunduk aja. Secaur apapun Ragil ia tetap bisa dewasa pada tempatnya. Ia tau cara memperlakukan Echa dengan baik. Dan Echa amat menyayangi pemuda itu.
Echa mengangguk. "Tapi jangan deket-deket sama bule itu, aku gasuka!"
"Iya gak bakal," jawab Ragil kemudia meraih gadis itu. Membawanya kedalam pelukan. "Jangan nangis lagi dong, nanti kamu kurus kalau nangis mulu."
"Kamu ngatain aku gendut ya?" Jawab Echa. Masih dalam posisi pelukan. Ragil menopangkan dagunya pada bahu gadis itu, mengisyaratkan bahwa Echa masih menjadi sandarannya.
"Gak gitu, maksud aku kalau orang-orang ngatain kamu kurus nanti aku dibilang gak bahagiain kamu lagi," jawab Ragil. Echa senyum aja.
Walau kadang Ragil tuh suka banget nyusahin Echa dengan segala tingkah lakunya, dimatanya pemuda itu tetap berbeda. Ia bisa membuat Echa bahagia walau hanya dengan hal kecil, dan Echa menyukainya. Ya gimana, pandangan tiap orang terhadap kita juga berbeda-beda kan?
"Misi, mas mbak... Acaranya mau dimulai nih," seseorang mengetuk kaca jendela mobil Ragil. Dan oknum tersebut adalah Revan.
"Ah tai lah itu kunyuk satu, gak tau apa ya orang lagi romantisan?" Cibir Ragil dengan wajah kesalnya.
"Bacot banget kamu, ayo masuk," Echa segera turun dari mobil, disusul Ragil.
Ternyata sudah kembali ke semula.
💄
Sabil duduk disebelah Stely dan Hannah, niatnya sama sih meluruskan apa yang belum lurus.
"Gue sama Gama ya? Ah, gue gak enak jadinya sama lo," ucap Stely canggung.
"Jangan gitu dong, gue juga perlu tau. Seharusnya yang gak enak itu gue," jawab Sabil. Hannah fokus mendengarkan saja, tak berniat ikut serta dalam masalah ini.
"Lo tau kan, kaya keluarga gue, Yura, atau Yasmine tuh masih pake cara kuno Siti Nurbaya?" Tanya Stely. Sabil dan Hannah mengangguk tanda mengiyakan. "Dulu pas awal SMP gue emang ditetapkan sebagai tunangan Gama. Sampai pada saat kita kelas 3 SMP itu semua baik-baik aja. Ya gitu, gue dan Gama saling sayang. Tapi, gak tau kenapa tiba-tiba perusahaan papi gue mengalami masalah dan impasnya ke kita yang terpaksa membatalkan pertunangan itu.
"Gue pindah ke China setelah itu, kemudian pas naik kelas dua SMA gua pindah kesini dan ternyata satu kelas yang sama dengan Gama. Gue udah buang perasaan gue jauh-jauh buat dia, pas gue tau lo jadian sama dia. Gue gak masalah, gue udah gak punya hak lagi. Jadi, bukan urusan gue ngatur-ngatur hidup dia lagi. Malah gue bersyukur dia jadiannya sama lo, berarti dia bisa mencintai orang tanpa terpaksa kaya dulu. Dan ya, pas malam teater Nada itu emang banyak yang belum sempat gua ungkapin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenager Area ✓
FanfictionAwalnya suka sama liptint yang sama eh malah jadi sahabatan. ©winniedepuh, 2019